Read More >>"> Love 90 Days (Chapter 3 - Prince) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love 90 Days
MENU
About Us  

Beberapa orang naik ke panggung, salah satu dari mereka mengambil mikrofon dan mengetuk-ngetuknya dengan telunjuk. “Check.... Check.... Ehem, selamat petang menjelang malam semuanya. Perkenalkan nama gue Ardi, vokalis band TYPO dari SMA Nusantara. Sebagai tuan rumah, gue ucapin selamat tahun baru buat kalian semua yang hadir, juga banyak-banyak terima kasih buat kalian yang udah berpartisipasi dalam festival musik ini. Sebagai pembukaan, kami akan mempersembahkan sebuah lagu yang pastinya sudah sangat familier di telinga kalian.” Cowok berambut mangkuk itu memberikan kode kepada anggota lainnya. “So, listen it, The Reason by Hoobastank.”

Lagu yang benar-benar familier. Hampir semua yang menonton ikut bernyanyi, tak terkecuali dengan tiga cewek yang masih belum bergabung dengan kerumunan di depan panggung. Mereka antusias bernyanyi dengan kualitas suara yang seadanya.

“Kirain pembukaan udah mau diajak jingkrak-jingkrak,” celetuk Monic sesaat setelah lagu berakhir.

“TYPO. Nama band-nya kenapa gitu amat?” timpal Vika, lalu cekikikan sendiri.

Ara menyedot bubble milk tea-nya. “Gue malah ke-distract sama model rambutnya Ardi.”

“Iya juga ya. Kok gue sampai nggak sadar?” Vika tambah cekikikan.

Monic mengangguk setuju. “Habis suaranya kelewat bagus sih, kita jadi nggak perhatian sama yang lainnya.”

Ara hendak menimpali saat tiba-tiba sebuah benda memukul kepalanya. “Anjrittt! Apaan sih lo?!” Ara menoleh dan mendapati Dion berdiri di belakangnya, memasang ekspresi cengengesan. Tangan kanan Dion memegang lightstick Blackpink yang menyerupai palu. Kedua sisi sampingnya yang berbentuk hati berkelap-kelip. Tanpa berkata apa-apa, Ara merebut benda itu dan balas memukul kepala Dion keras-keras. “Sakit, tauk!” Nyaris saja Ara melemparkan gelas bubble milk tea-nya ke muka Dion saking sebalnya.

Namun bukannya marah, Dion malah terbahak. Maklum, cowok itu memang terkenal jail pada siapa saja, kecuali pada Vika—pacarnya sendiri. Tak lama kemudian Hendra dan Brian muncul di belakang Dion.

“Lo dari tadi ke mana aja sih?” sembur Vika pada Dion yang masih memasang ekspresi tanpa dosa. “Satu lagu udah habis baru nongol.”

“Di belakang panggung, Beb. Soalnya Hendra harus memastikan kalau Prince kita dateng,” jawab Dion.

Vika melirik Hendra. “Emang harus ya pakai ditemenin segala?”

“Nggak juga sih. Gue sama Brian aja udah cukup. Dion aja yang ngintilin kami. Ya, nggak?” Hendra menyikut lengan Brian.

Brian, cowok yang penampilannya super kalem itu tersenyum. “Yup!”

Hendra dan Brian itu seperti satu paket. Ketua OSIS dan wakilnya. Kepala dan badan. Sementara Dion, dia lebih seperti kutu loncat yang bisa bergabung dengan siapa saja. Tak ayal jika cowok itu memiliki banyak teman.

“Eh, kenapa ada Prince segala?” tanya Ara. “Dia kan bukan bagian dari band sekolah kita.”

“Teguh, drummer kita, mendadak nggak bisa dateng. Nyokapnya masuk rumah sakit lagi, jadi kita minta tolong Prince buat gantiin,” jawab Hendra.

“Oh...” respons Ara mengambang, dia baru tahu jika ternyata Prince adalah seorang pemain drum.

Prince.

Semua orang pasti tahu siapa itu Prince. Prestasinya yang gemilang membuat cowok itu terkenal di kalangan para pendidik. Wajah tampannya secara otomatis membuatnya populer di kalangan cewek-cewek. Namun yang paling membuatnya dikenal adalah status sosialnya. Dia adalah anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia. Anak bungsu dan satu-satunya anak laki-laki dari keempat saudara kandungnya yang semuanya perempuan.

Yah, informasi yang sudah basi sebetulnya. Kalau dihiperbolakan ibaratnya seperti: siapa sih penduduk Indonesia yang tidak mengenal Prince? Semua pasti tahu profilnya meski belum tentu mengenali wajahnya yang memang jauh dari publikasi.

Suara tepuk tangan yang riuh menarik Ara kembali dari lamunan singkatnya. Dilihatnya dua sahabatnya sudah sibuk sendiri-sendiri. Vika tertawa-tawa dengan Dion, sedangkan Monic mengobrol dengan Brian.

Samar-samar seulas senyum terbit di wajah Ara. Jika kebanyakan orang merasa iri ketika melihat orang lain jatuh cinta, Ara malah sebaliknya. Melihat orang yang tengah jatuh cinta membawa aura positif yang membuatnya bahagia.

Yah, cinta memang selalu terasa menyenangkan.

Namun, ketika perkataan Madam Maris tadi menyusup ke dalam ingatannya, senyum Ara langsung memudar. Ara menggigit bagian dalam pipinya, membayangkan seandainya saja dia tidak berhasil menemukan cowok itu....

Kira-kira, mati itu gimana rasanya? Sakit nggak, ya?

“Ra, ngelamun aja dari tadi,” tegur Hendra. Cowok itu menepuk pelan pundak Ara.

Ara gelagapan. “E-eh, nggak kok.”

“Itu mereka udah pada gabung ke tengah, kamu nggak mau ikutan?” Cowok berperawakan tegap itu mengarahkan dagunya pada keempat teman mereka yang sudah terlebih dulu menghambur ke arah kerumunan di depan panggung.

Kamu. Ara selalu merasa tidak nyaman jika Hendra sudah menggunakan panggilan aku-kamu ketika mereka mengobrol. “Ikutan dong, tapi sekarang gue kebelet nih. Kamar mandinya di mana sih, lo tahu nggak?” Ini hanyalah alasan Ara untuk melarikan diri dari Hendra.

“Itu lewat sana.” Hendra menunjuk koridor yang terletak di sisi kanan panggung. “Mau aku anterin?”

“Nggak usah. Lo duluan aja, nanti gue susul. Dadaaah....” Ara berjalan mundur, buru-buru menjauhkan diri dari Hendra.

Setiap kali berada di dekat Hendra, Ara selalu merasakan sinyal-sinyal yang cowok itu kirimkan untuknya. Harusnya Ara bangga ditaksir oleh cowok seperti Hendra. Ketua OSIS, anak IPA, tampan, lumayan tajir, sopan, asyik untuk diajak mengobrol, selalu on time.... Singkatnya, Hendra itu boyfriend material banget. Sayang seribu sayang, Ara sama sekali tidak merasakan getaran apa-apa dari sinyal yang dikirimkan oleh Hendra. Bagi Ara, Hendra adalah teman yang baik.

Ya, hanya sekadar itu.

Ara melesat menuju koridor yang dimaksud. Sesuai papan penunjuk yang digantung di langit-langit, kamar mandi terletak di ujung koridor. Tidak ada orang, tapi ini jauh dari kata seram. Sungguh, ini tidak seperti di sinetron yang kebanyakan menggambarkan kamar mandi sekolah sebagai tempat yang angker.

Sembari mencuci tangan di wastafel, Ara memperhatikan dirinya sendiri di cermin. Wajahnya memang sedikit pucat, tapi sepertinya tidak apa-apa. Toh siapa juga yang akan memperhatikannya. Setelah mengeringkan tangan dengan tisu, Ara merapikan poninya dengan jari dan mengikat rambut panjangnya menjadi satu, kemudian menyampirkannya di bahu kiri.

Ara bersenandung kecil untuk mengusir sepi. Bahunya sudah setengah mendorong pintu kamar mandi ketika lamat-lamat dia mendengar suara seseorang. Tidak terlalu jelas karena suaranya membaur dengan ingar-bingar musik. Merasa bukan urusannya, Ara pun keluar dari kamar mandi.

Tak jauh dari situ, sesosok cowok bersandar di dinding sembari marah-marah pada lawan bicaranya di telepon. Ara hanya mendengar sepotong-sepotong. Seperti musik, media massa, bisnis, sekolah, dan banyak lagi.

Ara mencoba merangkai secara acak kata yang didengarnya, sayangnya tak satu pun yang berhasil menjadi sebuah kalimat. “Bodo ah!” tukasnya tak mau ambil pusing.

Saat melewati cowok itu, Ara berusaha keras untuk tidak menoleh—walau sejujurnya ekor matanya melirik ke arah sana. Masih beberapa langkah, Ara merasakan lengannya dicekal oleh seseorang.

Dan tatapan mereka pun berserobok....

PRINCE?!

*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
GLACIER 1: The Fire of Massacre
372      297     1     
Fantasy
[Fantasy - Tragedy - Action] Suku Glacier adalah suku yang seluruhnya adalah perempuan. Suku damai pengikut Dewi Arghi. Suku dengan kekuatan penyegel. Nila, anak perempuan dari Suku Glacier bertemu dengan Kaie, anak laki-laki dari Suku Daun di tengah serangan siluman. Kaie mengantarkannya pulang. Namun sayangnya, Nila menjatuhkan diri sambil menangis. Suku Glacier, terbakar ....
REMEMBER
4006      1210     3     
Inspirational
Perjuangan seorang gadis SMA bernama Gita, demi mempertahankan sebuah organisasi kepemudaan bentukan kakaknya yang menghilang. Tempat tersebut dulunya sangat berjasa dalam membangun potensi-potensi para pemuda dan pernah membanggakan nama desa. Singkat cerita, seorang remaja lelaki bernama Ferdy, yang dulunya pernah menjadi anak didik tempat tersebut tengah pulang ke kampung halaman untuk cuti...
Maroon Ribbon
456      318     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
It Takes Two to Tango
419      305     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Manuskrip Tanda Tanya
4056      1361     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
5680      1428     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
The Difference
7852      1717     2     
Romance
Diana, seseorang yang mempunyai nazar untuk berhijab setelah ada seseorang yang mengimami. Lantas siapakah yang akan mengimami Diana? Dion, pacar Diana yang sedang tinggal di Amerika. Davin, sahabat Diana yang selalu berasama Diana, namun berbeda agama.
The First
457      325     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
TENTANG WAKTU
1850      771     6     
Romance
Elrama adalah bintang paling terang di jagat raya, yang selalu memancarkan sinarnya yang gemilang tanpa perlu susah payah berusaha. Elrama tidak pernah tahu betapa sulitnya bagi Rima untuk mengeluarkan cahayanya sendiri, untuk menjadi bintang yang sepadan dengan Elrama hingga bisa berpendar bersama-sama.
Gagal Menikah
4272      1380     4     
Fan Fiction
Cerita ini hanya fiktif dan karanganku semata. Apabila terdapat kesamaan nama, karakter dan kejadian, semua itu hanya kebetulan belaka. Gagal Menikah. Dari judulnya udah ketahuan kan ya?! Hehehe, cerita ini mengkisahkan tentang seorang gadis yang selalu gagal menikah. Tentang seorang gadis yang telah mencoba beberapa kali, namun masih tetap gagal. Sudut pandang yang aku pakai dalam cerita ini ...