POV RENO
Reno pulang ke rumahnya yang sederhana. Rumah itu hanya bertingkat dua dan bercat kuning pudar. Halaman rumahnya kecil dan hanya ditanami beberapa pohon mangga.
"Ren, kamu sudah pulang? Ibu sedang memasak sayur bayam. Kamu mau makan sekarang?" Ibu Reno menyapa Reno dengan wajah yang ceria.
"Ibu, aku mau sekarang . Aku laper banget." Reno menjawab dengan wajah yang lelah.
"Reno, tolong ambilkan kopi di dapur ya." Ayah Reno menyapa Reno dari ruang tamu.
Reno bergegas mengambilkan kopi untuk Ayahnya. Reno menaruh gelas kopi di meja samping Ayahnya.
"Reno, bagaimana acara ulang tahun sekolahmu kemarin ayah lupa menanyakan nya?" Ayah Reno menanyakan dengan wajah yang penasaran.
"Seru banget, Yah. Acara ulang tahun sekolahnya meriah banget. Aku bangga bisa jadi ketua panitianya. " Reno menunjukkan semangatnya dengan wajah yang berbinar-binar.
"Wah, anakku pintar dan rajin sekali. Ibu bangga sama kamu, Ren." Ibu Reno menunjukkan rasa bangganya dengan wajah yang ceria.
"Iya, Ren. Kamu harus terus bersemangat dalam menjalani hidupmu. Ayah dan Ibu selalu mendukung kamu." Ayah Reno menunjukkan rasa cintanya dengan wajah yang penuh harapan.
Reno menatap orang tuanya dengan tatapan yang penuh rasa sayang. Reno merasa beruntung memiliki orang tua yang selalu mencintai dan mendukungnya.
"Terima kasih, Yah, Bu. Aku sayang kalian." Reno menunjukkan rasa cintanya dengan wajah yang penuh kasih.
Mereka menikmati makan malam bersama dengan wajah yang penuh kasih. Reno merasa bahagia bisa berada bersama keluarga tercintanya.
Berbeda dengan suasana rumah Reno yang dipenuhi dengan kasih sayang, rumah Lita suasananya sangat berbeda jauh.
POV LITA
Lita sedang duduk di ruang tamu, menonton televisi sambil menunggu kedatangan orang tuanya. Lita merasa sedikit gelisah menunggu kedatangan orang tuanya. Lita ingin bercerita tentang perasaannya pada Reno. Lita ingin mendapatkan saran dan dukungan dari orang tuanya.
"Semoga papa dan mama mendengarkan ceritaku. Aku harus bagaimana, sih?" Lita bergumam sendiri dengan wajah yang sedikit cemberut.
Bunyi pintu rumah membuat Lita terkejut dan bergegas berdiri. Lita menunggu kedatangan orang tuanya dengan wajah yang penuh harapan.
"Lita! Kamu sedang ngapain?" Papa Lita atau yang bernama Robert Winfield menyapa Lita dengan wajah yang datar.
"Lita, papa dan mama lelah sekali setelah perjalanan panjang dari luar negeri. Tolong siapkan minuman untuk papa dan mama!" Mama Lita yang bernama regina Alexander menginstruksikan Lita dengan nada yang dingin.
"Iya, pa, ma. " Lita menjawab dengan wajah yang sedikit terkejut. Lita sedikit terkecewa dengan sikap orang tuanya yang terlihat tidak peduli padanya.
"Bagaimana hasil ujian sekolahmu? Apakah kamu mendapatkan nilai yang baik?" Robert menanyakan dengan wajah yang datar.
"Aku mendapat peringkat ketiga di kelas." Lita menjawab dengan wajah yang sedikit terkecewa.
"Ketiga? Kenapa hanya ketiga? Kamu harus bisa mendapatkan peringkat pertama! Papa mengharapkan kamu menjadi yang terbaik di sekolah." Robert menjawab dengan nada yang tegas dan menunjukkan kekecewaan.
"Aku sudah berusaha sebaik mungkin, Yah. Aku sudah belajar dengan keras." Lita menjawab dengan wajah yang sedikit tertekan.
"Iya, Lita. Papa kamu benar. Kamu harus terus berusaha untuk menjadi yang terbaik. Jangan sampai kamu gagal mencapai cita-citamu." Regina menjawab dengan nada yang tegas.
" Kayaknya kamu terlalu berleha leha sampe kamu cuman bisa mendapatkan peringkat ketiga, ayah akan tambah jadwal les kamu" Ucap Robert dengan nada tidak mau dibantah
Lita merasa sedikit tertekan dengan sikap orang tuanya . Lita merasa kesepian dan emang ingin mendapatkan perhatian tapi bukan dengan cara ini. Namun, Lita menahan rasa sedihnya dan mencoba bersikap tegar.