Aku adalah anak tengah. Terjepit di antara kakak yang selalu menjadi panutan dan adik yang selalu dimanja, aku merasa seperti bayangan di rumah sendiri. Aku belajar untuk tidak banyak menuntut, untuk selalu mengalah, dan untuk menjadi penengah dalam setiap pertengkaran.
"Kakak kan lebih tua, kamu harus mengalah," begitu kata Ibu setiap kali aku dan kakak berselisih.
"Adik kan masih kecil, kamu harus mengerti," begitu pula kata Ayah saat aku dan adik berebut mainan. Aku belajar bahwa suaraku tidak sepenting suara kakak atau adik.
Aku sering merasa tidak terlihat, seperti hantu yang bergentayangan di rumah sendiri. Kakak selalu mendapat pujian karena prestasinya, adik selalu mendapat perhatian karena kelucuannya. Lalu, aku? Aku hanya anak tengah, yang keberadaannya seolah-olah hanya untuk mengisi kekosongan di antara mereka.
Aku belajar untuk menjadi pendengar yang baik, untuk menahan emosi, dan untuk selalu tersenyum, meskipun hati sedang terluka. Aku menjadi tempat curhat kakak dan adik, tempat mereka mencari solusi atas masalah mereka. Aku mendengarkan keluh kesah mereka, memberikan nasihat, dan berusaha menghibur mereka.
Namun, siapa yang mendengarkanku? Siapa yang memberiku nasihat ketika aku merasa bimbang? Aku merasa seperti jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai, namun tidak memiliki tempat untuk berpijak. Aku merindukan seseorang yang bisa mengerti perasaanku, seseorang yang bisa melihatku sebagai individu, bukan hanya sebagai anak tengah.
Terkadang, aku merasa iri dengan kakak dan adik. Mereka memiliki peran yang jelas dalam keluarga, sementara aku merasa seperti tidak memiliki tempat. Kakak selalu mendapat prioritas, adik selalu mendapat keistimewaan. Lalu, aku? Aku hanya anak tengah, yang selalu harus mengalah.
Namun, di balik semua suka duka ini, ada kekuatan yang tumbuh dalam diriku. Aku belajar untuk mandiri, untuk tidak bergantung pada orang lain, dan untuk mencari kebahagiaan dari dalam diri sendiri. Aku belajar untuk menjadi penengah yang bijaksana, untuk menyelesaikan konflik, dan untuk menciptakan harmoni dalam keluarga.
Aku belajar bahwa menjadi anak tengah bukan berarti tidak memiliki identitas. Aku memiliki keunikan sendiri, kekuatan sendiri, dan peran sendiri dalam keluarga. Aku adalah penyeimbang, perekat, dan penengah. Aku adalah anak tengah, dan aku bangga dengan itu.