Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Sebelum berangkat tadi, Minhyuk sudah lebih dulu menghubungi Minjun, memberi tau kalau dia akan datang ke rumah sakit untuk mengantar makanan.

Tapi begitu sampai di rumah sakit, Minjun tiba-tiba sulit dihubungi. Ditelepon—tidak diangkat. Dikirimi pesan—tidak dibalas.

Jadi, di sinilah Minhyuk sekarang. Duduk di kafe dekat ruang IGD, menyesap americano hangatnya sambil menunggu.

Matanya sesekali melirik layar ponsel, berharap ada balasan dari Minjun, tapi nihil. Mungkin adiknya sedang sibuk.

Saat tengah menikmati minumannya, telinganya tiba-tiba menangkap suara gaduh dari arah IGD. Suara langkah kaki yang terburu-buru, beberapa orang berbicara dengan nada tegang.

Minhyuk mengangkat wajahnya, sedikit penasaran.

Akhirnya, tanpa sadar, dia berdiri dan melangkah mendekat. Dari luar pintu IGD, dia mengintip, mencoba mencari tau apa yang sedang terjadi.

***

Langit sore tampak mendung, seolah menjadi pertanda sesuatu yang berat. Di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit, pintu otomatis terus terbuka, membawa masuk pasien dalam berbagai kondisi.

Di antara suara monitor dan langkah-langkah tergesa, seorang ibu muda masuk dengan wajah panik, menggandeng tangan anak laki-lakinya yang tampak kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Tolong! Anak saya sakit!" suara perempuan itu bergetar, nyaris menangis.

Eunha, dokter jaga IGD, segera menghampiri mereka. "Apa yang terjadi dengan anak Anda, Bu?" tanyanya cepat, tetap berusaha tenang.

"Dia sudah mengeluh sakit perut sejak tadi pagi," si ibu menjawab cepat. "Tapi sekarang makin parah. Dia sampai tidak bisa berdiri tegak!"

Eunha segera menuntun anak itu ke tempat tidur periksa dan mulai melakukan pemeriksaan awal. Saat ia mengangkat baju anak itu, napasnya tertahan sejenak.

Memar.

Banyak.

Sebagian masih baru—kebiruan dan bengkak. Sebagian lagi mulai menguning, pertanda sudah ada sejak lama.

Ada yang tidak beres.

Di dekat sana, Yura sedang berbicara dengan perawat. Tapi saat melihat ekspresi serius Eunha, ia segera menghampiri.

"Ada apa?" tanyanya, alisnya sedikit berkerut.

Eunha tak menjawab, hanya memberi isyarat agar Yura melihat sendiri. Begitu matanya menangkap kondisi tubuh anak itu, ekspresi Yura langsung berubah.

Ia menatap ibu anak itu, suaranya tetap sopan tapi lebih tegas. "Bu, anak Anda sering jatuh?"

Si ibu mengangguk cepat. "Dia belajar naik sepeda. Sering terjatuh, jadi tubuhnya penuh memar."

Yura mengangguk pelan. "Baik. Tapi kami perlu memastikan kondisinya lebih lanjut."

Tanpa membuang waktu, Eunha meminta perawat menyiapkan USG.

Yura berdiri di samping anak itu, mencoba menenangkannya. "Sebentar ya, sayang. Tidak akan sakit."

Beberapa menit kemudian, hasil USG keluar.

Dan hasilnya... buruk.

Hematoma retroperitoneal. Perdarahan di area dalam perut yang berbahaya.

Yura menegang. Ia bertukar pandang dengan Eunha. Ini serius.

Eunha menarik napas dalam dan menjelaskan pada si ibu dengan tenang, "Bu, anak Anda mengalami hematoma retroperitoneal, yaitu perdarahan dalam di sekitar organ perutnya. Kami harus melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk CT scan, untuk memastikan kondisinya lebih jelas."

Si ibu terdiam sejenak. Jemarinya mencengkeram tepi tempat tidur.

Lalu, dengan suara bergetar, ia berkata, "Tidak... tidak mungkin... Dia hanya jatuh dari sepeda. Tidak separah itu!"

Nada suaranya bukan hanya tidak percaya. Tapi panik.

Yura memperhatikan ekspresi si ibu dengan cermat. Ada sesuatu yang... salah. Dengan hati-hati, Yura bertanya, "Bu, boleh saya tanya sesuatu?"

Si ibu menoleh cepat. "Apa?"

Yura menatapnya dalam-dalam. "Apakah Anda yang memukul Jiho?"

Ruangan terasa hening seketika.

Si ibu langsung berubah kaku. Matanya membelalak, wajahnya memerah seketika. "A-apa?! Bagaimana Anda bisa menuduh saya seperti itu?!"

"Saya hanya ingin memastikan, Bu."

"Tidak! Tidak ada yang menyakitinya!" suaranya naik satu oktaf.

Tapi tubuhnya menegang. Tangannya mengepal.

Dan tiba-tiba—

Ia mengangkat tangannya tinggi, hendak menampar Yura.

Yura refleks sedikit mundur, matanya membelalak.

Tapi sebelum tamparan itu mengenai wajahnya, sebuah tangan lain lebih cepat bergerak.

Plak!

Seorang pria muda, yang sejak tadi memperhatikan, tiba-tiba masuk di antara mereka. Dengan sigap, ia menangkap pergelangan tangan si ibu di udara, menghentikan gerakannya sebelum sempat menyentuh Yura.

"Bohoja-bunjinjeonghaseyo," suaranya terdengar dingin, tapi tegas.

Si ibu tersentak, matanya melebar.

Pria itu menatapnya sekilas, lalu dengan tenang mengeluarkan ponselnya.

"Saya melaporkan adanya dugaan kekerasan terhadap anak di rumah sakit. Tolong segera kirim petugas ke sini."

Si ibu langsung pucat. "Mwo haneun jisiya?!"

Tapi pria itu tidak menggubrisnya.

Saat mendengar polisi segera datang, si ibu panik. Tanpa berpikir panjang, ia berbalik, menarik tasnya, dan berlari keluar dari IGD.

"Hei! Tahan dia!" seru Eunha refleks.

Tapi si ibu sudah terlalu cepat.

Keamanan rumah sakit segera bergerak mengejarnya, tapi wanita itu sudah menghilang di antara lorong rumah sakit yang ramai.

Sementara itu, di dalam IGD, suasana masih terasa tegang.

Yura masih berdiri di tempatnya, menenangkan napasnya yang sedikit memburu.

Pria tadi menoleh padanya Dan saat itu dia baru tersadar kalau itu adalah Minhyuk. Orang yang ia jaga waktu di Jakarta. "Gwaenchanayo?" tanyanya singkat.

Yura berkedip, baru menyadari apa yang baru saja terjadi. Ia mengangguk. "Ah, ne. Terima kasih." Yura hampir saja mengejar ibu itu, kalau saja Minhyuk tidak menahan lengannya.

"Biarkan saja. Nanti dia pasti akan ditahan juga oleh security dan polisi," kata Minhyuk. 

Saat itu, Dokter Choi tiba dengan ekspresi serius.

Yura langsung berbicara cepat, "Gyosunim, pasien mengalami hematoma retroperitoneal dengan kemungkinan perdarahan aktif. Banyak memar di tubuhnya, ada yang lama dan baru. Perutnya membesar dan terasa keras saat diperiksa."

Dokter Choi mengangguk, segera mengambil alih. "Kita butuh CT scan sekarang. Panggil tim bedah anak dan anestesi. Jika ada perdarahan aktif, kita harus segera operasi."

Yura mengangguk mengerti pada Dokter Choi yang sudah duluan pergi dari IGD itu untuk bersiap operasi. Kaki Yura sudah ingin melangkah, tapi dia teringat kalau masih ada Minhyuk disana. "Minhyuk-ssi," kata Yura sambil berbalik untuk bicara pada Minhyuk yang berdiri disana. "Jangan pulang dulu, ya. Nanti ku traktir kopi, oke? Aku.. tidak tau sih operasi berapa lama, tapi..."

"Yura ssaem!" teriak salah seorang perawat yagn sudah lebih dulu membawa Jiho untuk pemeriksaan lanjut. Yura menghela napasnya dan menjawab kalau dia akan segera kesana.

Dia menggigit bibirnya sendiri lalu kembali melihat Minhyuk. Kala dia ingin kembali membuka suaranya, Minhyuk sudah lebih dulu bicara. "Pergilah. Pasien lebih penting." Lagi, Yura mengangguk patuh dan sedikit berlari menyusul perawat itu.

Segalanya bergerak cepat. Anak itu dibawa untuk pemeriksaan lanjutan, dan begitu hasilnya memang benar, tanpa buang waktu, Jiho segera dibawa ke ruang operasi. 

Sedangkan Mihnyuk, dia memilih untuk pergi ke luar IGD. Kembali ke kafe dekat IGD itu. 

***

Operasi baru selesai setelah melewati lima jam. Bersyukurnya, kondisi pasien tidak tiba-tiba memburuk selama operasi. Anak kecil itu benar-benar bertahan sekuat tenaga. Yura merasa hatinya menghangat begitu melihat operasi selesai, artinya dia sekali lagi menyelematkan nyawa. 

Kedua tangannya terangkat tinggi, meregangkan tubuhnya setelah operasi yang panjang. 

"Ah! Minhyuk-ssi." Tiba-tiba dia baru teringat terhadap lelaki itu. 

Dengan langkah yang sangat cepat, seperti orang berlari kecil, Yura dengna tergesa-gesa menuju ruang IGD. Matanya kesana kesini mencari Minhyuk, tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda lelaki itu ada disini. 

Yura mencari ke luar IGD, tapi tidak ada juga.

Helaan napas kini keluar dari dirinya. Ya, masuk akal juga sih. Siapa juga yang akan menunggu operasi selama beberapa jam. Apalagi tidak terlalu dekat juga. 

Sudahlah, kalau memang takdir, mereka akan bertemu lagi nanti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Semesta Berbicara
1423      824     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Ibu Mengajariku Tersenyum
2978      1186     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...
My Doctor My Soulmate
120      107     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
I N E O
6609      1398     5     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞
Mendadak Halal
8256      2251     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
Cute Monster
677      389     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Into The Sky
518      332     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
Loading 98%
652      399     4     
Romance
Call Kinna
7114      2282     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Flower With(out) Butterfly
441      305     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati