Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hello Goodbye, Mr. Tsundere
MENU
About Us  

Ulya sudah tidak tahan. Wajah Hide begitu dekat dengan wajahnya. Bukannya ingin menciumnya, Uly malah ingin menubrukkan dahinya ke dahi Hide. Ia kesal dengan Hide yang tak peka. Harusnya dia sadar sebegitu dekatnya mereka saat sekolah dulu hingga tampak seperti musuh bebuyutan yang romantis. Lalu Ulya baru ingat kata-kata Frida. Kecelakaan di resor ski membuat Hide amnesia.
Akhirnya Ulya memajukan wajahnya dan mengecup bibir Hide. Pada saat itu para jurnalis tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen langka itu. Makin lama kilatan flashnya makin intens Ulya meraba punggung Hide saat menciumnya. Hide juga tak kuasa menolak. Sementara Frida menyaksikan dari kejauhan.
"Anak itu bisa diandalkan rupanya..."
***
Hide merenungi apa yang terjadi beberapa hari lalu. Dia masih belum percaya okasaan melangkah sejauh itu. Kali ini mamanya menang dari papanya. Setelah papanya mengungguli istrinya saat berhasil membawa Monica masuk ke kehidupan Hide.
"Kalian tunggu aja. Nanti kalian akan menyesal karena sudah bermain-main dengan takdir anak kalian sendiri." Hide nanar menatap kerlip lampu di malam hari melalui jendela penthousenya. Hide menyesap cocktail yang baru saja ia buat sendiri. Ada rasa ceri dan tangerine yang tertinggal di ujung lidah. Tiba-tiba ia menyesal memasukkan dua bahan itu tadi. Ini mengingatkannya pada kecupan hangat Ulya. Gara-gara ulahnya pemberitaan heboh dimana-mana lengkap dengan foto mesra mereka. Ini menguatkan kabar dari Frida jika memanh ada sesuatu diantara keduanya sejak sekolah di SMU Hibaraki dulu.
Hide mengepalkan tinjunya. Yang tidak bisa ia terima adalah ia terpikat oleh sentuhan Ulya. Seseorang yang paling ia benci dulu. Ulya membuat hari-harinya di sekolah sangat merepotkan. Hide seharusnya masih terus bersekolah di sana sampai lulus. Namun, kehadiran Ulya membuat muak hingga ia harus menuruti permintaan ayahnya. Jadilah saat itu ayahnya unggul kembali dari ibunya. Hide dipindahkan ke Jakarta karena ayahnya mengetahui jika selingkuhan ibunya juga ada di prefektur yang sama.
"Oke, kamu sudah berani melangkah masuk ke perangkap okaasan. Kamu harus tanggung akibatnya, Ulya."
Sebuah panggilan masuk memecah kesunyian. Hide terkesiap. Dari nomor tak dikenal.
"Natan ya? Besok janji ketemuan kita. Di museum gimana?"
Suara itu seperti petir di siang bolong. Unexpected dan sungguh meragukan.
"Janji? Siapa yang buat?"
Hide merasa kelepasan. Seharusnya dia tidak seketus itu. Itu dirinya sebelum amnesia dan ia tahu jika Ulya suka kalau Hide seketus itu. Seharusnya orang-orang saat ini menangkapnya masih amnesia. Hide pun langsung meralat kata-katanya. Lagipula itu museum. Tempat yang tenang dan tidak banyak orang.
***
"Ulya, kamu nggak akan bisa keluar. Wartawan masih berkerumun di depan toko dan belakang rumah." UcapYama.
"Terua gimana dong, bu? Aku kan ada janji sama Natan mau ngedate."
"Bisa-bisanya ya kamu. Semua lagi repot eh kamu malah mau keluar senang-senang. Ya udah mendingan sekarang kamu keluar temuin mereka. Kamu jawabin beberapa pertanyaan terus pergi. Kasihan tuh ayah ngehadang mereka udah capek banget."
Ulya berpikir keras. Ia tidak mau menunjukkan wajahnya dan jadi pemberitaan heboh selanjutnya. Tapi di sisi lain ia kasihan pada ayahnya dan lingkungan yang harus terganggu.
Satu-satunya cara hanya menghubungi Hide agar ia bisa mengusir pergi para wartawan itu.
"Ulya, kamu ngapain bengong di situ? Cepetan siap-siap...kasihan ayah. Udah ngelayanin pembeli yang membludak ditambah wartawan yang maksa masuk ke rumah. Lagian itu si Hide kok nggak ada perlindungannya sih ke kamu. Kan mamanya yang udah bikin kamu terjebak kayak gini?"
Ulya jadi merasa bersalah. Maaf ya bu. Ini demi kita. Tante Frida bakal bisa bikin derajat hidup kita naik. Sabar tunggu sebentar lagi ya bu....Ulya membatin sambil menekan nomor Hide. Pada akhirnya ia mengetahui nomor ponsel pria pujaan hatinya. Ia senang sekali walau harus melewati kerumitan yang tidak diharapkan.
Telepon tersambung. Hide mengangkatnya lagi. Ulya senang sekali. Hide yang ketus di balik telepon menggetarkan hatinya.
"Ha...halo...Natan maaf kamu udah sampe museum ya? Aku kayaknya bakal telat deh soalnya..."
"Aku tahu. Banyak wartawan di depan toko kamu. Kamu siap-siap aja."
Hide menutup telepon. Ulya terkejut. "Bu, kayaknya Hide udah di depan deh. Ayo kita liat bu..."
***
Tak pernah terbersit dalam benak Ulya bisa naik mobil Hide. Kini ia berada di dalam mobil SUV mewahnya dalam suasana tegang. Hide melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia berusaha mengecoh segerombolan paparazi yang masih mengikuti mereka. Padahal tadi Hide sudah menenangkan mereka dengan mengatakan akan melakukan konferensi pers. Mereka pergi teratur sehingga Hide dan Ulya bisa jalan keluar.
Rupanya Hide mencium gelagat wartawan usil yang masih penasaran dengan hubungan keduanya yang tiba-tiba diungkap oleh ibunya.
"Ki...kita nggak jadi ke museum? Museum kan belok kanan, Tan..."
Hide tetap menjaga pandangannya lurus ke depan dan sesekali ke spion besar. Ia sama sekali tak menoleh ke Ulya yang ada di kursi penumpang.
"Kamu pikir ini waktu yang tepat buat museum dating?"
Lalu mobil melaju dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi. Ulya kewalahan dengan tubuhnya yang seperti mau terlempar ke kiri dan ke kanan. Bahunya bahkan sampai menubruk bahu Hide. Hide bergeming. Ia tak terganggu sama sekali.
Tuhan, bukan ini yang aku mau...bukan ngedate yang seperti ini... sesal Ulya dalam doanya.
Mereka melewati pasar yang lumayan crowded sehingga mobil harus berjalan merambat. Motor-motor para paparazzi masih terlihat. Hide lantas memasuki area pabrik kosong yang tampak hangus di sebagian sisi depannya. Ini bekas pabrik tekstil yang terbakar sekitar setengah tahun lalu. Hide memarkir kendaraannya di sana. Lalu, ia mengeluarkan terpal untuk menutupi mobil. Hide lalu membuka pintu Ulya. "Kita turun di sini lanjut jalan kaki lewat perkampungan itu."
Hide mengulurlan tangannya. Ulya terkesiap. Hide yang amnesia muncul lagi. Ulya pun memyambut tangannya. Saat hendak menuruni mobil, sepatu cantik warna beige milik ibunya itu begitu licin pada bagian solenya. Ulya sampai hampir terjerembab. Untung saja Hide sigap menangkap tubuh Ulya yang condong ke tanah. "Eh, ma..makasih..."
Degup jantung Ulya bahkan terasa di pergelangan Hide. Hide menyadari sesuatu yang hangat. Seseorang gugup berada di dekatnya. Entah mengapa ia menyukainya. Hide lalu menggamit lengan Ulya dan mengajaknya berjalan menyusuri gang kecil yang cukup merepotkan karena habis hujan dan tanah menjadi lengket menggumpal. Ulya kepayahan mengikuti langkah kaki Hide yang panjang.
"Eh..eh..kyaaaa..."
Ulya akhirnya terjatuh persis di atas kubangan air. Gaun krem berpotongan dada rendah dan tanpa lengan itu menjadi kotor hampir di seluruh bagian depannya. Hide bahkan bisa melihat pakaian dalam Ulya karena kebasahan. Hidd lantas membuka jaket bahan scuba yang ia kenakan untuk menutupi tubuh Ulya. Setelah Hide memakaikan jaket pada Ulya, ia hanya bisa terdiam. Kaki kanannya begitu sakit. Ia rasa tak sanggup berjalan lagi.
"Aaaaw...kayaknya kakiku keseleo deh. Kita jalannya pelan-pelan aja yaah..."
Hide menghela nafas. Ini sungguh merepotkan. Sementara ia pikir para wartawan itu pasti sudah sampai di pabrik tempat mereka menghilang.
Hide menjadi tidak sabaran. Akhirnya Hide mengangkat tubuh Ulya. Ulya tak pernah membayangkan jika Hide akan menggendongnya di depan. Degup jantungnya tak beraturan lagi. Tuhan...aku bisa lemas pingsan kalau kayak gini terus...tolong hentikan, Tuhan...dia cuma Mr Tsundere yang menyebalkan...ah tapi aku semakin suka, Tuhan...
Hide tak tahu apa yang Ulya bayangkan tapi mata tertutupnya dengan mimik wajah puas itu membuatnya muak. Setelah sekian lama berjalan mereka akhirnya sampai di sebuah kebun bambu. Di balik kebun itu terdapat sebuah vila modern berlantai tiga. Mereka memasuki vila itu.
"Ini vila kamu?"
"Ini vila pribadiku. Entah mengapa sejak aku nggak ingat apa-apa, aku justru lebih sering ke sini. Area vila ini cukup bagus kan buat tempat persembunyian?"
Ulya tersenyum kecut. Ia lelah dan mau duduk tapi bajunya kotor. Hide lantas memberinya jubah mandi dan pakain ganti. Itu sweater size besar yang Hide suka pakai. Apa ini berdegup kencang lagi jantung ini, Tuhan...
"Hanya ada pakaian ini..." ucap Hide. Aroma nafasnya membuat Ulya bergidik. Aroma lembut yang ia rindukan selama ini. Ulya menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak memyerang Hide akibat pesonanya. Ia lalu segera mengambil semua yang ada di tangan Hide dan berlari ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian Ulya keluar dengan jubah mandi yang panjangnya hanya selututnya. Ia lupa meletakkan baju gantinya. Hide memperhatikan dan mendatangi Ulya dengan sweater di tangan.
"Kamu melupakan ini..."
"Oh di situ rupanya...maaf ngerepotin lagi." Saat itu, sisi sebelah kanan bahu Ulya tersibak. Jubah mandinya melorot hingga batas siku. Hide mendekat untuk memberikan sweater. Ulya bersiaga. Ia takut pada dirinya sendiri yang melewati batas. Tapi ternyata bukan Ulya saja yang melewati batas. Hide pun demikian. Hide bahkan menarik tali pengikat jubah yag ada di pinggang Ulya. Hingga kini Ulya tak mengenakan apapun. Hide lalu memakaikan sweater melalui leher terlebih dahulu. Ulya yang kedinginan berdiri mematung lantas merasa kepanasan. Dan ia pun menyerang Hide dengan ciuman brutal. Hide membalasnya tak kalah brutal hingga keduanya bergulingan di atas lantai parket yang dingin. Malam ini Ulya tertawan. Ia tak bisa pulang ke rumah. Ada kehangatan yang sulit ia lepaskan.
***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Anne\'s Daffodil
1101      422     3     
Romance
A glimpse of her heart.
The Accident Lasts The Happiness
568      393     9     
Short Story
Daniel Wakens, lelaki cool, dengan sengaja menarik seorang perempuan yang ia tidak ketahui siapa orang itu untuk dijadikannya seorang pacar.
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2290      709     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Kisah Kasih di Sekolah
799      514     1     
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza. Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
Nope!!!
1508      693     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
ALL MY LOVE
559      384     7     
Short Story
can a person just love, too much?
The Rich
148      133     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
THROUGH YOU
1342      853     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.
PENYESALAN YANG DATANG TERLAMBAT
760      470     7     
Short Story
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya pendaftaran.
KILLOVE
4657      1439     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...