Sweater yang Hide pakaikan sudah terlepas dari tubuh Ulya. Ulya begitu pasrah saat Hide melepaskan kembali sweater itu. Seolah Hide menuntunnya sedemikian rupa dan Ulya tunduk sepenuhnya. Ulya tak menyangka Hide bisa melakukan hal seperti ini padanya. Kehangatan yang membuat Ulya tertawan itu berlangsung cukup lama sampai pada akhirnya Hide mengarahkan kedua tangan Ulya untuk membuka celananya.
Ulya tersentak. Dia tak bisa melakukan itu pada Mr Tsundere yang dikasihinya. Lalu...
"Kenapa?" Tanya Hide seraya menatap lurus ke mata Ulya. Ia pikir ia telah membuat Ulya melayang seperti keinginannya.
"Kita sampai di sini aja..." Ulya memberanikan diri mengatakannya. Ia pikir belum saatnya mereka melangkah lebih jauh lagi.
Hide lalu menciumi tulang selangka Ulya yang kurus dan meraba ke bagian sensitifnya. "Bukankah ini yang kamu inginkan?" Tanya Hide setelahnya. Seolah ia berusaha meraba mengapa dulu Ulya begitu mengaguminya.
Ulya menunduk. "Iya, tapi...nggak sekarang..."
Mendengar itu Hide melepaskan cengkeraman tangannya pada kedua lengan Ulya. Ia bangun perlahan dari ranjang lalu berbalik badan. Hide lalu berjalan ke toilet.
"Dia pikir dia siapa? Dia pikir akan ada kesempatan lain...jangan harap. Karena aku nggak akan membiarkan okaasan menang setelah ini."
Hide memandangi dirinya di cermin. Ia merasa sedikit tersinggung dengan sikap Ulya tadi. Setelah membetulkan pakaiannya, Hide keluar dari toilet menuju ke ranjang. Ulya sudah mengenakan sweaternya kembali dan menyelimuti tubuh bagian bawahnya.
"Kamu bisa cuci baju di ruang laundry di atas. Habis itu kita pulang. Aku mau ke bawah dulu cari makanan."
Hide tidak menunggu Ulya membalas ucapannya. Ia keluar dari kamar. Lalu, terdengar suara ponsel Ulya.
"Halo, yah. Iya aku baik kok. Keadaan di sana gimana? Apa? Sembunyi? Iya sih yah tadi kita juga dikejar sama wartawan sinting yang ngebut pake motor."
Hide mendengarkan dari balik pintu. Ia menghela nafas. Ia pikir ini belum saatnya membuat ibunya kalah. Ia masih harus mengurusi Ulya dan keluarganya.
***
Yama dan Anto resah berdua di toko. Para wartawan sudah surut satu persatu dari depan toko mereka. Baru kali ini mereka menghadapi hal seperti ini. Mereka tidak tahu sebesar apa perusahaan yang Hide miliki dan keluarga besarnya. Terlebih Anto yang sudah tahu siapa ibu Hide sangat menutup erat informasi itu dari Yama. Kalau istrinya tahu jika anak tunggal mereka dijodohkan dengan anak tunggal dari keluarga konglomerat, dia pasti akan sangat mendukung hal itu.
Sayangnya Yama tahu lebih cepat. Ia mencari tahu sendiri lewat internet dan dari orang-orang yang mengunjungi tokonya untuk berbelanja.
"Yah, ternyata orangtua Hide itu bukan orang sembarangan. Mereka termasuk keluarga terpandang di Ehime dan Jakarta. Anak kita beruntung yah bisa kenal sama keluarga seperti itu."
Anto hanya menatap kosong ke mangkuk ramennya yang penuh. Sejak istrinya sajikan beberapa menit lalu, ramen lengkap penuh sayuran dan telur itu hanya didiamkan saja sampai dingin. Tak ada respon dari Anto. Yama pun menanyakan hal lain.
"Oh iya yah, ayah sejak balik dari Jepang kan jadi lebih suka makan ramen ketimbang nasi atau mi instan kita. Emangnya kenapa sih yah? Kangen ya sama Jepang? Kalau ada kesempatan, ayah mau visit Jepang lagi?"
Ucapan istrinya malah membuatnya mual. Ia jadi teringat akan Frida. Dan kini anaknya akan jadi menantu Frida. Wanita yang masih ada di hatinya.
"Yah, ayah dengar nggak sih ibu ngomong?"
Sumpit yang sudah ada dalam genggaman tangan Anto terlepas menimbulkan suara gemeretak kayu di atas meja jati. Yama memperhatikan gelagat Anto. Dia sudah tahu jika Anto punya selingkuhan. Mereka bertemu saat di Jepang. Yama menemukan bukti parkir hotel pada pukul 11 malam. Saat itu seingatnya suaminya menelepon dan mengaku jika ia terjebak dalam salju sehingga tak bisa pulang usai mengantar kue pesanan. Yang lebih parah dia mengaku tidur di rumah kawan lamanya sewaktu bekerja di Jakarta dulu.
Tak disangka kawan lamanya itu memposting sesuatu di media sosial yang menandakan jika mereka telah lama pindah ke Swiss. Kemudian ada patahan kuku palsu di selipan jok belakang mobil. Kuku cantik bercat pink putih itu masih Yama simpan. Sewaktu-waktu akan ia tunjukkan. Jika rencananya untuk menggugat cerai suaminya telah bulat. Sekarang ia hanya akan fokus pada Ulya. Ulya harus segera menyatu dengan keluarga konglomerat itu supaya dia bisa segerai cerai dengan suaminya. Yama tahu jika Anto telah mengkhianatinya berkali-kali.
"Bu, ini sekarang hp Ulya mati. Gimana ini. Ibu apa punya nomor Hide?" Anto tampak gusar. Ia khawatir Ulya diajak melakukan hal yang aneh oleh Hide. Anto tak mengenal Hide persis. Frida juga tak pernah membicarakan tentang anaknya saat mereka bertemu. Padahal berkali-kali Anto menanyakan kabar Hide. Dia merasa curiga jika Hide darah dagingnya. Ulya tak boleh melangkah lebih jauh dengan Hide.
"Mungkin batre abis kali, yah. Biarin ajalah sama tunangan sendiri ini..."
Yama tampak tenang. Tak seperti biasanya. Dia tenang karena tahu Ulya berada di tangan yang tepat.
"Ibu ini aneh. Ulya lagi sama cowok yang tiba-tiba ditunangin sama dia di depan tunangannya sendiri. Apa ini nggak aneh? Kok ibu nggak khawatir?"
Yama menyunggingkan senyum. "Justru ibu lebih khawatir kalau anak kita pacaran lama sama orang yang dikenal selama bertahun-tahun tapi sering main di belakangnya."
"Lho maksud ibu apa? Kok melenceng dari obrolan nih..."
Keduanya terus beradu argumen hingga tengah malam. Mereka sama sekali tidak tahu jika Ulya sedang berdua saja dengan Hide di vila mewah yang tiba-tiba didatangi perampok.
***
Baju Ulya akhirnya sudah kering. Ia segera mengganti bajunya dan bersiap untuk pergi. Ulya turun dari lantai dua menuju ruang tamu yang ada di lantai dasar. Ruangan seluas itu hanya dihuni oleh mebel mewah seharga ratusan juta rupiah.
"Kemana sih Natan. Katanya mau langsung pulang kalo bajuku udah kering..."
Ulya celingak-celinguk mencari Hide. Tiba-tiba seseorang menyergapnya dari belakang sambil menodongkan pisau.
"Jangan teriak atau kamu kuhabisi...sekarang kasih tau dimana kamu simpan emas, uang, atau brankas apapun barang berharga di rumah ini?"
Ulya menelan ludah. Keringatnya mengucur deras di sekujur badan. "Sa...saya nggak tau, pak. Ini bukan vila saya."
Perampok bertubuh tinggi besar itu menjambak rambut Ulya. "Jangan bohong...saya tau kamu siapa. Kamu pasti di sini sama pacar kamu yang kaya itu, kan?"
Ujung pisau yang tajam kini diarahkan ke pipi mulus Ulya. Hide menyaksikannya dari lantai 3. Ia lalu bergegas ke belakang untuk menyalakan alarm kebakaran dan mematikan listrik.
Listrik padam seketika. Ulya berhasil menggigit tangan orang itu hingga pisau terlepas. Ulya lalu lari tunggang langgang dalam keadaan gelap gulita. Saat ia berhasil keluar dari vila, sesosok bayangan hitam menyergapnya. Ulya pingsan di tempat.
***
Kisah Kasih di Sekolah
799
514
1
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza.
Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
Transformers
300
251
0
Romance
Berubah untuk menjadi yang terbaik di mata orang tercinta, atau menjadi yang selamat dari berbagai masalah?
PENYESALAN YANG DATANG TERLAMBAT
760
470
7
Short Story
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya pendaftaran.
Love and Pain
615
378
0
Short Story
Ketika hanya sebuah perasaan percaya diri yang terlalu berlebih, Kirana hampir saja membuat dirinya tersakiti. Namun nasib baik masih berpihak padanya ketika dirinya masih dapat menahan dirinya untuk tidak berharap lebih.
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2290
709
11
Romance
Anindya:
Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang.
Angkasa:
Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya.
—//—
Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Mawar Milik Siska
544
299
2
Short Story
Bulan masih Januari saat ada pesan masuk di sosial media Siska.
Happy valentine's day, Siska!
Siska pikir mungkin orang aneh, atau temannya yang iseng, sebelum serangkaian teror datang menghantui Siska. Sebuah teror yang berasal dari masa lalu.
If Only
368
243
9
Short Story
Radit dan Kyra sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Hingga suatu hari mereka bertengkar hebat dan berpisah, hanya karena sebuah salah paham yang disebabkan oleh pihak ketiga, yang ingin menghancurkan hubungan mereka.
Masih adakah waktu bagi mereka untuk memperbaiki semuanya? Atau semua sudah terlambat dan hanya bisa bermimpi, "seandainya waktu dapat diputar kembali".
Potongan kertas
936
486
3
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!"
"Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya."
Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...