Aku adalah anak terakhir. Kata orang, menjadi anak terakhir itu enak, selalu dimanja dan disayang. Tapi bagiku, itu seperti kutukan yang tak berujung. Aku selalu dianggap sebagai anak kecil, apapun yang kulakukan, apapun yang kukatakan.
"Kamu kan masih kecil, belum ngerti apa-apa," begitu kata Ibu setiap kali aku ingin ikut campur dalam pembicaraan orang dewasa.
"Sudah, biar kakak saja yang urus, kamu main saja," begitu pula kata Ayah saat aku ingin membantu pekerjaan rumah. Aku merasa seperti boneka yang lucu, yang hanya pantas untuk dipeluk dan dicium, bukan untuk diajak berbicara atau didengar.
Aku ingin membuktikan bahwa aku sudah dewasa, bahwa aku memiliki pemikiran dan perasaan yang sama dengan kakak-kakakku. Aku ingin dihargai, bukan hanya disayang. Aku ingin dipercaya, bukan hanya dilindungi.
Aku benci ketika kakakku harus mengalah hanya karena aku "masih kecil". Aku tidak ingin menjadi beban bagi mereka. Aku ingin menjadi saudara yang setara, yang bisa saling mendukung dan menghargai.
Aku belajar untuk mandiri, untuk melakukan segala sesuatu sendiri, agar tidak dianggap merepotkan. Aku belajar untuk berbicara dengan tegas, untuk menyampaikan pendapatku dengan jelas, agar tidak dianggap remeh. Aku belajar untuk menunjukkan bahwa aku bukan lagi bayi kecil yang perlu dilindungi, tetapi seorang individu yang memiliki hak untuk didengar.
Namun, di balik semua perjuangan ini, ada rasa kesepian yang tersembunyi. Aku merindukan kasih sayang yang tulus, bukan hanya karena aku anak terakhir. Aku merindukan pengakuan yang adil, bukan hanya karena aku masih dianggap kecil.
Aku ingin keluarga melihatku sebagai diriku sendiri, bukan hanya sebagai "anak terakhir". Aku ingin mereka tahu bahwa aku juga memiliki mimpi dan cita-cita, bahwa aku juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Aku ingin mereka mencintaiku bukan karena aku kecil, tetapi karena aku adalah bagian dari keluarga ini.
Aku belajar bahwa menjadi anak terakhir bukan berarti tidak memiliki suara. Aku memiliki hak untuk bersuara, untuk mengambil keputusan, dan untuk menentukan jalan hidupku sendiri. Aku belajar bahwa kekuatan sejati bukan berarti menjadi orang lain, tetapi tentang menjadi diriku sendiri. Dan aku akan terus berjuang untuk diakui, untuk dihargai, dan untuk dicintai sebagai diriku sendiri. Aku akan terus membuktikan bahwa aku bukan lagi bayi kecil, tetapi seorang individu yang memiliki hak untuk hidup dan berkembang.