Suasana rumah duka yang tadinya ramai kini sepi.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Seluruh rangkaian acara pemakaman sudah selesai digelar. Tamu-tamu sudah pulang. Yang tersisa hanya beberapa orang yang sedang membersihkan ruangan dan memindahkan barang-barang.
Seorang gadis yang rambutnya dikepang dan masih memakai seragam sekolah berdiri memandangi dua bingkai foto berukuran besar yang dihiasi pita hitam di bagian atasnya, serta lilin yang menyala di sisi kiri dan kanannya. Wajah gadis berusia 15 tahun itu terlihat murung.
Dua bingkai foto berukuran besar itu menampilkan sosok Silviana, ibunya. Di sisi kiri dan kanannya terdapat empat bingkai foto lain yang ukurannya lebih kecil, menampilkan sosok keempat adiknya.
Mereka semua meninggal dalam kebakaran yang terjadi kemarin.
Hanya gadis itu yang selamat dari tragedi itu. Ia baru pulang setelah merayakan kelulusannya dari SMP.
Ia sama sekali tak menyangka kalau hari itu adalah hari terakhir ibu dan keempat adiknya menikmati hidup di dunia. Api melahap rumahnya hingga habis. Mereka tak sempat menyelamatkan diri.
Jasad ibu dan keempat adiknya sudah dimakamkan tadi siang.
Seorang pria yang memakai jas hitam menepuk pundak gadis itu pelan. Gadis itu menoleh saat pria itu berdiri di sampingnya.
"Kamu belum makan,kan?" tanya pria itu. "Makan, setelah itu ganti baju, ya,"
Gadis itu hanya mengangguk dalam diam, lalu mengikuti langkah ayahnya ke dalam.
****