Bel pulang sekolah yang sangat dinanti-nanti Dita, akhirnya berbunyi juga. Senyum lebar menghiasi bibir mungilnya.
Angga berjalan gontai keluar kelas bersama Tito.
"Ngga!" Ujar Dita sambil menarik tangannya.
“Bisa kita bicara?” Angga mengangguk.
“Kita ke taman belakang ya?” ujar Dita sambil menarik tangan Angga.
“Semoga beruntung ya, bestie!” teriak Mira.
“Bro, sukses ya!” seru Tito juga.
“Ah mereka berdua rese banget sih,” ujar Angga pelan.
"Memang rese, mereka. Awas saja mereka. Aku akan buat mereka iri," ucap Dita.
"Maksudnya?"
"Aku mau buat mereka berdua iri. Mereka akan menyesal nanti. Lihat saja," ucap Dita lagi.
"Kenapa memangnya?" tanya Angga bingung.
"Ih, gak usah pura-pura bego deh. Pusing gue jadinya," ujar Dita ketus.
"Lah, buat apa kita buat mereka merasa iri sama kita?" tanya Angga.
“Mira sudah jadia sama Tito , dan tadi dia pamer kemesraan di depanku. Bikin ngiri aja," ucap Dita kesal.
"Trus, kamu mau apa?" Ujar Angga sambil tertawa.
"Yah, kita balas lah?" Jawab Dita.
"Caranya?" tanya Angga.
"Ya, dengan kita jadian juga. Kita bisa pacaran tapi jangan bilang-bilang sama ibu. Jangan sampai ibu tahu," ujarku setengah berbisik.
"Backstreet, maksudnya?" jawab Angga kaget.
"Hooh. Emang ada cara lain? tanya Dita.
"Ada," ucap Angga serius.
"Apa?" tanya Dita lagi.
"Dengan tetap berteman sampai kita dapat restu dari ibumu. Aku gak bisa melanggar janjiku, Dit. Kalau kita pacaran diam-diam, artinya aku sudah mengkhianati kepercayaan Tante Hesti. Gue gak mau, Dit," ucap Angga.
"Terus, gimana?" ujar Dita sedih.
"Ayo kita saling mengikat janji. Bahwa hanya akan ada kamu di dalam hatiku dan hanya ada aku dihatimu. Sampai nanti kita lulus sekolah dan kuliah, kita akan saling setia memegang janji itu. Jika saatnya tiba nanti, aku akan datang dengan penuh harga diri ke hadapan ibumu. Aku akan memintamu jadi pasangan hidupku." Ucap Angga dengan penuh keyakinan.
“Kamu mau kan, Dit?” tanya Angga penuh harap.
"Ya, aku mau. Mau banget, Ngga. Janji, kita kan setia selamanya -- hanya satu cinta!" ujarku sambil memandang Angga lekat.
"Aku mencintaimu, Dita. Hanya mencintaimu seorang." Ucap Angga sambil memegang jari-jemari Dita dan mengecupnya dengan lembut.
"Aku juga sayang kamu, Ngga. Hanya menyayangimu seorang." Ucap Dita pelan sambil menyandarkan kepalanya di pundak kekar Angga. Jari jemari Angga, membelai lembut rambut Dita.