Diwaktu masih siang itu, setelah aku menyerahkan uangku kepada mamah untuk dipakai kembalian konsumen yang membeli asinan buah. Aku menuju kamar kembali. Aku mengambil handphone yang aku letakan di atas meja belajarku lalu aku pun mengirimkan pesan singkat dari handphone kepada Deva. Karena waktu itu, pesan singkat dari handphone sedang laku-lakunya karena setiap sekali mengirimkan pesan maka akan mendapat seratus gratisan pesan singkat dari salah satu provider kartu sim telepon.
Amanda
[Dev, tadi pulang sekolah kamu kemana?aku dijulid lagi sama Aditya dan Cici dibilang aku ngerayu om-om terus tubuhku dijual.]
Beberapa menit kemudian, Deva pun membalas pesan singkat aku itu.
Deva
[Maaf Amanda tadi pulang sekolah aku langsung ke rental ps dan warnet yang berada di pinggir sekolah,astaga mereka begitu lagi nda?kamu sabar dulu ya besok aku akan gertak mereka lagi.]
Amanda
[Iya Dev, terima kasih ya, maaf aku ngerepotin, maaf kali ini aku butuh pembelaanmu lagi.]
Deva
[Kenapa gak lapor guru BK aja?]
Amanda
[Sudah pernah dipanggil guru BK tapi begitu lagi gak berubah.]
Deva
[Sekolah gak sanggup mengeluarkan dia dari sekolah?]
Amanda
[Ayahnya dia tentara yang punya kuasa sekolah ini,yang menaungi yayasan ini, gak akan bisa.]
Deva
[Pasti mental kamu berantakan banget ya nda?atau solusinya kamu pindah sekolah aja gimana?]
Amanda
[Banget,tapi kalau aku pindah sekolah mau pindah kemana Dev?karena sekolah ini yang terdekat dari rumahku.]
Deva
[Bingung juga, ya sudah sabar ya, besok aku omongin dia,kamu nyantai aja,selama ada aku nanti kamu aman.]
Amanda
[Iya Dev,smsan nya sudah dulu ya mamahku manggil nih.]
Deva
[Ya sudah aku juga mau main bola dulu di lapangan kelurahan,sampai ketemu besok disekolah ya.]
Amanda
[Iya.]
Setelah pesan singkat smsan terakhir terkirim, lalu handphone Amanda pun disimpan lagi diatas meja belajar. Lalu Amanda menuju ke tempat dimana Mamahnya berada karena sepertinya tadi Mamahnya manggil-manggil.
Amanda pun keluar dari kamar.
"Iya Mah, Mamah manggil Amanda?ada apa ya, Mah?"tanyaku pada mamah.
"Kamu ya dipanggil dari tadi gak nyahut-nyahut, habis ngapain dulu?"
"Maaf Mah, habis smsan dulu sama teman."
"Belikan gula aren dan cabai rawit ke warung, stok kuah asinan buah Mamah habis."
"Iya Mah, belinya berapa kilogram?"
"Belinya satu kilogram aja, gula satu kilogram, cabai rawit satu kilogram dari warung Bapak Undang, ya!"
"Iya Mah, kalau begitu Amanda pergi dulu ke warung."
"Iya, hati-hati dijalan."
Aku lalu menuju garasi tempat penyimpanan sepeda kesayanganku disimpan, lalu aku keluarkan sepeda kesayanganku itu dan aku pun bersiap untuk pergi ke warung karena disuruh Mamah beli bahan bumbu kuah asinan buah.
Karena sepertinya kalau jalan kaki aku malas sekali, mana cuaca panas terik begini bisa-bisa kulitku pun belang-belang.
Naik sepeda pun aku sambil memakai jaket yang berbahan kain.Namun, karena kurang hati-hati dan konsentrasi ditengah perjalanan menuju warung itu aku hampir saja ditabrak oleh sebuah mobil berwarna biru metalik.
Tapi, meskipun mobil itu tidak jadi menabrakku, tetap saja aku terjatuh ke aspal karena kurang keseimbangan.
Brrruuukk..
Aku lalu terjatuh ke atas aspal sambil tertindih sepedaku.
"Aawww...sakit," ucapku meringis.
Lalu, yang mengemudikan mobil itu turun dan keluar dari mobilnya dengan setelan rapi seperti direktur muda memakai kemeja dan jas.
Pengemudi itu menghampiriku sambil berkata dengan nada marah-marah.
"Kamu kalau bawa sepeda tuh hati-hati."
"Untung mobilku gak lecet, coba kalau lecet sudah minta ganti rugi aku sama kamu," lanjutnya lagi.
"Maaf kak gak sengaja, aku kurang fokus tadi."
"Kak, bisa tolongin bangunin aku?aku gak bisa berdiri, kakiku ketindih sepeda," lanjutku lagi.
"Tolong-tolong, bangun aja sendiri,"
"Sudahlah aku sibuk dan buru-buru," lanjut pengendara mobil itu lalu dia bergegas pergi lagi dengan mobilnya dan mengebut.
Aku membatin dalam hati sambil dalam keadaan aku masih terduduk diaspal “Ya Allah, itu orang gitu amat, mentang-mentang orang kaya arogan banget!”
Tidak berapa lama lalu orang-orang yang sedang berada di depan warung pun berhamburan menuju ke arahku dan membantu mengangkat sepedaku.
Akang-akang yang menolongku pun bertanya, "Neng, gak kenapa-kenapa? Ada yang luka gak?"
Aku pun segera menjawab, "Ini aja kang kaki agak sakit ketindih sepeda sama agak tergores dikit."
"Diobati dulu ya, kita ke depan warung dulu,akang bantu."
"Iya kang, terima kasih."
Akang yang berbaik hati mau menolongku lalu memberikan aku minum dan memberikan aku obat merah juga plester siapa tahu ada yang luka kakinya. Hingga aku mau beli bahan-bahan pesanan Mamah pun menjadi lupa.
Terus si akang itu kembali bertanya, "Neng teh sebenarnya mau kemana sampai keserempet mobil segala?"
"Aku mau ke warung kang disuruh membeli gula sama cabai rawit sama Mamah.”
"Oh, kebetulan sekarang lagi diwarung, sok sekarang beli dulu yang akan dibelinya, nanti pulangnya kalau masih sakit kakinya akang antar menuju rumah."
"Iya kang, terima kasih sebelumnya,terus nanti sepedanya gimana?"
"Iya neng sama-sama, kan sesama orang harus saling tolong-menolong."
"Sepedanya nanti dibawa sama teman akang, terus nanti neng dibonceng akang pakai motor."
"Oh iya kang, aku belanja dulu ya,takut dimarahi Mamah nanti kalau lupa."
"Iya neng,sok santai aja."
Aku lalu belanja bahan-bahan bumbu untuk kuah asinan buah seperti gula dan cabai rawit. Lumayan agak lama karena di warungnya sedang banyak yang beli dan gula beserta cabai rawitnya harus ditimbang dadakan dulu. Aku pun menunggu sambil menahan perih kakiku yang bekas terjatuh ke aspal tadi.
Setelah selesai ditimbang dan membayar ke pemilik warung, lalu si akang pun mengajak aku untuk segera pulang.
"Sudah neng belanjanya?yuk akang antar sekarang," ajak akang itu yang memakai topi bundar.
"Sudah kang, sudah beres dan belanjanya sudah lengkap tinggal pulang."
Temannya si akang yang bertopi bundar itu teriak, "Kang, ieu sapedah dianterkeun kamana?"
"Tuturkeun we motor ieu, engke ge maneh apal kamana," Ucap si akang.
"Enya atuh," jawab temannya lagi.
Lalu si akang tadi pun menghidupkan motornya, lalu aku dibonceng dibelakangnya.
"Kang,rumahku di perum yang dekat SMA Garuda, akang tahu kan?" tanyaku.
"Oh iya neng, tahu atuh itu mah, terus kemana lagi?"
"Masuk ke dalam gapura perumahan itu, lurus saja nanti ketemu sama blok yang ada spanduk penjual asinan buah, soalnya di blok perumahan aku cuma Mamahku aja penjual asinan buah."
"Iya neng, siap."
Motor si akang dan temannya yang membawa sepedaku itu terus melaju mengikuti arah jalan hingga sampailah menuju ke gapura gerbang perumahan yang aku maksud. Si akang dan temannya terus mengikuti jalanan di perumahan sesuai dengan arahanku, hingga akhirnya sampai juga menuju depan rumahku.