Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Pagi di rumah sakit dimulai seperti biasanya, suara langkah suster yang tergesa-gesa, panggilan dari speaker di nurse station, dan aroma khas desinfektan yang menguar. Minhyuk, yang masih setengah tertidur, membuka matanya perlahan. Namun, sebelum dia bisa benar-benar sadar, suara pintu yang dibuka dengan sedikit keras mengejutkannya.

"Selamat pagi!" suara berat seorang pria terdengar, penuh semangat.

Minhyuk mengerjap, menoleh, dan mendapati seorang pria paruh baya dengansnelli yang rapi sudah berdiri di sisi tempat tidurnya. Yura mengikutinya dari belakang dengan wajah setengah mengantuk, membawa secangkir kopi di tangan.

"Appa," Yura memanggil pelan. "Jangan berisik pagi-pagi. Kau membuat pasienku kaget."

"Dia bukan pasienmu. Kau hanya penjaga, Yura," jawab sang Appa sambil tertawa kecil.

Minhyuk menghela napas, mencoba mengumpulkan sisa-sisa ketenangannya. "Dokter Han, selamat pagi..." suaranya terdengar serak.

"Selamat pagi, Minhyuk-ssi. Bagaimana kondisimu hari ini?" tanya papa Yura sambil membuka file medis yang ia bawa.

Minhyuk mengangkat bahu. "Sepertinya sudah lebih baik."

"Dia sudah jauh lebih baik," sela Yura, meneguk kopinya. "Diarenya sudah berkurang, tapi semalam sempat demam tinggi sampai mengigau. Aku harus memanggil suster untuk memberinya paracetamol."

Minhyuk melirik Yura dengan bingung. "Aku... mengigau?"

Yura mengangguk sambil menyipitkan matanya, menahan tawa. "Oh iya. Kau bahkan sempat menggenggam tanganku erat sekali dan bergumam sesuatu seperti 'kenapa kau melakukan itu padaku.' Seram sekali, seperti sedang syuting drama thriller."

Wajah Minhyuk memerah seketika. "Aku tidak ingat," katanya cepat, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Wajar. Demam tinggi bisa membuat seseorang mengigau," kata papa Yura sambil tertawa kecil. "Bagus kalau sekarang sudah lebih baik. Kalau dalam dua atau tiga hari ini tidak ada demam lagi, kau sudah boleh pulang."

"Syukurlah," gumam Minhyuk lega.

Papa Yura menoleh pada anaknya yang masih berdiri di dekat meja. "Yura, jangan menyusahkan Minhyuk, ya. Ingat, kau di sini untuk membantu, bukan untuk membuatnya semakin lelah."

Yura memutar bola matanya dengan dramatis. "Appa, padahal aku yang menjaga dia, bukan dia yang menjaga aku."

"Tetap saja," balas papanya sambil tersenyum kecil. "Jangan lupa tidur yang cukup dan makan yang benar."

"Ya, ya, ya..." jawab Yura setengah kesal, melambai seperti sedang mengusir papanya keluar dari kamar.

Sang Appa tertawa dan menepuk bahu Minhyuk sebelum pergi. "Jaga diri, Minhyuk-ssi. Kalau ada masalah, panggil saja suster atau Yura."

Setelah papanya keluar, Yura duduk kembali di kursinya. Tapi belum sempat ia membuka bukunya, suara getaran ponsel mengalihkan perhatiannya.

Ponsel Minhyuk yang terletak di atas nakas bergetar beberapa kali. Nama "Dongsaeng" muncul di layar. Namun, Minhyuk hanya menatapnya tanpa niat mengangkat.

"Kenapa kau tidak mengangkatnya?" tanya Yura akhirnya, sedikit kesal. "Bagaimana kalau penting?"

Minhyuk mendesah, tapi akhirnya menurut. Dia meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu. "Yeoboseyo."

Suara keras dari seberang langsung terdengar, membuat Minhyuk menjauhkan ponselnya dari telinga. "Hyung! Kenapa belakangan ini kau sulit sekali dihubungi? Bagaimana keadaanmu? Aku sudah chat sejak kemarin tapi tidak ada jawaban! Kau membuatku khawatir, tau!"

"Aku sedang diopname sekarang."•

"MWO?!" pekik adiknya kaget di seberang sana. Saking kencangnya, Minhyuk sampai harus menjauhkan ponsel dari telinganya. Bahkan suara adiknya itu terdengar sampai ke tempat Yura duduk, membuat Yura sampai berhenti dari kegiatan mencatatnya.

"Kau gila, ya? Berteriak seperti itu. Kalau telingaku pecah bagaimana?"

"Telingamu tidak akan pecah semudah itu," balas suara di seberang. "Dan yang pecah itu bukan telingamu, tapi gendang telingamu. Sudahlah, kenapa kau tidak bilang apa-apa kalau kau masuk rumah sakit? Ada yang menjagamu di sana?"

"Kenapa aku harus bilang? Kau di Korea, aku di Jakarta. Dan aku punya seseorang yang menjagaku di sini. Jadi jangan khawatir dan jangan bilang apa pun pada bumonim," jawab Minhyuk dengan nada tegas.

"Siapa yang menjagamu? Memangnya kau punya teman di sana?"

Minhyuk melirik sekilas ke arah Yura sebelum menjawab singkat, "Ada lah seseorang. Sudah, aku mau istirahat. Kkeutneo." Tanpa menunggu balasan, dia memutus sambungan teleponnya.

Yura, yang diam-diam mendengarkan percakapan itu, hanya menggeleng pelan. "Ternyata kau memang seperti itu dengan semua orang, ya? Bahkan dengan keluargamu sendiri."

Minhyuk menoleh dan mengangkat bahu. "Aku hanya tidak suka banyak bicara."

Yura mencibir sambil menatapnya tajam. "Astaga. Hidupmu pasti sangat sepi."

Minhyuk tidak menjawab, hanya mengambil botol air mineral di meja dan meminumnya. Yura menggeleng lagi, memutuskan untuk kembali fokus pada catatan medisnya. Namun, dia tidak bisa menahan senyum kecil.

"Dia dingin, tapi... ada sesuatu yang menarik dari dia," gumamnya pelan, hampir tidak sadar bahwa dia baru saja berpikir seperti itu.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Akhir yang Kau Berikan
537      378     1     
Short Story
\"Membaca Novel membuatku dapat mengekspresikan diriku, namun aku selalu diganggu oleh dia\" begitulah gumam Arum ketika sedang asyik membaca. Arum hanya ingin mendapatkan ketenangan dirinya dari gangguan teman sekelasnya yang selalu mengganggu ia. Seiring berjalan dengan waktu Arum sudah terbiasa dengan kejadian itu, dan Laki Laki yang mengganggu ini mulai tertarik apa yang diminati oleh Arum...
Rumah Tanpa Dede
175      116     1     
Inspirational
Kata teteh, Bapak dan Mama bertengkar karena Dede, padahal Dede cuman bilang: "Kata Bapak, kalau Bi Hesti jadi Mama kedua, biaya pengobatan Dede ditanggung Bi Hesti sampai sembuh, Mah." Esya---penyintas penyakit langka Spina Bifida hanya ingin bisa berjalan tanpa bantuan kruk, tapi ekonomi yang miskin membuat mimpi itu terasa mustahil. Saat harapan berwujud 'Bi Hesti' datang, justru ban...
Cute Monster
677      389     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Into The Sky
519      333     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
Bloody Autumn: Genocide in Thames
9567      2144     54     
Mystery
London, sebuah kota yang indah dan dikagumi banyak orang. Tempat persembunyian para pembunuh yang suci. Pertemuan seorang pemuda asal Korea dengan Pelindung Big Ben seakan takdir yang menyeret keduanya pada pertempuran. Nyawa jutaan pendosa terancam dan tragedi yang mengerikan akan terjadi.
Temu Yang Di Tunggu (up)
19579      4083     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Love: Met That Star (석진에게 별이 찾았다)
1887      1045     2     
Romance
Kim Na Byul. Perempuan yang berpegang teguh pada kata-kata "Tidak akan pacaran ataupun menikah". Dirinya sudah terlanjur memantapkan hati kalau "cinta" itu hanya sebuah omong kosong belaka. Sudah cukup baginya melihat orang disekitarnya disakiti oleh urusan percintaan. Contohnya ayahnya sendiri yang sering main perempuan, membuat ibunya dan ayahnya berpisah saking depresinya. Belum lagi teman ...
My Doctor My Soulmate
121      108     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Ketika Kita Berdua
38025      5460     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Too Late
8084      2093     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...