Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka dalam Asmara
MENU
About Us  

Sakit hati yang dirasakan seperti menebar garam di atas luka. Ash tidak percaya dengan perubahan wujudnya yang menjadi gelap mengenalinya sebagai Eva—istri yang amat dia cintai. 

 

Memori magus pun telah berakhir sampai situ. Teror-teror yang dimulai dari pengkhianatan berujung pada wabah darah yang hampir memicu kepunahan manusia telah membuat Ash berpikir tentang perkataan magus yang juga ada benarnya. 

 

Di sisi lain, magus merasa ada yang salah dengan Ash setelah itu. Dia pun bertanya bagaimana keadaan Ash tapi Ash tidak menjawabnya sama sekali justru hanya menangis. 

 

“Pria kok nangis? Haha, memalukan!” Makhluk yang paling benci dengan Ash, Daniel kembali mengejeknya sambil tertawa. 

 

Magus mengerutkan kening dan menatap tajam bawahannya agar dia tutup mulut. Dalam sekejap suasana di sana jadi hening. 

 

“Apa yang terjadi padamu sampai menangis? Kau terharu atau bagaimana?” tanya magus itu.

 

Ash menggelengkan kepala dan berkata tidak ada masalah apa pun. Hanya saja dia juga turut mengungkapkan bahwa rupa penyihir itu menyerupai istrinya. Magus pun tersadar dia sendiri telah menciptakan sebuah variabel. 

 

"Gawat, aku malah menciptakan kejadian ini. Dengan hati manusia dia mungkin tidak akan tega membunuh orang yang hampir mirip istrinya," pikir magus dalam benak. 

 

Niatnya bertindak sangat hati-hati justru membuat situasi semakin runyam. Berpikir ini akan mengubah masa depan, dia bahkan sudah punya rencana tuk menghapus ingatan tentang istri Ash agar Ash dapat fokus dengan tujuannya. 

 

"Tunggu sebentar ...istrinya mirip? Apa ini hanya kebetulan atau itu memang dia?" Dalam benaknya dia kembali berpikir. Menyadari bahwa mungkin penyihir itu adalah istri lelaki ini, membuat magus semakin takut jika ada perubahan dalam masa depan yang dia ramalkan. 

 

“Mungkin aku harus menghapus ingatanmu jika itu benar dia,” gumam magus.

 

Terkadang takdir cukup kejam. Apa yang ingin dihindari justru selalu muncul dan berubah menjadi penghalang di jalan. Ekspresi Ash tidak sedap dipandang saat setelah melihat ingatan magus yang mengungkapkan asal-usul wabah darah. Tapi bukan itu yang membuatnya cemas, justru rupa dari sang penyihir lah yang membuat Ash terguncang. 

 

“Beberapa wajah dari mereka mungkin memiliki kemiripan tapi percayalah mereka adalah orang yang berbeda.” Pria ini berniat mengubah pemikiran Ash tentang penyihir itu namun juga sedikit menghibur dengan sedikit menepuk-nepuk pundaknya pelan.

 

Mengatakan ini sebuah kebetulan belaka. Tidak ada yang sama selain rupa. Berharap agar Ash mempercayai kebohongannya. 

 

"Padahal aku tidak tahu siapa istrinya dan bagaimana rupanya, tapi aku berkata seolah-olah mereka adalah orang yang berbeda." Begitulah isi pemikiran magus itu sebenarnya. 

 

“Ya, aku yakin mereka orang yang berbeda.”

“Itu cukup bagus.”

“Hei, bagaimana dengan penyihir satunya?”

“Kalau maksudmu adalah penyihir yang selalu bersama dengan dia, maka lupakan saja. Dia sudah lama meninggalkan dunia ini.”

“Apa dia juga ikut menyebarkan wabah itu?”

“Iya. Dengan sisa jiwanya.”

 

Ash mendadak penasaran bagaimana cara penyihir Lina itu tewas. Tadinya dia berniat untuk bertanya namun magus sudah angkat bicara seolah dia membaca pikirannya.

 

“Karena wajahnya hancur dia merasa malu kemudian dia mengakhiri hidupnya sendiri, aku lah yang membakar wajah cantiknya itu. Tetapi sekalipun dia sudah mati dan hanya tersisa pecahan jiwa pun dia selalu membantu temannya membalas dendam.” 

 

“Penyihir Tanpa Wajah,” ucap Ash spontan. 

 

Magus tersentak kaget lantas bertanya, “Mengapa kau tahu sebutan itu?” 

 

“Dari istriku.” Dia menjawab tanpa menghadapnya. Lalu melangkah pergi dari gudang pendingin itu. 

 

Kedua makhluk bawahan magus berniat menghentikannya pergi namun magus memberi perintah untuk tidak ikut campur lebih dari ini. 

 

“Ternyata memang sesuai dugaan. Takdir memang kejam.” Magus mendesah lelah. Rasanya urusan ini takkan berjalan lancar seperti yang telah dibayangkan ratusan kali hingga membentuk masa depan sesuai keinginan. 

 

Melihat reaksi Ash, nampaknya sudah mulai curiga bahwa penyihir itu mungkin benar adalah istrinya sendiri. Tapi tidak ada bukti kuat yang mendukung selain sesama penyihir. 

 

***

 

Hanya dengan kedua tangan, pintu gudang yang menyerupai dinding besi terbuka, beratnya hampir mencapai dua ton dan dia membukanya cukup mudah seperti membuka toples. Udara hangat menyerbu masuk bagai diterpa angin badai, wajahnya kembali terasa segar. 

 

Pemandangan musim gugur begitu indah di depan mata, setidaknya sampai partikel sihir ruang muncul dan magus keluar dari sana. 

 

“Dua hari lagi kau akan bertemu dengannya. Jangan lupa nasib manusia ada di tanganmu.” 

“Sampai sekarang aku masih bingung dan curiga terhadap niatmu yang membantuku.”

“Jangan salah paham. Kami juga tidak mau kalau dibenci oleh orang-orang sekitar tahu, makanya aku ingin mengubah pandangan mereka seperti dulu lagi.”

 

Keberadaan penyihir di masa lampau memang sangat disegani, setidaknya sebelum wabah darah menghantui para manusia. 

 

“Kau ini ternyata cukup peduli dengan pandangan orang sekitar ya.”

“Aku punya bisnis dengan manusia. Bisa gawat kalau bisnisku tutup, nanti aku makan dari mana?” 

 

Magus satu ini memang berbeda dari kebanyakan penyihir lain. Setelah beberapa saat mereka kembali mengobrol, magus tidak lagi berniat menyembunyikan wajah dari balik tudungnya. 

 

Terlihat rupa manusia dengan rambut hitam keunguan dan kulit putih pucat, tongkat kayu yang selama ini berada dalam genggamannya tiba-tiba berubah menjadi tongkat perak yang dipenuhi magis. 

 

“Tadi kamu bilang jangan salah paham. Kalau begitu aku tidak akan salah paham. Lagi pula aku tidak merasakan ada niat buruk.” Ash menoleh ke belakang, tertawa sejenak saat bertemu mata dengan monster yang membenci dirinya. 

 

“Kecuali dia,” imbuh Ash sambil menunjuknya.

 

“Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja?! Sini maju kalau kau berani!” timpalnya dengan marah, suaranya memekik seperti burung kakak tua yang cerewet. Perangai orang ini sungguh buruk.

 

“Aku bisa saja menghabisimu tapi tidak kulakukan karena kita dulunya sama-sama manusia. Dan lagi kau masih memiliki kesadaran.”

 

“Aku tidak meminta belas kasihanmu!” Dia kembali berteriak.

 

Tujuan Ash dan magus sama, kerja sama di antara mereka pun terbentuk setelah magus memperkenalkan dirinya dengan sebuah nama—Ilya. Penyihir ruang dan memiliki unsur kegelapan. Tidak terlihat seperti orang jahat justru dia terlihat konyol sekarang. 

 

“Aku akan pergi sebelum hari itu datang, Penyihir Ilya.” 

 

Di dalam hatinya hanya ada satu orang yang menempati, dialah istrinya—Eva. Gadis cantik dan pemberani. Sampai sekarang dia masih tidak yakin bagaimana bisa mendapatkan sosok gadis itu seolah ini hanya mimpi. Namun ini juga kejam jika benar adalah mimpi karena sama saja seperti membohongi diri sendiri. 

 

Di sepanjang jalan di antara pepohonan, daun merah berguguran. Cuaca yang hangat mengingatkan senyuman wajah Eva. Keinginannya tuk bertemu pun semakin menguat sehingga menghasilkan ilusi yang begitu jelas. 

 

Dia ada di sini. Berdiri di hadapannya sambil tersenyum. Setengah rambutnya memutih tapi dia masih orang yang sama. Itu terlihat jelas dari ekspresi serta sikap yang tidak berubah. Pakaian apa pun yang dikenakan terlihat begitu pas dan cocok tetapi entah kenapa sekarang dia terlihat jauh lebih dewasa. 

 

Pepohonan di sepanjang jalan menggugurkan ribuan daun merah kecoklatan. Sekilas tampak mengganggu namun pemandangan saat dedaunan terbang dibawa angin lalu berjatuhan itu sangat indah. Langit yang cerah seakan berubah warna menjadi merah, seperti sedang menyesuaikan musim gugur yang tiba di tempat ini. 

 

Lelaki berambut hitam sejenak berdiri sembari memandang daun-daun itu dengan senyuman. Pupil warna matanya perlahan berubah hampir menyerupai warna daun, merah pekat bersinar di bawah dahan pohon yang membentang di dekatnya. Dahan itu membungkuk hampir patah. 

 

Selang beberapa saat kehadiran seseorang di jalan sepi ini telah menggugah hatinya tuk menoleh. Ada seorang wanita yang terlihat seperti masih seorang gadis. Dia memiliki wajah cantik dan berperangai baik, terlihat lemah lembut juga ramah. Ash terbuai dengan senyuman manisnya yang seolah menyapa. 

 

“Tidak. Dia menyapaku?” Ash bertanya-tanya dalam kebingungan. Sepintas dia merasa familiar. “Tunggu, itu kamu, Eva?”

 

Senyuman Ash semakin lebar namun raut wajahnya terlihat sedih. Ash pun bergegas berlari menghampirinya, saat itu perubahan diri Ash semakin terlihat tapi kesadarannya tetap stabil. Berlari kegirangan karena harapan terkabul dalam waktu singkat, dia ingin segera memeluk tubuh mungil istrinya. 

 

Pelukan begitu erat membuatnya sulit bergerak. Aroma Ash yang pekat tercium. Aroma khasnya yang unik membuat Eva berdiri diam di sana.

 

“Eva, ini benar-benar kamu. Aku pikir aku sedang bermimpi.”

“Mana mungkin ini mimpi.” 

 

Guna memastikan dirinya ini bukanlah mimpi, Eva mencubit pipinya sendiri lalu mencubit pipi Ash dengan kuat hingga dia meringis kesakitan. Kini baik Ash maupun Eva, keduanya telah sadar bahwa ini bukanlah sebuah mimpi saja. 

 

Segala yang disentuh, lingkungan sekitar dan obrolan di antara mereka yang nyambung adalah kenyataan. Tidak ada yang palsu di sini. 

 

“Aku benar-benar ada di sini Ash. Kamu ingin aku melakukan apa lagi sampai kamu percaya kalau ini istrimu?” Eva melepas dekapannya, mendongakkan kepala dan menatap serius pada sang suami. 

 

Ash sedikit tertawa, sesekali dia memeluknya dengan perasaan yang sangat bahagia. Kemudian menepuk pelan ujung rambut Eva lalu memujinya cantik berulang kali. 

 

Eva merasa muak namun malu-malu karena perlakuan Ash yang terkadang berlebihan. Eva lantas mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh. Saat Ash akan kembali berjalan mendekat dan hendak memeluknya lagi, dengan cepat Eva mengambil selangkah mundur ke belakang. 

 

“Jangan terus memelukku.” Eva menggelengkan kepala dan tetap tersenyum. Kemudian meraih tangan Ash agar dapat bergandengan tangan. 

 

Eva mengajaknya pergi, melangkahi tiap dedaunan gugur di sekitar. Terlihat rambutnya dari bagian bawah telah memutih sebagian. Rambutnya yang tergerai lurus pun tercium aroma bunga. Harum dan menenangkan. 

 

Genggaman tangannya yang kecil terlihat berusaha menggenggam kepalan tangan Ash yang jauh lebih besar darinya. Ash tersenyum, dia merasa terhibur karena beberapa tindakan istrinya hari ini.

 

“Ngomong-ngomong ini di mana? Dan ini tempat apa?”

“Hentikan semua pertanyaanmu. Sekarang fokuslah bersenang-senang bersama denganku.” 

 

Dalam hati Ash yang penuh keraguan masih menanyakan tentang keaslian sosok Eva di hadapannya. Dia bahkan menolak jawab pertanyaan Ash yang sederhana seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu. Sepintas, Ash berpikir ini benar sebuah mimpi atau bisa jadi ilusi. 

 

“Eva, apa kamu tidak menanyakan bagaimana keadaanku? Atau bahkan bertanya tentang alasanku yang tiba-tiba menghilang?” 

 

Jika memang benar mimpi maka semua sikap Eva saat ini cukup masuk akal. Dan kalau ini ilusi, Ash mungkin akan lebih merasakan rasa sakit yang begitu dalam karena kembali membohongi dirinya sendiri. 

 

Dalam beberapa waktu pemandangan musim gugur tergantikan dengan sebuah pemandangan di pantai, terik matahari yang menyengat panas hampir membuat kulitnya yang putih terbakar.

 

“Jika ini mimpi, bagaimana menurutmu?” Eva menantikan jawaban darinya dengan semangat. Sudut bibirnya naik, tersenyum. 

 

“Aku tidak ingin berpikir ini mimpi apalagi ilusi. Aku sangat merindukanmu, Eva. Aku berharap kamu memang ada di sini.” Terdengar gemetar dan sedih saat dia mengatakannya. 

 

Sekali lagi. Dia menggenggam tangan Ash dengan erat, memastikan jawaban Ash tidaklah salah sepenuhnya. Dan lagi-lagi Eva tersenyum simpul, dia menatap Ash dengan lembut dan hangat. 

 

“Maafkan aku yang pergi tanpa mengabari.” Ash kembali mendekap tubuh mungil itu, tidak membiarkan ada sedikit jarak di antara mereka dengan tangan kanan mereka yang masih saling menggenggam satu sama lain.

 

Semerbak aroma bunga tercium lebih pekat di bawah sinar mentari. Sedetik setelah mata terpejam, langit cerah berubah menjadi gelap berbintang. Rambutnya yang memutih tampak bersinar, angin sepoi-sepoi di malam hari pun telah membawa pergi aroma bunga itu entah ke mana.

 

Menerima belaian penuh kasih sayang, setiap lekuk jari Ash menyentuh wajah dan rambutnya. Mata mereka saling bertemu dengan gairah membara bagaikan kobaran api yang menyala hebat. Bibir kecil tanpa polesan apa pun disentuhnya dan itu sangat lembut seperti wajahnya. 

 

“Aku tidak percaya ini mimpi. Apakah ini sihirmu?” Ash mengiranya begitu, tapi entah benar ataupun salah, Eva sama sekali tidak berniat menjawabnya. Dia melepas gandengan tangan itu lalu pergi mendekati bibir pantai.

 

“Setelah datang aku tahu kamu baik-baik saja karena seseorang menolongmu. Aku harus berterima kasih padanya nanti. Lalu selama aku bisa bertemu denganmu maka aku sudah cukup puas.” 

 

Setiap melangkah, jejak kakinya tertinggal di atas pasir, tinggal selangkah sampai air laut menghapusnya nanti. Dan Ash mengikuti langkah kecilnya dengan tergesa-gesa seolah takut tertinggal.

 

“Baiklah, terserah padamu saja.”

“Iya, sayang,” ucap Eva dengan suara lemah gemulai. Suaranya yang khas terdengar begitu menggoda.

 

Setelah sekian lama akhirnya dia menyebut Ash dengan panggilan itu. Wajah Ash pun mendadak jadi merah merona, tampak jelas dia tidak terbiasa dipanggil begitu. Eva lantas menertawakannya. 

 

Langit malam yang sunyi membuat mereka bebas melakukan apa saja. Sembari melepas kerinduan, mereka bercerita tentang apa saja yang telah mereka alami sampai saat ini. Ada suka maupun duka dan yang paling disenangi oleh mereka adalah pertemuan mereka hari ini.

 

“Sudah lama tidak dengar kabar dari kakak. Bagaimana kabarnya?”

“Dia baik-baik saja, sehat dan tetap waras.”

“Benarkah?”

“Iya. Tidak seperti kita yang gila.”

 

Malam ini terasa begitu panjang. Entah langit ini palsu atau bukan tapi suasananya begitu terasa sehingga sulit dibedakan. Pasutri itu duduk di atas bebatuan sembari memandang laut dari kejauhan, menikmati ombak yang terombang-ambing seakan ingin menghantam mereka namun begitu sampai ke bibir pantai, ombaknya mengecil. 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Killing Pendant
2995      1225     2     
Mystery
Di Grove Ridge University yang bereputasi tinggi dan terkenal ke seluruh penjuru kota Cresthill, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kriminalitas sesepele penyebaran kunci jawaban ujian akan terjadi di kelas angkatan seorang gadis dengan tingkat keingintahuan luar biasa terhadap segala sesuatu di sekitarnya, Ophelia Wood. Ia pun ditugaskan untuk mencari tahu siapa pelaku di balik semua itu, ke...
Depaysement (Sudah Terbit / Open PO)
4100      1663     2     
Mystery
Aniara Indramayu adalah pemuda biasa; baru lulus kuliah dan sibuk dengan pekerjaan sebagai ilustrator 'freelance' yang pendapatannya tidak stabil. Jalan hidupnya terjungkir balik ketika sahabatnya mengajaknya pergi ke sebuah pameran lukisan. Entah kenapa, setelah melihat salah satu lukisan yang dipamerkan, pikiran Aniara dirundung adegan-adegan misterius yang tidak berasal dari memorinya. Tid...
FIGURE 09
1753      688     3     
Fantasy
FIGURE.. sebuah organisasi yang memberikan jasa agen mata-mata atau pembersihan dunia daripara sampah yang terus memakan uang rakyat. bahkan beberapa raja dan presiden tersohor memiliki nomor bisnis mereka. seseorang yang sudah menjadi incaran para agen Figure, pasti akan berakhir pada kematian atau penjara seumur hidup, itu pun masih ringan karena biasanya sang pemakai jasa menginginkan mereka h...
Harsa untuk Amerta
272      216     0     
Fantasy
Sepenggal kisah tak biasa berlatar waktu tahun 2056 dari pemuda bernama Harsa sang kebahagiaan dan gadis bernama Amerta sang keabadian. Kisah yang membawamu untuk menyelam lebih dalam saat dunia telah dikuasai oleh robot manusia, keserakahan manusia, dan peristiwa lain yang perlahan melenyapkan manusia dari muka bumi. Sang keabadian yang menginginkan kebahagiaan, yang memeluk kesedihan, yan...
KASTARA
474      373     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
The Savior
4458      1608     10     
Fantasy
Kisah seorang yang bangkit dari kematiannya dan seorang yang berbagi kehidupan dengan roh yang ditampungnya. Kemudian terlibat kisah percintaan yang rumit dengan para roh. Roh mana yang akan memenangkan cerita roman ini?
FAYENA (Menentukan Takdir)
657      409     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
Hidden Path
5984      1589     7     
Mystery
Seorang reporter berdarah campuran Korea Indonesia, bernama Lee Hana menemukan sebuah keanehan di tempat tinggal barunya. Ia yang terjebak, mau tidak mau harus melakukan sebuah misi 'gila' mengubah takdirnya melalui perjalanan waktu demi menyelamatkan dirinya dan orang yang disayanginya. Dengan dibantu Arjuna, seorang detektif muda yang kompeten, ia ternyata menemukan fakta lainnya yang berkaita...
Only One
1232      830     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
THE CHOICE: PUTRA FAJAR & TERATAI (FOLDER 1)
3365      1262     0     
Romance
Zeline Arabella adalah artis tanah air yang telah muak dengan segala aturan yang melarangnya berkehendak bebas hanya karena ia seorang public figure. Belum lagi mendadak Mamanya berniat menjodohkannya dengan pewaris kaya raya kolega ayahnya. Muak dengan itu semua, Zeline kabur ke Jawa Timur demi bisa menenangkan diri. Barangkali itu keputusan terbaik yang pernah ia buat. Karena dalam pelariannya,...