Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka dalam Asmara
MENU
About Us  

Kepergian Ash sudah terlalu lama. Hampir satu bulan penuh semenjak dia menghilang dari jalan buntu itu. Sebenarnya dia sudah bersusah payah hanya untuk bertahan dan juga menghabisi monster yang saat itu berada di hadapannya namun sayangnya dia tidak bisa. 

 

Luka bekas cabikan kasar di bagian dada mengalirkan darah begitu banyak hingga pada akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri di tempat. 

 

Hal itu membuat monster di sana kegirangan, melihatnya tumbang seperti seekor serangga yang mudah diinjak menjadikan momen itu sebagai kesempatan tuk menghina Ash habis-habisan dengan cara menginjak atau bahkan menendang tubuhnya yang sekarat itu.

 

Setelah itu segelintir orang muncul dari balik kegelapan di sudut jalan, orang itu sama seperti monster yang pernah dihadapi oleh Ash namun ada juga yang merupakan seorang penyihir. Mereka membawanya pergi dan menjauh dari kota Angin. Tidaklah sulit membuatnya pergi apalagi dengan sihir ruang lalu berteleportasi. Saat itulah dia menghilang tanpa jejak. 

 

Di suatu tempat yang lembab. Ash berada dalam sebuah gudang pendingin. Lantainya sedikit tergenang air dan ada ratusan balok es yang tertata rapi di setiap rak-rak besar tersebar di sana. Ash duduk di sebuah kursi besi dengan kedua tangan dan kakinya diikat hingga menimbulkan ruam merah. 

 

Dia sudah tidak sadarkan diri selama kurang lebih 3 hari di dalam gudang pendingin ini. Begitu sadar dia langsung paham bahwa dia telah dibawa ke tempat ini. Dinginnya membuat kulit tubuh terasa terkoyak, rasa sakit di bagian dadanya masih belum sembuh dan itu bernanah. 

 

“Apa yang sebenarnya mereka lakukan padaku di tempat seperti ini?” 

 

Aliran darah menjadi tersumbat, semua organ dalam tubuhnya tidak bekerja dengan benar. Gudang ini lebih terlihat seperti penjara es baginya yang tidak mengijinkan dia untuk pulih justru hanya sekadar membekukan pendarahan. 

 

Kulitnya terkelupas saat bergerak sedikit saja. Tubuh menggigil kedinginan dan otak pun terasa membeku. Kesulitan menemukan cara tuk pergi dari sini, Ash hampir menyerah karena situasinya jauh lebih buruk dari dugaan. Tapi tak lama kemudian pintu gudang terbuka dan seseorang masuk ke dalam. 

 

“Tuan Penyidik akhirnya bangun juga. Apa Anda lapar?” Dia menyapa sekaligus bertanya namun juga mengejek. 

 

“Bagaimana aku bisa berharap aku tidak lapar dan kau sendiri muncul. Aku tidak tahu ini di mana tapi pertama-tama lepaskan dulu ikatan tali ini,” ucap Ash. Tersenyum, membalas ejekan.

 

“Oh, aku salah. Kau tidak seperti kebanyakan orang yang takut menghadapi ini. Padahal cuman orang sekarat saja tapi lagaknya seperti penguasa.” 

 

Lelaki berwujud manusia sungguhan ini nyatanya adalah seekor monster dengan gigi bertaring dan kuku yang tajam serta bola mata yang berwarna merah pekat seperti darah. Dia berjalan beberapa langkah lalu berputar di sekitarnya sembari memperhatikan setiap sudut tubuh Ash. 

 

“Seorang manusia mana mungkin bisa pulih dari luka itu, sebaliknya akan cepat mati. Dan kau bukanlah manusia, itulah mengapa kami sengaja menempatkanmu di sini.”

 

Membekukan pendarahan memang bukan ide yang cukup bagus. Mereka memang sengaja melakukan ini agar tubuh Ash tidak bisa pulih. 

 

“Lalu apa mau kalian dengan membawaku ke tempat ini? Seharusnya kalau ingin menghabisi seseorang ya jangan setengah-setengah, haha.” Ash tertawa. 

 

Nyeri di bagian dada akibat luka cabikan itu memang berkurang tapi lukanya tidak benar-benar sembuh dan inilah yang merugikan. Selagi tubuh masih memiliki kehangatan tersisa maka dia tidak akan tumbang seperti terakhir kalinya. 

 

Orang itu mengaku sebagai mayat hidup bernama Daniel, ikut tertawa setelah melihat kondisi tubuh Ash yang memburuk sedemikian rupa. Dia bahagia dan merasa sangat puas melihat sosok Ash yang sekarang. 

 

“Kami membawamu ke tempat ini hanya demi satu tujuan, yaitu membunuh penyihir.”

“Kalian itu mahluk peliharaan penyihir. Kenapa kau ingin membunuhnya?” 

“Kau akan tahu saat dia datang kemari.”

 

Benar saja, Ash jadi sedikit paham saat dua orang lainnya masuk ke dalam. Salah satunya monster yang sama dan satunya lagi adalah seorang penyihir bertudung. Sekali lihat Ash mengenalnya. 

 

“Penyihir yang lebih mendominasi di ruang kegelapan, mengapa memilih tempat terang dan dingin seperti gudang es ini?” Ash bertanya.

“Karena aku hanya ingin berbicara, bukan bertarung.”

 

Dia seorang Magus sejati, penyihir laki-laki yang memiliki aura gelap dan mampu mengendalikan sihir ruang sesuka hati. Dia barusan berkata tak ingin bertarung melainkan ingin berbicara. Ash merasakan firasat tidak nyaman setelah berdekatan dengan orang ini.

 

“Penyihir jahat era saat ini adalah seorang wanita. Dia adalah jiwa dari penyihir berabad-abad lalu yang pernah bekerja sama dengan penyihir wanita lainnya.”

“Kalian ingin membunuh mereka tapi aku tidak merasa aku harus melakukannya. Lagi pula—”

 

Magus berdeham sejenak seraya mengarahkan jari telunjuk ke depan bibir, mengisyaratkannya untuk berhenti berbicara.

 

“Sudah lama penyihir tidak berkutat pada dunia. Seharusnya kami tidak ikut campur, tapi jika kau mengalahkannya dan menghancurkan jiwa mereka maka wabah darah akan selamanya lenyap.” 

 

“Atas dasar apa aku harus percaya padamu? Kau juga penyihir dan dia mahluk peliharaanmu. Kau bahkan membiarkanku bertahan dalam dingin dan kondisiku terluka saat ini.” Ash protes.

 

Magus itu hanya tersenyum sesaat sebelum akhirnya mulai angkat bicara lagi. Dia berdeham dan kemudian berbisik, “Menyembuhkanmu perkara mudah.”

 

Dalam sekejap mata semua luka Ash telah disembuhkan, itu terjadi begitu cepat sesaat setelah dia selesai mengucapkan kalimat barusan. 

 

“Seharusnya Tuan Penyidik tahu bahwa wabah darah tidak hanya tidak menguntungkan bagi manusia tapi juga penyihir. Mereka berbuat seperti itu dan selama ini aku membantu kalian agar wabahnya tidak menyebar.”

 

Semua luka fisik Ash sembuh dan energinya juga telah pulih. Mudah baginya melepas ikatan tali di kedua tangannya, kemudian Ash menunjuk ke arah magus itu dengan kesal. 

 

“Aku tidak percaya dengan omong kosongmu. Lagi pula dengan kalian saja sudah cukup bukan?”

“Tidak cukup. Kami butuh dirimu yang memiliki sedikit darah penyihir. Selama ini kamu pasti sudah cukup lama memburu mereka dan menghisap energi hidupnya bukan?”

 

Magus mengira selama ini Ash memburu energi hidup penyihir namun itu tidak sepenuhnya salah sebab dia sudah berulang kali menghisap darah seorang penyihir yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Dia merasa pilu begitu mengingat hal itu. 

 

“Jika memang ingin meminta bantuanku. Lalu kenapa menyerangku?” 

“Maafkan bawahanku. Aku akan menghukumnya.”

“Lalu kenapa aku dikurung di tempat seperti ini? Bahkan juga diikat.”

 

“Pertama, aku hanya ingin bicara di tempat yang tenang. Kedua, aku tidak ingin kamu sampai kabur sebelum aku sempat bicara denganmu dan kamu juga bebas, tali itu tidak lagi mengikatmu.”

 

Ash tetap duduk di bangku sembari melipat kedua lengan ke depan dada. Menatap sinis tak percaya pada magus yang entah kenapa menyembunyikan hal lain.

 

“Benarkah?” Ash ragu. 

 

“Di luar sana panas. Bukannya lebih cocok kalau kita berdiam diri di gudang ini?”

 

“Kau bercanda.” Ash menggeram kesal layaknya binatang.

 

Munculnya magus membuat Ash memahami situasi sedikit. Namun dia sendiri tidak menyangka bahwa akan berjumpa dengan orang semacam dia setelah diculik secara kasar begini. Ash berusaha menggali informasi sebanyak mungkin yang akan membantunya tuk memecahkan kasus wabah darah. 

 

Seiring berjalannya waktu, magus meminta kerja sama dengan Ash. Dia bahkan tidak menyangka bahwa pria ini akan membuat keputusan seperti itu. Alasan dia pun tidak main-main. 

 

Memintanya tuk menghabisi seorang penyihir. Magus itu berkata hanya Ash yang bisa. 

 

“Katakan, kenapa hanya aku?”

 

Magus menghela napas, merasa bingung ketika ingin menjelaskan sesuatu. Sementara makhluk di sampingnya tampak kesal, mereka masih memiliki niat tuk menyerangnya.

 

“Baiklah, aku mengakuinya. Sebenarnya aku hanya meramalkan bahwa itulah yang akan terjadi.”

“Penyihir bisa meramal juga?”

“Tentu saja. Aku bisa mengetahuinya karena itu juga salah satu kemampuanku.”

 

Magus ini tidak mungkin berkata sembarangan. Dia berani mengakui hasil ramalannya mengungkap bahwa Ash akan menghabisi penyihir itu dengan tangannya sendiri. Dia bilang jika penyihir itu dihabisi maka wabah darah tidak akan pernah muncul kembali. 

 

Sebuah tawaran menggiurkan bagai umpan berada di depan mata. Sebagai ketua penyidik, ini benar-benar sulit ditolak. Ash berpikir berulang kali dalam benaknya tentang kerja sama yang diajukan oleh magus ini. Mempertimbangkan untung dan rugi serta kemungkinan terburuknya yang mungkin akan terjadi. 

 

Segalanya dibuat perhitungan, Ash berandai-andai bila magus berkhianat dan menimbulkan sesuatu yang jauh lebih buruk maka pasti itu sulit diatasi. 

 

Melihat Ash begitu memikirkannya, magus itu terpaksa memberitahukan hal lainnya guna meyakinkan kalau dia tidak ada niatan buruk sama sekali. Melainkan membantu. 

 

“Salah bawahanku yang menyakitimu di awal. Bahkan aku dengan sengaja mengikatmu agar kau tidak melarikan diri. Tolong mengertilah. Kemudian aku akan memperlihatkan sesuatu padamu, agar kau lebih yakin. Bagaimana?”

 

Disentuhnya dahi Ash dengan telapak tangan kanan si magus. Sedikit cahaya keluar dan sebuah memori singkat muncul dalam benak Ash secara perlahan-lahan. Ash tidak punya waktu untuk memprotes bahkan marah sebab ingatan itu mulai dilihatnya seperti sedang menonton sebuah film.

 

Kedua makhluk peliharaannya merasa tidak yakin dan khawatir jika Ash akan berbuat sembrono namun magus itu tahu bahwa Ash tidak akan berbuat seperti itu. 

 

“Apa tuan meramalkannya juga?”

“Hanya sedikit yang aku tahu. Dia akan bertemu dan menghabisi penyihir itu.”

“Lalu kenapa tuan tidak membiarkannya saja? Tanpa kita harus bertemu dengan dia, masa depan itu pasti akan terjadi.”

“Sayangnya aku masih ragu. Makanya aku membuat pilihan ini agar masa depan itu tidak berubah.” 

 

Nampaknya magus berpikir akan ada variabel tertentu yang memungkinkan masa depan yang dilihatnya bisa jadi akan berubah sewaktu-waktu. Menyebabkan rasa khawatir sehingga dia bertindak sendiri dan membuat rencana satu langkah guna meyakinkan masa depan tersebut benar terjadi. 

 

Beberapa saat kemudian Ash terlelap, ingatan milik magus telah merasuk ke dalam pikirannya. 

 

***

 

Di sebuah desa yang sederhana dengan rumah yang sederhana pula. Dua orang wanita yang selalu bersama setiap saat persis seperti anak kembar kini tertawa dan melihat ke arahnya. Ash langsung tersadar bahwa salah satu wanita itu adalah orang yang dia kenali tapi dia sedikit tidak yakin.

 

Beberapa momen terpatri dalam ingatannya. Ash tidak mengatakan apa pun selain melihat semua yang pernah terjadi di tempat ini. Singkat cerita, wanita berambut putih itu jatuh cinta dengan seorang manusia namun penyihir yang selalu bersamanya tidak mengijinkannya dan bahkan berniat merusak hubungan mereka. 

 

“Lina, aku jatuh cinta padanya.” Penyihir berambut putih mengaku dan berharap temannya akan menerima. 

“Tidak bisa. Kita adalah penyihir. Tak satupun dari kita yang bisa mencintai manusia fana karena itu akan memicu musibah.”

 

Lina—dikenal dengan penyihir yang cantik rupawan. Rahang yang tegas, alis yang seperti hasil sulaman lalu bibir yang besar namun tetap indah memiliki sifat yang sama tegasnya juga. Sekali aturan ditetapkan maka dia akan mematuhinya. 

 

Dengan tidak mengikat hubungan dengan manusia fana maka keabadian mereka akan tetap terjaga. Karena itu Lina melakukan apa saja demi keselamatan temannya yang sudah seperti saudara kandung sendiri, bahkan dia tidak ragu jika harus mengotori tangannya.

 

“Lihat saja dia akan mengkhianatimu.” 

 

Dia sengaja memasuki wilayah manusia fana dan menggoda setiap pria termasuk pujaan hati penyihir berambut putih itu. Tentu saja dengan kecantikannya yang bagai dewi dari surga membuat semua pria takluk begitu mudah. Saat melihat sang pujaannya jatuh hati dengan Lina, dia pun jatuh tak berdaya. 

 

“Lina, apa yang kamu lakukan?”

“Manusia tidak bisa dipercaya. Mereka semua lebih menjijikkan daripada serangga yang kamu benci.” 

 

Hal yang diinginkan Lina agar temannya membuka mata dan sadar. Setelah pria itu takluk semata-mata hanya karena kecantikan Lina, wanita itu kemudian melenyapkannya menjadi abu dan hanya menyisakan jiwanya saja. Lalu menyuruh penyihir berambut putih untuk bertanya apakah benar pria itu sangat mencintainya.

 

“Kamu pasti menggunakan sihir.”

 

Rambut seputih salju terlihat mencolok di ruang yang gelap, sang penyihir yang begitu naif pun mencoba memastikan bagaimana perasaan pria itu padanya. Harapan terbesar penyihir itu adalah pria yang dia cintai akan menyangkal tapi yang terjadi justru sebaliknya, pria itu terdiam lantas bingung bagaimana mau menjawab. 

 

“Katakan, apa kamu sungguh mencintai temanku, Lina?”

“Aku ....tidak. Sepertinya ...,” Mendengar tanggapan tidak jelas dan ragu membuat penyihir itu kecewa lalu menangis. 

 

Hanya karena kecantikan seorang wanita dengan mudahnya pria itu tergoda lalu melupakan dia yang selama ini selalu menjalin kasih bersamanya. Waktu jadi terbuang sia-sia. 

 

Amarah memuncak hingga mengubah warna rambut putihnya menjadi hitam kelam. Dia menatap sang pujaan dengan tatapan penuh kebencian, aura kegelapan dalam dirinya pun keluar sebagai arwah penjaga lalu mulai menyerang jiwa itu. 

 

“Apa yang kamu lakukan?! Tolong biarkan aku hidup!”

“Hanya tersisa jiwa saja sudah berani meminta tolong padaku? Tapi tenanglah aku akan membentuk tubuhmu kembali.” 

 

Diluar dugaan penyihir itu justru membentuk tubuh sang pujaan kembali utuh setelah dihancurkan jadi abu oleh Lina. Dikiranya pria itu mendapatkan maaf tapi sebenarnya ada maksud terselubung. Dia mengubah tubuh pria itu menjadi bukan lagi seorang manusia melainkan monster. 

 

“Ini adalah awal mula terciptanya wabah darah.”

 

Penyihir rambut putih memiliki kepribadian ramah dan lembut terkenal karena manisnya senyuman yang seperti seorang bidadari. Kehadirannya membuat aura positif berkumpul di sekitar dan menghangatkan banyak hati penduduk entah itu manusia ataupun penyihir. 

 

Namun pengkhianatan dari lelaki yang dia cintai telah mengubahnya menjadi jahat dan keji. Sisi itu berkebalikan dengan dirinya dulu dan tak seorang pun sadar kecuali Lina dan magus yang mereka kenal itu tahu. Ini juga menjadi alasan mengapa penyihir itu memiliki unsur gelap serta unsur cahaya di saat bersamaan. 

 

“Eva?” ucap Ash menyebut namanya, yang kemudian merasa sakit saat melihat perubahan wujudnya. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
F I R D A U S
760      503     0     
Fantasy
THE HISTORY OF PIPERALES
2122      828     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Tyaz Gamma
1604      972     1     
Fantasy
"Sekadar informasi untukmu. Kau ... tidak berada di duniamu," gadis itu berkata datar. Lelaki itu termenung sejenak, merasa kalimat itu familier di telinganya. Dia mengangkat kepala, tampak antusias setelah beberapa ide melesat di kepalanya. "Bagaimana caraku untuk kembali ke duniaku? Aku akan melakukan apa saja," ujarnya bersungguh-sungguh, tidak ada keraguan yang nampak di manik kelabunya...
Mysterious Call
506      338     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
God's Blessings : Jaws
1890      858     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
Finding Home
1998      947     1     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
Kisah-Kisah Misteri Para Pemancing
1689      796     1     
Mystery
Jika kau pikir memancing adalah hal yang menyenangkan, sebaiknya berpikirlah lagi. Terkadang tidak semua tentang memancing bagus. Terkadang kau akan bergelut dengan dunia mistis yang bisa saja menghilangkan nyawa ketika memancing! Buku ini adalah banyak kisah-kisah misteri yang dialami para pemancing. Hanya demi kesenangan, jangan pikir tidak ada taruhannya. Satu hal yang pasti. When you fish...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
4099      1662     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
Premium
Whispers in the Dark
3458      602     7     
Fantasy
A whisper calls your name from an empty room. A knock at your door—when you weren’t expecting company. This collection of bite-sized nightmares drags you into the the unsettling, and the unseen.
Forestee
491      346     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.