Hari itu adalah hari terakhir Isaura dan Aldi untuk beradaptasi dengan lingkungan asrama. Selama dua hari mereka menghabiskan hari libur yang diberikan Miss Irene dengan berjalan-jalan di sekitar lingkungan asrama, juga lingkungan di luar gedung Asrama Bastari. Mereka sudah mengetahui hampir semua ruangan yang ada di Asrama Bastari, dan juga peraturan yang berlaku di asrama tersebut.
Setiap kali Isaura ingin bertemu dengan Aldi mereka berjanji untuk bertemu di koridor pembatas asrama putra dan putri setiap sore.
Sore itu, setelah selesai mengunjungi rumah ibadah, mereka berjalan menyusuri koridor asrama sambil mengobrol.
"Kau sudah dapat seragam?" tanya Isaura pada Aldi.
"Sudah," jawab Aldi.
Isaura mengangguk.
"Bagaimana teman-teman sekamarmu?" Kini giliran Aldi yang bertanya.
"Baik," jawab Isaura sambil memainkan kepangan rambutnya. "Kau tahu? Ada salah satu teman sekamarku yang merupakan anak indigo,"
"Serius?" Kedua alis Aldi terangkat.
Sekali lagi, Isaura mengangguk.
"Kalau teman sekamarmu, bagaimana?"
Aldi berpikir sebentar. "Teman sekamarku hanya dua. Namanya Bobby dan Patrick. Mereka sedikit berisik, tapi...yah, not bad lah,"
Isaura manggut-manggut. Ia kembali memandang lurus ke depan, dan melihat dua teman sekamarnya yang sepertinya baru kembali setelah seharian belajar. Gadis itu langsung memanggil mereka.
"Shilla, Ayu!"
Kedua gadis itu menoleh. Mereka tersenyum saat bertemu dengan Isaura. Namun begitu melihat sosok Aldi di belakang Isaura, ekspresi wajah mereka berubah.
Saat masih di sekolah lama mereka dulu, layaknya di cerita-cerita novel atau film remaja, Edward Ciel Aldio juga memiliki kelebihan dalam hal fisik di samping kemampuan akademis. Tubuhnya yang jangkung, hidung mancung, serta wajahnya yang rupawan membuatnya mirip dengan idola-idola asal Korea Selatan. Selain itu ekspresinya yang selalu terlihat cuek membuat Aldi menjadi populer dan menarik di mata murid-murid perempuan.
"I-ini kakakmu, Ra?" tanya Ayu. Ia tak percaya karena baru hari itu ia melihat sosok Aldi dari dekat.
"Ya. Kenalkan, ini Aldi, kakakku," Isaura mengenalkan Aldi kepada teman-temannya. "Lebih tepatnya kakak angkat. Aldi, ini teman-teman sekamarku,"
"Hai, Aldi. Salam kenal," Ayu langsung berkenalan dengan Aldi dengan cara salam tinju. Shilla juga ikut berkenalan, meski awalnya ia sedikit gugup.
Mei dan Narra yang muncul sedetik kemudian juga ikut berkenalan dengan Aldi. Isaura sudah terbiasa melihat gadis-gadis yang terpesona saat bertemu dengan kakaknya, namun gadis berpita hitam itu kerap dibuat pusing setiap ada cewek yang menitipkan salam atau mengirim surat cinta untuk Aldi. Yang lebih parah, Isaura pernah dilabrak oleh para gadis yang mengira dia kekasih Aldi.
Shilla dan Ayu langsung berpamitan hendak kembali ke kamar. Mereka ingin membereskan barang-barang mereka. Mereka berencana pindah ke kamar baru.
"Ah, sebaiknya aku membantu mereka," kata Isaura.
Aldi mengangguk paham. "Go on. If you need something, you can call or chat me,"
"See you tomorrow, Aldi," Mei ikut berpamitan. "Nice to meet you,"
"Nice to meet you too, guys,"
Isaura tersenyum, ia melambaikan tangan pada kakaknya, kemudian berbalik dan menyusul teman-temannya.
****
"Di luar dugaan, kakakmu ternyata tampan, ya," kata Ayu, saat mereka sudah kembali ke kamar asrama. Ia dan Shilla langsung menyusun baju masing-masing ke dalam koper. Narra membantu mengepak barang-barang mereka.
"Tapi sebaiknya kita jangan terlalu dekat dengan lawan jenis, sih," kata Shilla. "Kecuali kalau memang ada keperluan mendesak. Anak usia remaja seperti kita ini harus menjaga diri,"
"Kamu terlalu kaku, deh, Shil," sahut Mei. "Lagipula, kita baru pertama kali bertemu dengan kakaknya Isaura, belum berteman dekat,"
Shilla diam saja.
****
Malamnya, Isaura, Narra, dan Mei mengantar Shilla dan Ayu ke kamar baru mereka di lantai dasar. Setiap gedung di Asrama Bastari memiliki empat lantai. Kamar Isaura sendiri terletak di lantai tiga.
Menggunakan kemampuan khususnya, Narra sudah memastikan kalau kamar itu aman untuk ditempati dan jauh dari aura maupun gangguan yang bersifat negatif. Setelah selesai, mereka kembali ke kamar 61 untuk beristirahat.
Namun, tanpa Isaura dan Mei sadari, Narra yang berjalan di belakang sempat melihat 'sesuatu' di pojok asrama yang tidak disinari cahaya lampu.
****