Dua pekan sejak kepulangan sepupu Edwin ke Banyuwangi, hari ini Yogi mengajak kawan-kawannya yaitu Edwin, Restu, dan juga Ruri. Rencananya, Yogi akan menonton pertandingan bola antar kota di stadion di daerahnya.
Kebetulan, kawan-kawan yang lain juga sangat menyukai bola jadinya berangkat ke stadion secara bersama-sama. Karena jarak dari rumah ke stadion tidak terlalu jauh, berangkat ke stadion dengan memakai kendaraan roda dua.
Pukul 17.00 petang sudah sampai di stadion, karena pertandingan bola rencananya akan dimulai pada pukul 18.30 atau sesudah magrib. Lumayanlah ada waktu beberapa menit lagi untuk ngopi dan mengisap rokok. Setelah kopi dalam cangkir itu habis dan rokok yang dihisapnya juga tinggal puntungnya saja, Yogi mengajak untuk ke mushola yang berada di sisi kiri ruang locker room karena akan shalat dulu sebelum menonton pertandingan.
Begitu akan menuju ke tempat wudhu, samar-samar Yogi melihat sekelebat bayangan yang secepat kilat menghilang. Yogi pun bertanya pada kawan-kawan yang lain “ Win, lu ngerasa ada bayangan yang lewat gak?”
Lalu, Edwin pun menjawab pertanyaan yang dilontarkan Yogi itu “ Enggak, Gue enggak melihat bayangan apapun, tapi Gue ngerasain ada angin yang berembus ke leher Gue, apa perasaan Gue aja?”
Tiba-tiba tercium bau gas air mata dan berkabut, padahal suasana didalam stadion sedang adem-adem saja tidak ada keributan.
Yogi dan yang lainnya lalu cepat-cepat saja shalat magrib karena tempat yang terbatas juga waktunya pun sebentar. Setelah selesai, baru Yogi bercerita kepada teman-temannya bahwa mencium bau aneh yang seperti bau gas air mata padahal suasana tidak sedang rusuh dan tidak sedang ada keributan.
Ternyata cerita Yogi itu terdengar oleh satpam stadion dan satpam stadion itu berkata “ Iya benar dek, bahwa dulu di stadion ini pernah ada tragedi ratusan orang yang terjebak karena menghirup gas air mata. Ada yang selamat cuma lecet-lecet saja, dan ada pula yang sampai meregang nyawa disini karena sudah terhirup sampai paru-paru gasnya dan tubuhnya terinjak-injak pula jadi tidak terselamatkan.”
“ Oh begitu ya pak, saya baru ingat dulu ada tragedi karena tidak terima dengan kekalahan di kandang sendiri kan? Makanya sebagian suporternya masuk lapangan.” Ucap Yogi.
“ Nah, iya kamu benar, jadi sekarang maaf ya pemeriksaannya agak ketat, seperti dilarang bawa flare, korek api maupun benda-benda yang membahayakan.” Ucap satpam Stadion kemudian.
“ Oh iya, saya mulai paham sekarang.”
“ Tuh, pertandingan mau dimulai, dek!”
“ Ya sudah, kita ke dalam tribun dulu ya pak, terima kasih atas penjelasan dan informasinya.”
“ Iya sama-sama.”
Yogi pun pamit kepada satpam stadion itu disusul yang lain untuk menuju ke dalam tribun.
Pertandingan bola pun segera dimulai, kedua team muncul satu persatu dari ruangan ganti. Karena waktu dulu ada tragedi yang lumayan besar, makanya sekarang cukup tertib dan cukup ketat akan pemeriksaan barang bawaan suporternya.
Apabila ada yang membawa barang yang mencurigakan, maka pihak penyelenggara tidak segan akan menyita barang tersebut bahkan akan melarang suporter untuk masuk ke dalam jika suporternya tetap mengeyel.
Yogi dan yang lainnya sekarang sedang fokus menonton pertandingan bola, kurang lebih 2x empat puluh lima menit atau sembilan puluh menit dengan tambahan waktu antara dua atau empat menit.
***
Setelah pertandingan bola selesai, lalu Yogi dan yang lain meninggalkan stadion itu bersama dengan orang-orang di sekitar stadion karena stadion akan memadamkan lampunya.
Dari yang tadi sangat riuh oleh suporter bola, kini berubah menjadi sunyi dan gelap hanya ada beberapa aparat yang masih berjaga.
Yogi dan yang lainnya bergegas pulang menuju ke rumahnya masing-masing karena sudah mulai malam juga.
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua