Loading...
Logo TinLit
Read Story - Merayakan Apa Adanya
MENU
About Us  

Hari-hari Raya tak sama lagi. Setelah papanya meninggal, sikap Nina masih sama. Membencinya. Menyalahkan dirinya. Bahkan usaha Raya minta maaf sudah kehabisan cara. Raya bingung pakai solusi apa lagi supaya Nina mau menyayanginya seperti dulu.

"Ma, Raya sudah buatkan sarapan. Mama cicipi, ya?" Raya membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dan segelas air minum. 

"Nggak usah cari muka sama Mama. Kamu akan tetap jadi penyebab Papa meninggal, Raya. Kenyataan nggak akan berubah dengan kamu minta maaf atau sok baik kayak gini." Kalimat itu terucap dengan suara lirih tapi menusuk hati paling dalam.

Raya hampir sudah terbiasa dengan respon Nina yang seperti itu. Apa yang dilakukan demi meraih hati mamanya lagi. Tapi tak semudah membalikkan telapak tangan, Raya tahu itu. Selama ini Tio pun sudah coba bicara supaya amarah Nina mereda. Tidak ada gunanya menyalahkan Raya, karena Papa tidak akan hidup lagi, kan.

Nina masih kekeuh dengan pendapatnya. Andai hari itu suaminya tidak pergi membeli barang kesukaan Raya, mungkin semuanya tidak akan terjadi. Sekarang mereka bisa berkumpul, bercanda bersama, bahkan menangis saat menceritakan kerinduan masing-masing.

Semua kenangan dan kedekatan dengan sang papa membuat Raya sering mengingat masa kecilnya lagi. Setelah itu biasanya Raya akan merasa lebih baik. Rasa sakit karena kata-kata Nina perlahan berkurang.

Sudah waktunya Raya melanjutkan hidup. Masa berkabungnya berakhir lebih cepat. Karena Nina tak ragu menuntut Raya untuk melakukan banyak hal. Tidak ada lagi bekal dengan berbagai menu. Nina hanya memasak untuk dimakan di rumah. Itu pun hanya sebagai kewajibannya saja. 

Dulu semua dilakukan Nina dengan penuh kasih. Sungguh, Raya merindukan mamanya yang dulu. Sampai detik ini dia tidak tahu apa salahnya? Dia tidak pernah meminta banyak hal. Papanya membeli hadiah dan oleh-oleh bukan dia yang meminta. Padahal hadiah itu juga untuk Tio. Kenapa mamanya tidak menyalahkan dia juga. Pilih kasih sekali. 

"Dek, ke sekolahnya sama Kakak, aja. Sekalian mau ke kampus."

"Aku berangkat sendiri aja, Kak. Udah janjian sama temen, soalnya."

Tio menghentikan tangannya yang sedang memasukkan laptop ke tas ransel. Teman? Syukurlah, dugaanku selama ini salah. Raya punya teman di sekolah. Paling nggak aku lega dia nggak sendirian menyimpan sakit dan dukanya. Tio tersenyum. 

"Ya sudah, hati-hati. Hubungi Kakak kalau sudah sampai sekolah."

Raya mengangguk sambil cepat-cepat keluar rumah. Untuk hari ini saja dia ingin egois dan memikirkan dirinya sendiri.

"Maaf, Kak. Aku bohong. Untuk hari ini aku ingin sendiri," ucap Raya dengan langkah makin cepat menuju jalan raya.

Faktanya teman Raya tidak ada. Kecuali Rasya, entah bisa dianggap begitu atau tidak.  Bisa saja dia baik karena kasihan. Setelah hari berat itu tidak ada interaksi sedekat itu lagi. Bahkan dia tidak pernah ke kelas saat jam istirahat. Apa mungkin karena dia sudah tidak bisa ikut makan bekal Raya?

Dia juga tahu semua kejadiannya. Raya khawatir hal ini akan menambah satu celah lagi bagi orang lain mengolok-oloknya. Apa Raya abaikan semua itu? Tapi apa bisa? 

Olahraga kembali lagi. Raya sudah sadar gurunya tidak punya alasan untuk bertindak asusila. Hampir tiap hari melihat dan berpapasan membuat Raya lebih mengenal guru OR-nya.

"Kabarnya Rasya makin dekat sama si kurus itu. Ih, kesel jadinya! Kok, bisa cowok kayak Rasya suka sama cewek macam Raya itu. Apa yang dilihat, coba?" 

Langkah Raya terhenti di depan toilet. Dia tidak berani masuk, mereka bertiga. Mungkin juga ada siswa lain. Sebelum ketahuan di sana, dia berbalik dan hendak kembali ke kelas. 

"Ray? Ada apa?" Rasya tiba-tiba sudah di dekatnya. Terulang lagi seorang Rasya datang mendadak dan tepat waktu bagi Raya.

Belum sempat dijawab, mereka melihat Eca dan dua anteknya keluar dari toilet. Rasya tahu apa sebabnya. Rupanya Eca mau buat masalah lagi. Sudah banyak kabar kalau Eca dan gengnya sering buat masalah. Meskipun banyak yang tahu tapi pihak sekolah seperti tidak tahu apa pun. Entahlah, mungkin karena mereka anak dari donatur sekolah, jadi tidak ada yang berani ambil tindakan. 

"Mereka bilang apa? Mereka rundung lo? Dan kayaknya lo ngehindarin gue." Rasya mengamati Raya dari atas ke bawah. Berulang kali hingga harus diinterupsi Raya supaya berhenti menatapnya seperti itu.

"Gue nggak dirundung siapa-siapa." Raya menghindari tatapan mata Rasya. "Gue juga nggak hindari lo." Nanya kok, borongan. Raya berbalik dan  segera beranjak dari sana. 

"Serius? Kalo nggak menghindar apa namanya coba, gue datang lo pergi. Sekarang aja, lo lakuin hal yang sama." 

Raya tetap berjalan. Dia malas berurusan dengan Eca dan entah siapa lagi yang tidak ingin dia berada di dekat Rasya. Masalah di rumah sudah rumit. Belum kondisi diri yang masih belum mampu mengendalikan ketakutannya.

"Ray, nggak ada waktu lagi buat ganti baju. Lo mau bolos kelas olahraga lagi?" 
Barulah Raya berhenti. Dia baru sadar baju OR masih ada di lengannya. Mau tidak mau dia harus balik ke toilet sebelum terlambat ke lapangan.

"Masih ada waktu lima menit. Gue tungguin di sini." Rasya berdiri di depan pintu.

"Tapi nggak ...."

"Mau ganti atau gue lapor lo mau bolos?"

Raya kesal. Mukanya cemberut dan kalau diukur bibirnya mungkin maju satu Senti. Rasya menahan senyumnya sampai cewek itu masuk dan mengunci pintu. Eca ini kalau tidak diawasi bisa kapan pun melakukan hal yang bisa melukai Raya. Cewek itu susah dikendalikan karena di sekolah tidak ada yang berani kasih sanksi. Cari akal, Rasya!

***
 
"Kita akan praktek materi bola basket. Kalian bisa latihan dasar dulu. Dribble lalu di-oper ke teman kalian. Saya beri waktu lima belas menit, kalian silakan praktek sesuai materi yang sudah kita pelajari sebelumnya." Guru sudah memberikan perintah. Beruntung Raya datang tepat waktu. Dia sudah tahu dan paham apa yang harus dilakukan.

Raya merasa lebih baik disuruh mengerjakan soal Fisika, daripada olahraga. Bukannya tidak suka, tapi untuk pelajaran ini dia sering minus hasilnya. Percuma saja kalau nggak punya bakat, mau usaha seperti apa pun tetap tak bisa. 

"Lo sama gue!" Donna yang sedari tadi memperhatikan Raya gemas sendiri. "Kalo lo nggak latihan, nilai Lo bisa D. Bahkan E. Mau lo?" lanjutnya dengan nada kesal.

Raya terkejut begitu saja ditarik Donna dan diajari cara men-dribble lalu mengoper kepadanya. Beberapa kali bola lepas dari tangannya. Jalan sepuluh menit seru juga. Raya bisa menguasai meskipun tidak sempurna.

"Makasih, Don. Gue nggak duga lo mau bantu gue." 

"Nggak usah jauh-jauh mikirnya. Fokus aja, sama penilaian nanti. Lo itu harus belajar nggak gubris omongan orang." 

Guru memberi waktu lima menit untuk beristirahat, sebelum penilaian dimulai. Baru kali ini Raya melihat sisi lain dari Donna. Ternyata dia bisa baik juga. Semua yang dia katakan ada benarnya, tapi sulit dilakukan. 

"Kita lihat lo bisa fokus apa enggak. Sekali lagi, jangan dengerin apa kata orang!"

Raya tertegun. Donna benar-benar berubah. Berhari-hari mereka jarang ngobrol meski duduk sebelahan. Hari ini Donna menghancurkan dinding di antara mereka. Apa dia tulus? Atau ada tujuan tertentu yang akan merugikan dirinya. 

Ok, Raya abaikan prasangka itu. Fokus saja penilaian hari ini. You can do it!

***


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Found You
3232      1081     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
CTRL+Z : Menghapus Diri Sendiri
169      146     1     
Inspirational
Di SMA Nirwana Utama, gagal bukan sekadar nilai merah, tapi ancaman untuk dilupakan. Nawasena Adikara atau Sen dikirim ke Room Delete, kelas rahasia bagi siswa "gagal", "bermasalah", atau "tidak cocok dengan sistem" dihari pertamanya karena membuat kekacauan. Di sana, nama mereka dihapus, diganti angka. Mereka diberi waktu untuk membuktikan diri lewat sistem bernama R.E.S.E.T. Akan tetapi, ...
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
3582      1110     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
Fidelia
2249      979     0     
Fantasy
Bukan meditasi, bukan pula puasa tujuh hari tujuh malam. Diperlukan sesuatu yang sederhana tapi langka untuk bisa melihat mereka, yaitu: sebentuk kecil kejujuran. Mereka bertiga adalah seorang bocah botak tanpa mata, sesosok peri yang memegang buku bersampul bulu di tangannya, dan seorang pria dengan terompet. Awalnya Ashira tak tahu mengapa dia harus bertemu dengan mereka. Banyak kesialan menimp...
CELOTEH KUTU KATA
38767      6062     16     
Fantasy
Kita adalah sekumpulan kutu yang banyak menghabiskan kata tanpa peduli ada atau tidaknya makna. Sebagai kutu kadang kita lupa bahwa hidup bukan sekedar berkata-kata, tapi lebih dari itu, kita harus berkarya. Berkaryalah walau hanya sepatah kata sebelum jiwa dan ragamu jadi mangsa kutu penghuni tanah.
The Unbreakable Love
63      61     0     
Inspirational
Ribuan purnama sudah terlewati dengan banyak perasaan yang lebih berwarna gelap. Dunia berwarna sangat kontras dengan pemandangan di balik kacamataku. Aneh. Satu kalimat yang lebih sering terdengar di telinga ini. Pada akhirnya seringkali lebih sering mengecat jiwa dengan warna berbeda sesuai dengan 'besok akan bertemu siapa'. Di titik tidak lagi tahu warna asli diri, apakah warna hijau atau ...
Sepotong Hati Untuk Eldara
1662      781     7     
Romance
Masalah keluarga membuat Dara seperti memiliki kepribadian yang berbeda antara di rumah dan di sekolah, belum lagi aib besar dan rasa traumanya yang membuatnya takut dengan kata 'jatuh cinta' karena dari kata awalnya saja 'jatuh' menurutnya tidak ada yang indah dari dua kata 'jatuh cinta itu' Eldara Klarisa, mungkin semua orang percaya kalo Eldara Klarisa adalah anak yang paling bahagia dan ...
Alfazair Dan Alkana
286      233     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Ghea
481      318     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Dinding Kardus
10049      2646     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.