"Kami... kami sudah memutuskan untuk berpisah."
"Apa? Kalian serius?"ucap Lita dengan terkejut
"Kami sudah tidak bisa lagi bersama, sayang. Kami sudah mencoba, tapi..."
"Tapi kenapa? Kenapa sekarang? Kenapa di saat aku lagi..."tanya Lita dengan mata yang berkaca-kaca
"Maafkan kami, Lita. Kami tahu ini berat untuk kamu. Tapi ini yang terbaik untuk kita semua."
berdiri dan berjalan mendekati ke arah orang tuanya. "Terbaik untuk siapa? Kalian egois! Kalian tidak pernah memikirkan aku! Kalian selalu pergi, selalu sibuk dengan urusan kalian sendiri. Sekarang, setelah sekian lama tidak bertemu, kalian malah bilang mau cerai?"
"Lita, jangan bicara seperti itu. Kami sayang sama kamu." Ucap regina yang mulai menangis
"Sayang? Kalau sayang, kenapa kalian tega melakukan ini sama aku? Aku anak kalian, Ma, Pa! Kenapa kalian tega menghancurkan hidup aku?" Ucapan Lita dengan tangisan yang semakin kencang
"Lita, kami mohon mengerti. Ini bukan keputusan yang mudah untuk kami. Kami sudah cucuk matang-matang."ucap Robert dengan tegas dan tidak menghilangkan wibawanya
"Cukup! Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi! Aku mau berangkat sekolah." Ucap Lita sambil berlari keluar rumah dengan air mata yang membasahi pipinya
Lita pergi ke sekolah dengan hati hancur. Dia tidak menyangka akan menghadapi cobaan seberat ini. Masalah Reno dan Siska saja belum selesai, sekarang ditambah lagi masalah keluarga. Lita merasa sendirian dan tidak berdaya.Di sekolah, Lita mencoba untuk tegar. Dia tidak ingin teman-temannya melihat dia sedih. Tapi, di dalam hatinya, dia sangat terluka. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi.
"Lita, kamu kenapa? Kok murung gitu?" tanya Rina
"Aku lagi ada masalah keluarga, Rin."
"Masalah apa? Cerita dong, siapa tahu kita bisa bantu." Ucan Dinda
Lita menceritakan semua yang terjadi kepada mereka. Rina dan Dinda mendengarkan dengan penuh perhatian dan mencoba menenangkan Lita.
"Lita, yang sabar ya. Aku tahu ini berat untuk kamu. Tapi kamu harus kuat. Aku yakin kamu bisa melewati semua ini."
"Makasih ya, kalian memang sahabat terbaik."ucap Lita dengan keharuan
Guru mapel pun masuk. Lita mencoba untuk tegar dan fokus pada pelajaran, tapi pikirannya tetap melayang ke depan.
Kelas 11 IPA 1
Bel Masuk berbunyi. Semua siswa secara otomatis memasuki kelas. Reno sudah duduk di bangkunya, begitu juga dengan Dimas dan Andika. Tak lama kemudian, seorang guru wanita masuk ke kelas, diikuti oleh seorang siswi cantik yang berdiri di belakangnya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru tersebut.
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan dirimu."
"Hai semua, nama aku Siska. Aku pindahan dari Bandung. Semoga kita bisa berteman baik," ucap Siska dengan senyum manisnya.
Reno terkejut melihat Siska berdiri di depan kelas. Dia tidak menyangka Siska akan sekolah disini.
"Siska?" tanya Reno.
“Reno, kamu kenal Siska?” tanya Dimas penasaran.
"Dia teman kecilku," jawab Reno singkat.
Setelah memperkenalkan diri, Siska mencari tempat duduk. Kebetulan, hanya ada satu bangku kosong di sebelah Reno. Siska pun mendekati bangku tersebut dan duduk di sana.
"Hai, Ren," kata Siska.
"Hai, Kak," jawab Reno dengan sedikit gugup.
“Aku nggak nyang bisa ketemu lagi sama kamu di sini,” kata Siska.
"Aku juga," balas Reno.
Dimas dan Andika saling berpandangan. Mereka merasa ada sesuatu yang aneh antara Reno dan Siska.