Aku adalah anak tunggal. Rumah ini terasa besar dan sunyi, hanya ada aku dan orang tuaku. Orang-orang bilang menjadi anak tunggal itu enak, semua kasih sayang tercurah hanya padaku. Memang benar, aku tidak pernah kekurangan perhatian atau materi. Tapi, ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh apa pun.
Aku ingin mendengar suara tawa adik kecil yang berlarian di lorong rumah. Aku menginginkan pertengkaran kecil dengan kakak, berebut remote TV atau mainan. Aku menginginkan hangatnya pelukan dari saudara, serta berbagi rahasia dan mimpi.
Rumah ini terasa kosong tanpa kehadiran saudara. Aku sering merasa kesepian, bahkan di tengah keramaian keluarga. Aku iri melihat teman-temanku bermain dengan kakak atau adik mereka, saling menggoda, saling mendukung. Aku ingin merasakan kehangatan persaudaraan, ikatan yang tak terpisahkan.
Aku sering membayangkan memiliki kakak laki-laki yang kuat, yang akan melindungiku dari segala bahaya. Aku membayangkan memiliki adik perempuan yang lucu, yang akan menemaniku bermain boneka dan bercerita tentang dongeng.
Aku mencoba mencari teman-teman dekat, tetapi rasanya tetap berbeda. Teman-teman bisa pergi kapan saja, tetapi saudara akan selalu ada. Aku merindukan seseorang yang benar-benar mengenal diriku, yang tumbuh bersamaku, yang berbagi kenangan masa kecil.
Orang tuaku selalu berusaha membuatku bahagia, tetapi mereka tidak bisa menggantikan peran saudara. Mereka selalu ada untukku, tetapi mereka tidak bisa menjadi teman bermain atau tempat curhat yang setara. Aku belajar untuk mandiri, untuk mencari kebahagiaan dari dalam diri sendiri. Aku belajar untuk menikmati kesendirian, untuk menemukan kedamaian dalam kesunyian. Aku belajar untuk menghargai setiap momen bersama orang tuaku, untuk menciptakan kenangan indah yang akan selalu kuingat.
Namun, di balik semua itu, kerinduan akan saudara tetap ada. Aku berharap, suatu hari nanti, aku bisa memiliki keluarga sendiri, keluarga yang penuh dengan tawa dan kehangatan, keluarga yang tidak akan pernah merasa kesepian.