Loading...
Logo TinLit
Read Story - Merayakan Apa Adanya
MENU
About Us  

"Baik, saya akan nilai sesuai nomor presensi." Guru mulai manggil siswa runut dari bawah. Biasanya dari nomor urut satu, sepertinya hari ini beliau ingin membuat perbedaan.

Sebelum giliran jatuh padanya, Raya coba berlatih sendiri. Karena dimulai dari nomor terbawah, otomatis Raya tidak ada banyak waktu. Tetapi dia ingin mengusahakan yang terbaik. Jujur, semua perubahan yang serba cepat ini berkat Donna. Caranya yang sedikit memaksa dan tidak banyak bicara membuat Raya mempertimbangkan sarannya. Untuknya tidak selalu menggubris apa kata orang.

Kalo ini Raya berpasangan dengan Rasya. Supaya lebih seru, guru memasangkan dengan siswa dari kelas yang berbeda. Kebetulan Raya nomor presensinya sama dengan Rasya. 

"Duh, kenapa sama Rasya, sih? Pasti ntar diejek kalo gagal," gumam Raya sambil bangkit dari duduknya.

"Inget kata gue. Fokus sama penilaiannya, jangan lihat hal lain, termasuk siapa pasangan lo." Donna berbisik supaya tidak banyak orang dengar. Dia cukup melihat saja cowok itu ada perhatian khusus pada teman sebangkunya. Sedangkan Raya memang tidak peka atau pura-pura tak tahu.

Pemandangan itu tentu saja dibenci Eca, matanya dari tadi tidak lepas dari Rasya. Dia berharap sekali bisa berpasangan sama cowok itu. Sayang, harapannya pupus begitu saja. 

Ada bagusnya juga ide Pak Guru kali ini. Selain supaya tidak bisa, beliau juga berharap mereka bisa saling kerjasama meskipun bukan teman sekelas. 

"Makasih, Don. Doain gue, ya."

"Doa sendiri lah. Gue juga nggak minta lo, kan." Kata-kata Donna memang ketus kedengarannya. Tetapi entah kenapa Raya merasa dia tulus, tidak penuh kepura-puraan.

"Iya, gue akan doa sendiri." Raya tersenyum.

Rasya sudah siap di depan Raya. Kemampuan cowok itu tidak perlu diragukan lagi. Raya sempat mendengar dia pernah bergabung dengan tim profesional. Sayang, mimpinya harus terkubur karena cedera lumayan parah, akibat kecelakaan. 

Dia pasti sedih banget waktu itu. Udah ganteng, banyak yang suka, pinter basket, kurang apa lagi, coba? Hh, dia kurang tertawa, senyum aja, jarang.

Raya menggelengkan kepalanya beberapa kali. Gawat kalau dia melamun kelamaan. Menyesal sempat kepikiran cowok menyebalkan, tapi sudah pernah berjasa buatnya.

"Ray, fokus! Kalo kepala lo kena bola, jangan salahin gue." Rasya memberi peringatan saat melihat Raya malah melamun tidak jelas.

"I-iya!" Raya bersiap mengambil posisi sesuai yang dicontohkan guru.

Dribble pertama diawali oleh Rasya, sesuai aturan hanya boleh melangkah tiga kali langsung dioper ke pasangan. Sudah bisa diduga Rasya bisa melakukannya dengan sangat lancar. 

Begitu giliran Raya, tangannya malah gemetar. Payah, bola lepas dan Raya harus mengejarnya hingga dapat. Dia ditertawakan, dan yang paling senang melihat Raya gagal, siapa lagi? Eca dan gengnya. 

"Awas, ntar terbang! Anginnya kenceng, loh!" Entah siapa yang bilang, tapi cukup jelas di telinga Raya. 

Lo harus belajar nggak gubris omongan orang. Kalimat Donna terngiang di saat yang tepat. Raya harus membuat telinganya tuli. Paling tidak sampai gilirannya selesai. Kalau tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi. 

Kesempatan masih diberikan oleh guru. Dan kali ini Raya berhasil. Bahkan dengan lancar bisa beberapa kali putaran.

"Stop, Raya dan Rasya. Good job, Raya. Terus tingkatkan semangat belajarnya, ya!" Guru tersebut lega melihat peningkatan positif. Siswinya satu ini memang berbeda. Biasanya dia akan putus asa dan menyerah. Untuk itu pantas rasanya dia memberi pujian.

Raya mengangguk sambil tersenyum. "Makasih, Pak!" Raya segera menyingkir, giliran presensi berikutnya sudah dipanggil.

Langkah Raya terhenti mendadak. Ternyata ulah Rasya yang menahan lengannya. 

"Sya, lepasin gue. Dilihatin, tuh!" Raya memalingkan wajah ke arah lain. Dia tidak ingin melihat reaksi teman-temannya. 

"Diem sebentar!" Rasya tiba-tiba jongkok. Aksinya itu tentu saja mengundang sorakan teman-temannya.

"Lo mau ngapain, Sya?" Raya sadar saat Rasya mengikatkan tali sepatunya. Rupanya sudah lepas beberapa saat lalu. Untung dia tidak jatuh pas penilaian.

Sorakan membahana dan sempat membuat guru mereka tersenyum. Bahkan Donna yang biasanya enggan bereaksi, dia tersenyum tipis.

Hanya satu orang yang tidak suka melihat adegan sok romantis itu. Eca mencengkeram celana olah raganya. Tatapan Rasya pada Raya sudah sangat jelas baginya. Dia tidak bisa meraih cowok itu. Semua jelas dan terpampang nyata kalau sudah terjadi sesuatu di antara mereka berdua. Sudah begini ego Eca masih besar. Dia tidak terima dan berencana merebut perhatian Rasya hanya untuknya. Kalau dia tidak bisa meraih cowok itu, cewek lain juga tidak.

***

"Selamat ya, Raya. Wah, aku salut loh, sama kemajuan kamu. Guru aja sampe muji. Selamat, ya!" Tini mengulurkan tangannya. 

Selesai usai pelajaran olahraga, siswa kembali harus berganti seragam. Raya selalu menunggu toilet tidak banyak orang. Sebenarnya dia tidak sendirian. Donna yang mengajak barengan, harus balik ke kelas untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Saat itulah, anteknya Eca datang. Kebetulan yang sama sekali tak diharapkan.

Tak lama Eca dan antek satunya menyusul. Tumben sekali mereka belakangan ganti baju. Biasanya juga lebih dulu dan sering banget menyerobot antrian.

Tini melipir. Tangannya ditarik lagi. Raya meragukan ketulusan ucapan Tini. Karena itu juga dia tidak menyambut uluran tangannya.

"Jangan ngerasa di atas angin dulu. Kalo mau aman mending lo jauh-jauh dari Rasya. Lo sadar kan, dia terlalu baik dari segala sisi dibanding lo. Nggak seimbang. Paham??" Anak seorang donatur terbesar di sekolah, mulai menunjukkan taringnya. 

Eca memang menakutkan. Cara bicaranya lembut tapi penuh ancaman. Wajah cantiknya, badannya yang proporsional, ternyata beda jauh dengan sifat aslinya. 

Keringat dingin mulai membasahi tubuh Raya. Dia mundur. Ternyata dia belum sekuat yang diharapkan. Semua yang dikatakan Donna tadi tidak bekerja sekarang. Mustahil Raya mengabaikan semua ancaman Eca. 

Sekelebat perlakuan perundung di masa SMP muncul lagi. Dengan alasan berbeda, Raya dirundung lagi. Siswi yang melihat tak ingin ikut campur. Mereka memilih aman dan tetap sejahtera sekolah di sana. Eca selalu membanggakan jasa orangtuanya yang mengeluarkan banyak dana, untuk membuat fasilitas di sekolah begitu nyaman. Dengan patuh padanya, itu sama saja balas budi. 

"Kalo Raya nggak pantas buat Rasya, siapa yang pantas? Yang pasti bukan lo." Donna datang tepat waktu. 

Rasya yang sengaja menuju toilet perempuan demi mengecek Raya, bergegas mendekat. Tetapi Donna lebih cepat sampai dan menyelamatkannya. Tidak masalah, Rasya akan melihat dari jarak jauh. Dilihat dari situasinya, Donna cukup pintar mengatasi keadaan.

"Kamu itu seharusnya ada di pihak kami," ujar Sisi menengahi. 

"Kata siapa harus? Emang kalian siapa? Jangan sombong, semua kekayaan yang kalian banggain, masih milik orangtua. Jangan atur-atur gue, selama kalian nggak bisa hasilin uang sendiri." Skakmat. Donna sudah kesal dari awal melihat ulah mereka yang seenaknya sendiri.

***


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Let Me be a Star for You During the Day
945      493     16     
Inspirational
Asia Hardjono memiliki rencana hidup yang rapi, yakni berprestasi di kampus dan membahagiakan ibunya. Tetapi semuanya mulai berantakan sejak semester pertama, saat ia harus satu kelompok dengan Aria, si paling santai dan penuh kejutan. Bagi Asia, Aria hanyalah pengganggu ritme dan ambisi. Namun semakin lama mereka bekerjasama, semakin banyak sisi Aria yang tidak bisa ia abaikan. Apalagi setelah A...
Broken Home
29      27     0     
True Story
Semuanya kacau sesudah perceraian orang tua. Tak ada cinta, kepedulian dan kasih sayang. Mampukah Fiona, Agnes dan Yohan mejalan hidup tanpa sesosok orang tua?
Andai Kita Bicara
545      442     3     
Romance
Revan selalu terlihat tenang, padahal ia tak pernah benar-benar tahu siapa dirinya. Alea selalu terlihat ceria, padahal ia terus melawan luka yang tak kasat mata. Dua jiwa yang sama-sama hilang arah, bertemu dalam keheningan yang tak banyak bicaratetapi cukup untuk saling menyentuh. Ketika luka mulai terbuka dan kenyataan tak bisa lagi disembunyikan, mereka dihadapkan pada satu pilihan: tetap ...
CELOTEH KUTU KATA
37394      5924     16     
Fantasy
Kita adalah sekumpulan kutu yang banyak menghabiskan kata tanpa peduli ada atau tidaknya makna. Sebagai kutu kadang kita lupa bahwa hidup bukan sekedar berkata-kata, tapi lebih dari itu, kita harus berkarya. Berkaryalah walau hanya sepatah kata sebelum jiwa dan ragamu jadi mangsa kutu penghuni tanah.
Perjalanan Tanpa Peta
51      46     1     
Inspirational
Abayomi, aktif di sosial media dengan kata-kata mutiaranya dan memiliki cukup banyak penggemar. Setelah lulus sekolah, Abayomi tak mampu menentukan pilihan hidupnya, dia kehilangan arah. Hingga sebuah event menggiurkan, berlalu lalang di sosial medianya. Abayomi tertarik dan pergi ke luar kota untuk mengikutinya. Akan tetapi, ekspektasinya tak mampu menampung realita. Ada berbagai macam k...
Perjalanan yang Takkan Usai
324      269     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
Frasa Berasa
66033      7350     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Langit Tak Selalu Biru
67      57     4     
Inspirational
Biru dan Senja adalah kembar identik yang tidak bisa dibedakan, hanya keluarga yang tahu kalau Biru memiliki tanda lahir seperti awan berwarna kecoklatan di pipi kanannya, sedangkan Senja hanya memiliki tahi lalat kecil di pipi dekat hidung. Suatu ketika Senja meminta Biru untuk menutupi tanda lahirnya dan bertukar posisi menjadi dirinya. Biru tidak tahu kalau permintaan Senja adalah permintaan...
Fidelia
2065      887     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
Langkah Pulang
353      264     7     
Inspirational
Karina terbiasa menyenangkan semua orangkecuali dirinya sendiri. Terkurung dalam ambisi keluarga dan bayang-bayang masa lalu, ia terjatuh dalam cinta yang salah dan kehilangan arah. Saat semuanya runtuh, ia memilih pergi bukan untuk lari, tapi untuk mencari. Di kota yang asing, dengan hati yang rapuh, Karina menemukan cahaya. Bukan dari orang lain, tapi dari dalam dirinya sendiri. Dan dari Tuh...