Read More >>"> Summer Whispering Steam ([Arc 4] - Motobu's Annual Coffee Festival ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Summer Whispering Steam
MENU
About Us  

Malam hari sebelum kompetisi, seluruh tim Nagisano Shizuka berkumpul untuk memberikan semangat kepada Arlend dan Marlin. Kedai itu dipenuhi dengan energi positif dan dukungan. Ayase, Riku, Estrella, dan Hitome berdiri di barisan depan, menyemangati kedua rekan mereka.

"Berikan yang terbaik, Arlend! Bawa pulang kemenangan bersama Marlin." Ayase berteriak, melambai-lambaikan tangan. Sebagai sesama Shift Lead, dukungan itu cukup berarti.

"Marlin, tunjukkan pada mereka apa yang bisa kamu lakukan!" seru Hitome. Membuat Marlin tersipu malu atas dukungan itu.

“Yuki, Arlend, hati-hati di jalan.” Pinta Estrella, menangkupkan tangannya ke dada. Arlend dan Yuki saling menatap, menganggukkan kepala, dan melambaikan tangan mereka ke arah Estrella.

Yuki, Arlend, dan Marlin kemudian berangkat besok pagi-pagi buta menggunakan mobil van yang biasa mereka sewa. Di dalam mobil, alat-alat kopi tertata dengan rapi, siap digunakan dalam kompetisi. Mereka tahu perjalanan ini akan memakan waktu selama 40 menit dari Nagisano Shizuka menuju Shiosai Kamomei, sebuah kedai yang indah di tepi pantai Motobu, Okinawa. Mereka bertiga berangkat dari Desa Onna setelah berpamitan dengan Kakek Benjiro dan Hayato yang ternyata sudah berada di sana untuk memberikan sebuah kamera kepada Yuki sebagai bahan promosi setelah ia mendapatkan beberapa gambar bagus saat acara.

Mereka berlima kemudian memejamkan mata dan menangkupkan tangan di dada. “Apapun yang terjadi, harapan terkuat akan berakhir baik.” Begitulah mereka memanjatkan harap, setelahnya berangkat dengan melambaikan tangan kepada Kakek Benjiro dan Hayato yang bersiap untuk mengantarkan koran.

Sesampainya di Shiosai Kamomei, mereka disambut oleh pemandangan pantai yang menakjubkan. Christopher, pemilik kedai itu, menyambut mereka dengan senyuman hangat. “Selamat datang, Yuki, dan tim Nagisano Shizuka! Aku tak percaya Marlin yang akan bertanding. Ini akan menjadi kompetisi yang menarik.”

Marlin tersenyum canggung. "Kau tahu kalau aku tak akan membiarkanmu menang dengan mudah, kan, Christopher?"

“Tentu saja, Marlin. Berikan yang terbaik untuk itu.” Jawab Christopher sembari mengacungkan jempol kepadanya.

Kompetisi dimulai dengan suasana penuh antusiasme. Para peserta dari berbagai kedai kopi di Okinawa berkumpul, termasuk perwakilan dari Shiosai Kamomei sendiri, siap menunjukkan kemampuan masing-masing mereka. Arlend dan Marlin berdiri dengan penuh percaya diri, didampingi oleh Yuki yang memberikan dukungan moral sembari mengambil gambar dengan kamera pinjaman Hayato. Mereka tahu ini adalah kesempatan besar untuk membuktikan kemampuan mereka dan memperkenalkan Nagisano Shizuka ke seluruh Okinawa.

Kompetisi terdiri dari tiga sesi, dan sesi pertama adalah pertandingan kelompok. Tiga tim akan bertanding dalam satu kelompok, dan ada empat kelompok yang akan berkompetisi untuk membuat dasar penyeduhan kopi, yakni melakukan Cupping. Setiap tim akan menyeduh tiga jenis biji kopi lokal yang biasa ditanam di Okinawa, masing-masing adalah Okinawa Red Bourbon, Miyakojima Blue Mountain, dan Ishigaki Typica. Nagisano Shizuka berada di dalam kelompok satu, membuatnya berbeda dengan tim Shiosai Kamomei yang ada di dalam kelompok empat.

Arlend dan Marlin bersiap di meja mereka dengan apron milik kedai dan pakaian formal di baliknya, alat untuk melakukan Cupping sudah diatur rapi, Sebuah Penggiling Elektrik, Timbangan Bumbu, Pengukur Waktu, Mangkuk, Ketel Pemanas Air, dan dua buah Sendok Cupping. Mereka mendiskusikan strategi terakhir sebelum kompetisi dimulai.

“Kita harus fokus pada keseimbangan rasa dan aroma,” kata Arlend, mengingatkan Marlin tentang pentingnya konsistensi. Marlin, yang menunjukkan keseriusan tidak membantahnya sama sekali, hanya mengangguk kepada seniornya itu. “Masing-masing jenis biji kopi memiliki karakteristiknya, maka pertahankan itu, Marlin.”

Ketika semua peserta sudah berada di meja masing-masing, semua tamu undangan juga berkumpul di tengah bersamaan dengan para jurnalis dari berbagai daerah di Jepang menyiapkan bahan berita, Christopher berdiri di tengah panggung dan memberikan arahan terakhir kepada para peserta dan memberi sambutan kepada para tamu undangan beserta para jurnalis. “Selamat datang di Shiosai Kamomei. Kita akan memulai sesi pertama dengan melakukan Cupping. Setiap tim akan menyeduh tiga jenis kopi lokal yang kami ambil dari para petani di Okinawa sendiri. Semoga beruntung!”

Suasana menjadi semakin tegang saat sesi pertama dimulai dan panitia membagikan sejumlah satu ons untuk ketiga jenis biji kopi tersebut kepada setiap tim. Waktu dimulai, para jurnalis mengambil gambar tanpa menyalakan flash pada kamera, tamu undangan mengamati mereka dari kejauhan. Arlend dan Marlin bekerja dengan cepat dan tepat, mengukur setiap gram biji kopi dan setiap mililiter air. Mereka dengan hati-hati menghirup aroma kopi yang baru diseduh, mencatat setiap nuansa rasa yang ada di dalam.

“Red Bourbon ini memiliki aroma buah yang sangat kuat,” bisik Marlin.

“Iya, kita harus menonjolkan rasa manis dan sedikit asamnya,” jawab Arlend, mencatat pengamatan mereka.

Kemudian setelah berhasil menuliskan karakteristik rasa dari red bourbon, Marlin segera mengumpulkannya beserta catatan mereka kepada dewan juri yang sudah menunggu. “Sempurna,” batin Marlin saat memberikan seduhan tersebut kepada juri. Arlend segera membersihkan mesin penggiling elektrik dan alat lainnya, menyiapkan Cupping untuk jenis kopi lainnya.

Jenis kopi pertama dinilai oleh para juri, “Cupping ini sangat seimbang,” komentar salah satu juri kepada tim Nagisano Shizuka. “Red Bourbon mereka menonjolkan rasa buah dengan sangat baik.” Katanya kepada juri kedua disampingnya, dan dibalas dengan anggukan setuju.

Ketika tiba giliran mereka untuk menyajikan hasil seduhan ketiga, Arlend dan Marlin berdiri dengan penuh percaya diri dengan hasil kerja keras mereka. Para juri, yang terdiri dari ahli kopi lokal dan internasional, mulai mencicipi dan menilai setiap cangkir Cupping jenis biji kopi Blue Mountain.

“Blue Mountain-nya memiliki aftertaste yang lembut dan menyenangkan,” tambah juri lainnya setelah beberapa juri memberikan nilai positif.

Arlend dan Marlin saling tersenyum. Mereka tahu bahwa mereka telah memberikan yang terbaik. Namun, kompetisi masih panjang, dan mereka harus tetap fokus. Tim Nagisano Shizuka mengumpulkan catatan mereka, sebagai salah satu bahan penilaian akhir para juri untuk melihat seberapa jauh para kompetitor menilai sebuah rasa dari kopi lokal itu.

Saat sesi pertama berakhir dan menunggu pengumuman, tim Nagisano Shizuka berkumpul kembali. Yuki memberi mereka senyuman bangga. “Kerja bagus, kalian berdua. Sesi pertama ini berjalan dengan baik. Mari kita teruskan momentum ini.”

Dengan semangat yang tinggi dan tekad yang kuat, Arlend dan Marlin bersiap untuk menghadapi sesi berikutnya. Mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi mereka siap untuk menunjukkan kepada dunia seperti apa itu kualitas kopi milik Nagisano Shizuka.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Triangle of feeling
427      300     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
Senja Belum Berlalu
3597      1270     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Katanya Buku Baru, tapi kok???
434      288     0     
Short Story
Strange and Beautiful
4204      1132     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2419      819     1     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5886      1816     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Mimpi Milik Shira
476      261     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Call Me if U Dare
3469      1167     1     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Dia yang Terlewatkan
342      228     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
Nona Tak Terlihat
1646      1053     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...