Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka dalam Asmara
MENU
About Us  

Setapak jalan dipenuhi dedaunan merah berguguran. Sebuah padang rumput kering di kedua sisi jalan itu tidak terlihat seorang pun. Jalanan yang sangat sepi namun sangat menenangkan membuat Ash larut dalam embusan angin di sana. Dia menghirup udara sejenak, meski tak sesegar udara di musim semi tapi ini cukup bagus. 

 

Melihat tempat yang sepi seperti ini, jika dibandingkan dengan jalanan pepohonan sebelumnya memang tidak ada apa-apanya. Ash kemudian berpikir mungkin di tempat inilah dia akan bertemu dengan penyihir itu. 

 

Sekalipun menjejak takdir yang disulam dengan tangan sendiri, kelak takdir yang tak terhindarkan akan tetap terjadi sebagaimana hidup ini berlangsung. Datanglah sosok wanita berambut putih dengan pakaian yang serba putih juga dari ujung jalan. 

 

Rambut putih keperakan seperti kilau permata tergerai lurus dan indah. Gaun putih polos membentuk lekuk tubuhnya, beberapa aksesori bunga mawar putih dan hitam terpasang di bagian dada, pinggul dan di belakang daun telinganya. Kulit putih yang begitu mulus terlihat seperti pahatan sempurna, wajah mungil bak manekin hidup menatapnya sambil tersenyum. Dia berjalan tanpa mengenakan alas kaki, hanya ada tanaman rambat yang tipis mengikat kakinya. 

 

Dibandingkan seorang penyihir, wanita cantik ini jauh terlihat seperti seorang bidadari. Sesaat Ash tertegun, menatapnya penuh kagum akan bentuk tubuh juga wajahnya. Dia bahkan sangat cantik, berbeda dengan bayangan Ash yang mengira penyihir itu berwajah jelek.

 

“Sepertinya dongeng tentang penyihir yang memiliki rupa jelek itu salah,” celetuk Ash tanpa sadar. 

 

Lelaki bermata merah itu tetap menatap wanita cantik yang berada di hadapannya. Sekilas dia merasa biasa saja, tidak ada yang spesial bahkan auranya tidak membuat Ash berpikir dia benar-benar penyihir.

 

“Kamu apakah benar penyihir berambut putih itu?” tanya Ash seraya menggosok dagu dan melihat setiap sudut wajahnya lebih dekat.

 

Penyihir itu kemudian menyahut, “Menurutmu?” Seakan memberi tantangan menebak, dia kemudian menyunggingkan senyum semanis gula kapas. Suaranya yang lembut bahkan membuat mulut Ash terbuka lebar.

 

“Astaga, kalau tahu penyihir secantik ini mana mungkin aku mengiyakan permintaan orang itu,” ucap Ash spontan. Tampaknya Ash benar-benar jatuh hati dengan penyihir itu.

 

Penyihir itu lantas tertawa, dia merasa terhibur sedikit namun terasa sulit jika terlalu berada dekat dengannya. Ada perasaan tak rela yang terus mengganggu hati kecilnya ini.

 

Udara di sekitar mulai terlihat gelap. Angin berembus kencang tak seperti biasanya. Aura gelap menerobos keluar dari tubuh sang penyihir. Ash yang terkejut lekas melangkah mundur sembari berwaspada.

 

"Aku akan menyerangnya menggunakan apa?" Ash bertanya-tanya dalam batin. Bingung dengan apa dan bagaimana cara melakukannya tuk menghabisi nyawa wanita cantik itu. 

 

Beberapa saat dia sempat ragu tuk bertindak. Sosok penyihir telah mengungkapkan jati dirinya langsung di hadapan. Tidak ada lagi senyuman melainkan hanya tatapan tajam. Bila matanya yang hitam legam itu seakan-akan dapat menembus perasaan Ash yang terdalam. 

 

Ash tercekat diam selama hitungan detik, seolah jiwanya ditarik, dia merasakan perasaan aneh yang membuatnya bergidik merinding. Sekujur tubuh lelaki monster pertama kali merasakannya.

 

"Dia berniat menghabisiku juga." Ash membatin. Pemikirannya tidaklah salah dan wajar saja dia mengambil langkah mundur karena hawa gelap membuatnya ketakutan. Tiba-tiba dia merasa tidak yakin apakah bisa melakukannya. 

 

Keringat dingin bercucuran, Ash tertunduk diam di tempat dan membisu seketika. Jangankan berani menatap, mengambil selangkah mundur pun tak sanggup. Dalam ketakutannya itu Ash tengah mencoba melawan dan kemudian arah tatapannya tertuju pada kuku yang panjang. 

 

“Monster bisa mencabik,” ucap Ash. 

 

Sedikit demi sedikit tekanannya mulai berkurang. Ash mengangkat wajahnya perlahan dan dengan bantuan dari sedikit energi yang dulu pernah dia hisap, Ash mampu berdiri lalu menatap penyihir berambut putih yang hendak menyerangnya. 

 

Penyihir berambut putih memejamkan mata. Bibirnya bergerak cepat, bergumam. Sedikit mantra aneh terucap namun sulit didengar. Ash hanya tahu kalau penyihir ini akan menyerangnya tanpa ragu.

 

“Wanita cantik sepertimu benar seorang penyihir? Luar biasa!” 

 

Setelah selesai berucap, sang penyihir melepaskan sihir yang membentuk ratusan jarum es bersamaan dengan elemen kegelapan. Begitu cepat dia bertindak, sihir yang dilepas hampir memenuhi jangkauan Ash. Sulit bagi pria itu melarikan diri selain mengambil langkah mundur dengan cepat. 

 

Sihir itu dilepas dari satu arah namun jangkauannya cukup luas terlebih di area terbuka merupakan sebuah keuntungan. Ash hanya bisa bertahan dengan mengandalkan tubuhnya saja. Setelah beberapa saat serangan telah berhenti, kemudian Ash memanfaatkan kesempatan itu tuk membalas serangannya. 

 

Insting liar sebagai monsternya bangkit, secara naluriah dia merasa bahaya jika terus mendekat namun dia mampu mengendalikan ketakutan itu sehingga berlari sangat cepat. Hanya dalam waktu singkat Ash berada tepat di hadapannya. 

 

Penyihir berambut putih masih bisa bereaksi akan tetapi entah sengaja atau langkahnya yang terlalu lambat, dia terhenti satu tempat. Lalu kuku panjang yang tajam itu kemudian menembus tubuh sang penyihir. 

 

“Kamu tidak menghindarinya?” 

 

Penyihir itu tidak menjawab melainkan hanya tersenyum sesaat sebelum akhirnya dia melompat mundur lalu terbang ke atas dengan memanfaatkan elemen sihir kegelapannya. Sengaja menjauhi Ash. 

 

“Aneh.” Ash merasakan kejanggalan, tapi energi hidup penyihir telah melemah. Tubuh wanita itu terlihat sedang sekarat. 

 

Karena tidak yakin dia pun kembali mendekatinya dengan cepat. Ash melompat setinggi mungkin demi memastikan tidak ada kesalahan sedikit saja. Kemudian terjadilah suatu kejadian yang tak terduga di sana yang membuat waktu seolah melambat.

 

“Berhentilah melawan, penyihir. Aku tidak mau kalau kamu benar-benar akan membuat bencana wabah itu. Sekalipun mengorbankan hidupku, akan kupastikan wabah itu telah lenyap.” 

 

Sekali lagi penyihir itu tersenyum. Padahal dia sudah terluka begitu parah bahkan sihirnya mulai tak terkendali hingga menyebar ke segala arah. Ash cukup panik karena mengira wabah bencana kembali terlahir tetapi penyihir itu justru mengatakan sesuatu yang membuat dia sangat terkejut. 

 

Sebagai istri dari lelaki tampan itu, Eva menyentuh wajahnya untuk yang terakhir kali. 

 

“Tetaplah hidup, Ash.” Sebuah kalimat terucap sangat pelan dengan suara yang begitu lembut. Tersisa sedikit waktu hingga akhirnya dia menutup mata. 

 

Ash merasakan sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya, entah kenapa hatinya terasa sakit. Secara spontan dia menangkap tubuh sang penyihir yang hampir terjatuh lalu secara tidak sadar air mata pun ikut mengalir. 

 

Perasaan sakit di dada disebabkan oleh apa dan siapa? Ash jatuh dalam kebingungan. Dia bahkan tidak tahu mengapa menangis apalagi alasan dia memapah tubuh penyihir yang adalah musuhnya.

 

Magus bersama kedua bawahannya yang sejak tadi bersembunyi melihat semua kejadian itu secara seksama. Mereka saling pandang satu sama lain dengan isi pikiran yang sama, bingung. 

 

“Tuan, apakah ini hanya perasaanku? Dia terlihat sengaja tidak menghindari serangan. Seperti rela disakiti atau semacamnya. Aku tidak begitu paham.” Daniel mengungkapkan pemikirannya begitu saja. 

 

Magus yang merupakan majikan mereka lantas berdeham. Sejenak dia memandang pasutri itu yang hendak turun ke bawah. Dia memang merasakan dan melihat hal sama seperti Daniel.

 

“Apa kalian tahu alasanku menyuruh pria itu menghabisinya?” Tiba-tiba saja magus itu memberi tebakan kecil. 

 

Kedua bawahannya menoleh. Mereka cukup penasaran dengan apa yang dimaksudnya karena memang benar-benar tidak tahu. 

 

“Apa?” Daniel bertanya dengan wajah serius. Rasa penasaran semakin meningkat ketika melihat sang majikan menyunggingkan senyum. 

 

Setiap monster yang tercipta berkat penyihir tentunya tidak bisa melawan kehendak penyihir itu sendiri. Mereka—para monster itu tidak akan pernah lepas dari cengkeraman tuannya sehidup semati. Karena itulah mengapa melawan penyihir sama saja cari mati.

 

“Ada satu cara untuk melawan penyihir. Pertama, dengan tekad utuh. Kedua, menghisap energi dari darah penyihir. Yang pertama jauh lebih memungkinkan meski terdengar rancu tapi pria itu ada di pilihan kedua. Barulah dia bisa melawannya selama ini.” 

 

Pilihan itu bukan tanpa sebab. Daniel sadar, tidak mungkin seorang penyihir memberikan energinya begitu saja terlebih pada monster ciptaannya. 

 

“Itu tidak mungkin.” Daniel menyangkal tegas. Berpikir bahwa pilihan kedua itu tidak mungkin. 

 

“Meskipun pilihan pertama tidak masuk akal tapi pilihan kedua jauh lebih tidak masuk akal lagi,” imbuhnya dengan suara yang semakin meninggi. 

 

“Pilihan itu ada karena aku sudah memeriksanya. Penyidik manusia itu memiliki sedikit darah penyihir, lalu jika ditambahkan dengan memori istrinya yang hilang maka sudah jelas.” 

 

Magus tidak sembarang berbicara. Dia benar-benar memikirkannya hingga ke akar-akarnya. Kali ini dia sudah tidak menyangkalnya, bahwa penyihir berambut putih memang merelakan energinya sendiri pada pria itu dan bahkan dia sengaja tidak menghindari serangannya saat bertarung seolah-olah dia memang berencana mengakhiri hidupnya. 

 

***

 

Sihir kabut kegelapan menyebar ke udara di ruang terbuka ini. Berbagai elemen sihir dalam tubuh penyihir mulai diluar kendali namun energi kehidupannya melemah dari waktu ke waktu. Ash menggendong tubuh yang terlihat kecil baginya, menatap dengan kebingungan pada tindakannya saat ini. 

 

“Mengapa aku berbuat begini?” Sebuah pertanyaan terucap tapi tidak ada jawaban yang bisa dipikirkannya. 

 

Seiring berjalannya waktu sihir kegelapan mulai memudar, setiap percikan sihir yang muncul dari tubuh penyihir pun lenyap tanpa jejak. Tidak ada lagi jiwa, tatapannya sudah seperti ikan mati, tubuhnya juga sudah tidak bergerak, dan darah terus mengucur di perutnya yang berlubang hingga setetes terakhir. Ini adalah akhir dari seorang penyihir yang mengalami nasib baik. Sungguh sangat malang sekali. 

 

Ash menatap pilu sembari mendekapnya dengan sekujur tubuh yang gemetar. Perasaan cemas, takut, dan sedih bercampur aduk tak karuan. Tanpa disadari air mata mengalir di pelipis pria itu. Dia menangis sesenggukan karena orang yang dicintainya telah tiada dalam pelukannya sendiri, akan tetapi dia tidak tahu tentang fakta itu. 

 

Kehidupan 500 tahun yang tersisa dari penyihir mengalir masuk ke dalam tubuh monster. Apa pun yang terjadi pria itu tidak akan bisa mengakhiri hidupnya sendiri, apalagi jika orang lain yang melakukannya pun semakin tidak mungkin. Hidup selama 500 tahun, hampir terhitung abadi. Dan penyihir itulah yang melakukannya dengan memeras sisa sihir dan hidupnya untuk dia seorang.

 

Magus dan dua bawahannya yang tahu itu terjadi pun hanya bisa terdiam melongo. Tidak menyangka bahwa penyihir berambut putih yang dulunya kejam kini begitu menyayangi seseorang. 

 

Menggunakan sihir teleportasi, magus dan kedua bawahannya kemudian pergi dari sana. Lalu menemui seorang pria yang tampaknya sudah lama menunggu di luar restoran. Para monster diubahnya menjadi manusia sungguhan agar tidak seorang pun curiga, sedangkan magus sendiri hanya melepas jubah yang selalu dikenakannya. 

 

“Sudah lama tidak berjumpa, klonku.” Magus melambai sambil tersenyum. 

 

Pria itu kemudian tertawa lalu menunduk hormat padanya. 

 

“Kerja bagus, kau sudah membantuku cukup lama dan mendorongnya masuk ke dalam jebakan. Dengan begitu aku pun bisa melenyapkan penyihir tanpa wajah itu tanpa sisa.” 

 

Sosok pria yang disebut klon miliknya kini terdiam cukup lama. Dia tidak mengatakan apa-apa karena merasa itu tidak perlu lantaran selama ini pikiran mereka saling terhubung. 

 

“Hei, apa perlu aku memanggilmu dengan nama Tio sekarang? Baru kau akan menatapku?” Suara magus meninggi dengan kasar dan ketus. Dia sedang kesal. 

 

“Saya mana berani,” ucap Tio—orang yang sempat bekerja di bawah Ketua Penyidik kota pusat sebagai bawahan langsung. 

 

***

 

Penyihir terlahir dari alam, membentuk raga dan jiwa dari energi positif manusia. Mereka yang hidup bersembunyi sesekali hanya bisa memandang alam fana dari kejauhan. Mereka sebenarnya tidak berbeda jauh dengan manusia, kadangkala ada penyihir yang terlahir sebagai manusia. Selain kemampuan sihir, tidak ada perbedaan lain di antara mereka. 

 

Pengkhianatan yang dialami oleh penyihir berambut putih menyebabkan malapetaka terlahir di dunia manusia lalu di kehidupan selanjutnya, dia kembali muncul namun teror dilenyapkan olehnya sendiri karena dia sudah mulai melepas dendam dari masa lalunya. 

 

Begitu dia sudah tiada, sisa-sisa dari monster yang diciptakan oleh penyihir berambut putih dan penyihir tanpa wajah sudah kembali menjadi manusia lagi. Namun bukan berarti era penyihir akan berakhir. 

 

Berakhir. Ini hanya berlaku bagi Eva, sang penyihir berambut putih. 

 

Jalanan perkotaan yang ramai akan penduduk, kendaraan bahkan pejalan kaki terlihat berlalu lalang tak ada habisnya. Seorang gadis remaja berlarian menerobos kerumunan di jalan khusus dengan senyum girang, sehingga tanpa sengaja menabrak seorang lelaki berkacamata hitam. 

 

“Astaga! Maaf, aku tidak lihat jalan. Maaf ya, aku hanya sedang tergesa-gesa.” 

 

Sepanjang perjalanan ini dia berlari tanpa mengenakan sepatu. Rok dan atasan yang dikenakan pun terlihat berantakan apalagi rambut hitamnya. Dia cukup terkejut karena menabrak lelaki tiang listrik itu tetapi juga cukup berani karena dia tertawa setelah menabraknya.

 

“Maaf,” ucapnya sekali lagi. 

 

Lelaki itu sekadar menganggukkan kepala sambil tersenyum. Dia tidak mempermasalahkan hal itu, justru dia terlihat senang karena berjumpa dengannya. 

 

“Sepertinya hidupku sudah tidak lama lagi.” 

“Apa katamu?” Gadis itu cukup panik saat mendengar perkataannya tiba-tiba.

 

Setelah ratusan tahun lamanya takdir kembali mempertemukan mereka berdua. Sisa umur dari 500 tahun yang telah diberikan akan habis. Namun lelaki itu—Ash sangat bersyukur karena dapat bertemu dengan reinkarnasi istrinya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Call(er)
4481      2410     11     
Fantasy
Ketika cinta bukan sekadar perasaan, tapi menjadi sumber kekuatan yang bisa menyelamatkan atau bahkan menghancurkan segalanya. Freya Amethys, seorang Match Breaker, hidup untuk menghancurkan ikatan yang dianggap salah. Raka Aditama, seorang siswa SMA, yang selama ini merahasiakan kekuatan sebagai Match Maker, diciptakan untuk menyatukan pasangan yang ditakdirkan. Mereka seharusnya saling bert...
LINN
14093      2252     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
THE CHOICE: PUTRA FAJAR & TERATAI (FOLDER 1)
3729      1423     0     
Romance
Zeline Arabella adalah artis tanah air yang telah muak dengan segala aturan yang melarangnya berkehendak bebas hanya karena ia seorang public figure. Belum lagi mendadak Mamanya berniat menjodohkannya dengan pewaris kaya raya kolega ayahnya. Muak dengan itu semua, Zeline kabur ke Jawa Timur demi bisa menenangkan diri. Barangkali itu keputusan terbaik yang pernah ia buat. Karena dalam pelariannya,...
IMPIANKU
29092      4785     14     
Mystery
Deskripsi Setiap manusia pasti memiliki sebuah impian, dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu. Walau terkadang suka terjebak dengan apa yang diusahakan dalam menggapai impian tersebut. Begitu pun yang dialami oleh Satria, dalam usaha mewujudkan segala impiannya, sebagai anak Broken Home. Walau keadaan keluarganya hancur karena keegoisan sang ayah. Satria mencoba mencari jati dirinya,...
Surat Dari Masa Lalu
1603      815     8     
Fantasy
Terresa menemukan dirinya terbangun di kehidupan masa lalu. Setelah membaca surat yang dikirim oleh seseorang bernama Beverla Tuwiguna Darma. Dirinya memang menginginkan kembali ke masa lalu agar dia bisa memperbaiki takdirnya, namun bukan sampai ke kehidupan zaman kuno seperti yang terjadi saat ini. Dia harus menemukan kunci agar dia bisa kembali ke zamannya sendiri. Petualangan Terresa akan dim...
Cerita Cinta anak magang
731      468     1     
Fan Fiction
Cinta dan persahabatan, terkadang membuat mereka lupa mana kawan dan mana lawan. Kebersamaan yang mereka lalui, harus berakhir saling membenci cuma karena persaingan. antara cinta, persahabatan dan Karir harus pupus cuma karena keegoisan sendiri. akankah, kebersamaan mereka akan kembali? atau hanya menyisakan dendam semata yang membuat mereka saling benci? "Gue enggak bisa terus-terusan mend...
Nyanyian Laut Biru
2337      883     9     
Fantasy
Sulit dipercaya, dongeng masa kecil dan mitos dimasyarakat semua menjadi kenyataan dihadapannya. Lonato ingin mengingkarinya tapi ia jelas melihatnya. Ya… mahluk itu, mahluk laut yang terlihat berbeda wujudnya, tidak sama dengan yang ia dengar selama ini. Mahluk yang hampir membunuh harapannya untuk hidup namun hanya ia satu-satunya yang bisa menyelamatkan mahluk penghuni laut. Pertentangan ...
Night Stalkers (Segera Terbit)
1095      805     4     
Horror
Ketika kematian misterius mulai menghantui sekolah di desa terpencil, Askara dan teman-temannya terjebak dalam serangkaian kejadian yang semakin tak masuk akal. Dimulai dari Anita, sahabat mereka yang tiba-tiba meninggal setelah mengalami kejang aneh, hingga Ifal yang jatuh pingsan dengan kondisi serupa. Mitos tentang kutukan mulai beredar, membuat ketakutan merajalela. Namun, Askara tidak per...
Panggung Terakhir
392      262     0     
Short Story
Apa yang terlintas dipikiran kalian saat melihat pertunjukan opera? Penuh dengan drama? Bernilai seni yang tinggi? Memiliki ciri khas yang sangat unik? Dimana para pemain sangat berkarakter dan berkharisma? Sang Ratu Opera, Helena Windsor Saner, merupakan seorang gadis cantik dan berbakat. Jenius dalam musik, namun lebih memilih untuk menjadi pemain opera. Hidup dengan kepribadian ceria...
Elevator to Astral World
3432      1711     2     
Horror
Penasaran akan misteri menghilangnya Mamanya pada kantornya lebih dari sedekade lalu, West Edgeward memutuskan mengikuti rasa keingintahuannya dan berakhir mencoba permainan elevator yang dikirimkan temannya Daniel. Dunia yang dicapai elevator itu aneh, tapi tak berbahaya, hingga West memutuskan menceritakannya kepada saudara sepupunya Riselia Edgeward, seorang detektif supernatural yang meny...