Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta Butuh Jera
MENU
About Us  

 

Salah satu hal yang kemungkinan bisa membuat kita bertahan dari situasi rumit adalah―sebuah janji. Terdengar lucu mungkin, apabila satu unsur kata itu dijadikan senjata. Namun, janji seseoranglah yang membuat kita begitu saja mudah percaya, bersabar, dan berusaha mati-matian mempertahankan komitmen. Dan bila tiba saatnya ikatan janji itu melonggar atau bahkan putus, maka kekecewaan terbesar itu sendirilah yang nantinya akan menghabisi hampir seluruh logika iman kita.

Jangan pernah bertanya kenapa Anis tak pernah ingkar janji atau bahkan mengabaikannya. Ia tahu, Galih adalah laki-laki yang tak pernah telat. Namun sungguh, kali ini ia tidak mengerti dengan sikap kekasihnya. Anis sudah menunggu Galih selama lebih satu jam di café tempat biasa mereka bertemu. Hampir puluhan kali ia menelepon dan jawaban Galih hanya bermodus traffic jam. Kali ini mungkin Anis bisa memaklumi, ia sendiri lebih sering terlambat dibandingkan Galih yang selalu tepat waktu.

Anis sudah menyiapkan banyak bahan untuk didiskusikan, meski pada dasarnya ia sudah mendiskusikan hal itu terlebih dulu pada Sita. Ia hanya butuh persetujuan Galih. Hal-hal seperti; wisma mana yang harus di-booking untuk acara istimewa mereka, konsep serta warna sepadan yang sudah dipilih. Atau jika Galih tidak sanggup untuk menyewa wisma, pilihan keduanya mungkin adalah halaman rumahnya. Tidak terlalu sulit, barangkali ia hanya tinggal memanggil jasa dekorasi resepsi kenalan Hikmal dan memintanya untuk mendesain pestanya sesempurna mungkin. Violet, brown, biru tosca, atau hijau pupus. Sekali lagi ia akan meminta pendapat Galih tentang itu. Masalah cattering iya sudah tahu dengan siapa ia akan membicarakannya.

Ditemani dengan segelas lemon tea yang hampir setengah, Anis tak mau berdiam diri seperti orang bodoh. Ia mengambil sebuah buku catatan kecil dan pena yang telah ia siapkan sedari sebelum ia berangkat, mencoret-coret kata-kata yang perlu ia ajukan pada kekasihnya nanti. Ia juga memberikan tanda lingkaran pada poin persiapan yang sudah ready ―undangan ada pada poin nomor satu.

Ia menambahkan keterangan, menulis nama para undangan malam ini dan membagikannya mulai dua minggu ke depan. Kemudian ia memberikan tanda lingkaran pada poin nomor dua―baju pengantin. Anis menuliskan keterangan bahwa ia dan Galih akan fitting baju pengantin di hari lusa. Ia sudah bisa membayangkan akan sepantas apa ia memakai kebaya terindahnya.

Bersama buku catatannya, Anis masih serius membuat berbagai rencana. Hingga tanpa terasa, kekesalannya menunggu tak lagi mengelabuinya. Ketika Galih datang dari kejauhan, Anis menyambutnya dengan senyum lebar dan memesona.

Galih menarik kursi dan duduk berhadapan dengannya sembari mengendurkan tali dasi. "Hei, Maaf, aku udah buat kamu menunggu lama. Jakarta bener-bener macet sore ini."

"Bukan masalah buatku. Yang penting sekarang kamu sudah di sini."

Galih pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih untuk kebaikan hati wanita di depannya. Anis memesankan teh manis hangat untuk Galih, karena cuma itu yang Galih perlukan untuk memulihkan energi setelah seharian lelah bekerja. Dengan cepat Galih menyeruputnya, dan kelegaan pun berangsur memulihkan tenaga.

"Aku sudah membuat beberapa daftar yang diperlukan untuk resepsi pernikahan kita nanti." Anis memukul halus penanya ke pipi. "Kamu tahu 'kan? Empat minggu lagi! Dan kita harus membuat persiapan yang benar-benar matang."

"Iya benar," jawab Galih. Telapak tangannya mendarat ke keningnya yang berkeringat.

"Kamu bisa baca ini?" Anis menyodorkan buku catatannya dan membiarkan Galih membaca serta memahami setiap tulisan yang ia buat. Menunggu respon positif.

Namun, yang ia lihat hanya kegelisahan yang tampak dari wajah pria tersebut. Anis memperhatikan sikap Galih yang sibuk mengambil tisu untuk mengelap wajah serta lehernya. Kedua matanya masih tetap tertuju pada daftar-daftar yang semakin membuat Galih terlihat gelisah. Anis belum juga mendapatkan respon positif, atau pertanyaan dari tulisan yang barangkali tak se-ide dengan Galih.

Ada apa dengan lelakinya? Pikir Anis.

"Galih?" bisiknya. Pria itu masih diam tak menjawab. "Galih, apa kamu punya pertanyaan?"

"Huh?" Galih sedikit tersengal. "Anis, aku rasa semuanya cocok."

Ini memang bukan kali pertama Anis mendengar Galih menyetujui semua rencananya dari A sampai Z, tetapi sewajarnya Galih berkomentar tentang sesuatu. Anis berharap Galih punya masukkan tentang daftar wisma pilihannya, atau warna tema, atau menu makanan yang akan disajikan. Tapi kali ini, Anis sama sekali tidak mendapatkan gambaran-gambaran semacam itu dari Galih.

"Kamu yakin?" tanyanya.

"Iya, aku yakin pilihan kamu adalah yang terbaik." Galih meneguk tehnya sampai habis.

Anis menyentuh tangan Galih yang basah berkeringat. "Kamu sakit? Dari tadi aku lihat sikap kamu sedikit aneh. Ada apa?"

"Apaan, sih? Aku nggak sakit, Sayang." Galih kembali memfokuskan matanya ke daftar dan memasang wajah ceria "Hmm ... kapan undangannya selesai?"

Setidaknya pertanyaan itu telah mengembalikan reaksi bahagia Anis. "Sudah selesai, loh. Semua undangannya sudah ada di rumah. Oh iya!" Anis merogoh tasnya dan memperlihatkan satu undangan yang sudah selesai pada Galih. "Ini salah satunya. Gimana menurut kamu?"

Kali ini ekspresi wajah Galih berubah sangat serius, memperhatikan tiap detail lembaran undangan juga foto pra-wedding mereka yang terlihat sangat indah. Undangan warna hitam itu sedikit mengubah suasana hati Galih.

"Ternyata pilihan warna kamu sangat tepat, aku suka." Galih masih diam. Melamun. "Kemarin Sita janji akan membantuku menulis nama-nama para undangannya."

"Sita?" tanya Galih tiba-tiba.

"Iya, Sita. Setelah semuanya selesai, aku dan Sita akan menyebarkan semua undangannya."

"Oh, yah ... baguslah. Sita memang teman kamu yang paling baik."

Anis menelan liquid lemon tea-nya dengan kesegaran lantas menanggapi pendapat Galih. "Juga baik. Jujur aku nggak pernah punya teman sebaik Sita. Dia benar-benar peduli sama aku." Ia melihat, lelaki di hadapannya tersenyum untuk membuatnya senang.

Dan memang itulah yang Anis harapkan sedari tadi. Melihat pasangannya tersenyum dan senang dengan pertemuan yang sempat membuat instingnya merasakan hal aneh pada diri Galih.

***

Satu bulan setelah kejadian memalukan itu, Galih selalu saja dirundung kegelisahan yang tidak bercelah. Mereka datang bagai kerumunan yang sesekali mengepung dirinya. Tidak peduli siang maupun malam.

Galih berdiri di atas balkon kamarnya dengan kedua tangan bertopang pada pagar pembatas. Langit malam memperlihatkan sisi gelap bumi tak ubahnya dengan apa yang Galih rasakan saat ini. Jika saja waktu bisa diputar kembali, Galih tidak mungkin berada di situasi pelik. Meski ia dan Sita telah sepakat untuk tidak memberitahu siapa pun tentang apa yang terjadi, Galih tetap tidak bisa melepaskan beban yang terus melekat di punggung.

Ia mencoba mengingat detail kejadian tersebut, hal apa yang membuat ia berakhir di atas ranjang bersama Sita. Gilanya, mereka terbangun dalam keadaan polos tanpa selembar pakaian pun di tubuh mereka. Sita hampir menjerit ketakutan, menuduh Galih melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Sedangkan Galih menghujani Sita dengan tuduhan yang sama mengingat tabiat Sita yang memang suka berhubungan intim dengan para laki-laki.

"Gila kamu! Aku nggak mungkin tidur dengan calon suami sahabatku sendiri!" sarkas Sita dengan tubuh masih tertutup selimut.

Galih menekan kedua kepalanya yang berdenyut tanpa berani melihat Sita. "Aku sama sekali nggak ingat apa yang bikin aku berbuat begini, Ta. A-aku ... aku ...." Galih menemukan memori kecil nan singkat itu. Ketika ia tidur, ia melihat wajah Anis yang tersenyum padanya. Galih merasakan sentuhan dan ciuman Anis membangkitkan gairah. Sialnya, entah bagaimana caranya justru Sitalah yang ia tiduri.

"SHIT!" Galih mengumpat. "Setan apa yang bikin aku bego kayak gini?"

"Kita sama-sama mabuk. Aku bener-bener yakin laki-laki yang meniduriku adalah Levin. Kenapa malah kamu, Gal?" Sita mendekap selimut, wajahnya tertutup dan air matanya tumpah begitu saja. "Anis, maafin aku. Gimana caranya aku minta maaf sama kamu?"

"Jangan bilang!" kata Galih.

Sita mengangkat wajahnya, menoleh pada Galih.

"Jangan bilang ke siapa-siapa soal ini. Bersumpahlah untuk merahasiakannya, Ta. Please, jangan biarkan kecerobohan kita menghancurkan hidup Anis."

"Bahkan tanpa kamu minta pun, aku nggak akan mengatakannya pada Anis. Kamu pikir aku bodoh?"

"Oke, kalau gitu lupakan soal kejadian ini."

"What?" Sita menggeleng tak habis pikir. "Galih! Kamu pikir segampang itu menganggap seakan nggak pernah terjadi apa-apa sama kita? Memangnya kamu tahu apakah benih kamu itu terbuang atau justru sebaliknya?" Sita berteriak dengan suara tertahan agar tidak ada yang mendengar. Ia tidak lupa kalau mereka sedang berada di rumah Levin. "Galih! Gimana kalau aku hamil?"

Wajah Galih menegang mendengar kalimat Sita. Sekujur tubuhnya berkeringat dan ia tidak mampu membayangkan kengerian itu bakal merobohkan dunianya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • karina016

    seriusan sita sama galih? :(

    Comment on chapter Chapter 3
  • karina016

    bahasanya enak banget dibaca, aku suka, semangat kak

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
G E V A N C I A
1186      649     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Dessert
1078      564     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Katanya Buku Baru, tapi kok???
515      351     0     
Short Story
Soulless...
5507      1285     7     
Romance
Apa cintamu datang di saat yang tepat? Pada orang yang tepat? Aku masih sangat, sangat muda waktu aku mengenal yang namanya cinta. Aku masih lembaran kertas putih, Seragamku masih putih abu-abu, dan perlahan, hatiku yang mulanya berwarna putih itu kini juga berubah menjadi abu-abu. Penuh ketidakpastian, penuh pertanyaan tanpa jawaban, keraguan, membuatku berundi pada permainan jetcoaster, ...
Dunia Saga
6084      1554     0     
True Story
There is nothing like the innocence of first love. This work dedicated for people who likes pure, sweet, innocent, true love story.
Wannable's Dream
41067      6017     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
387      281     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
Story Of Chayra
13730      3352     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14364      2926     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Forbidden Love
10085      2155     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...