Anak-anaknya kini sudah tidur terlelap kembali, padahal ketika sekembalinya dari warung, mereka bergegas untuk tidur karena kekenyangan. Namun, suara dari ketiga anaknya untuk meminta susu dapat membangunkan si induk dan juga Snowi.
"Maaf ya, Anak-anak ku rewel. Jadi membangunkanmu ketika tidur terlelap", ucap si induk untuk memohon maaf.
"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu meminta maaf. Lagipula anak-anakmu sedang haus karena sudah kau tinggal agak lama".
Si induk tidak merasa mengantuk untuk saat ini, aneh sekali. Padahal waktu ia sampai disini rasanya ingin tidur sampai pagi menjelang. Mungkin karena kali ini dia mempunyai teman yang asyik. Maka dari itu, ia ingin mengobrol lagi agar menjadi lebih kenal.
"Biasanya kalau malam hari kau melakukan apa?" tanyanya kemudian sambil memandangi bintang yang bersinar di malam hari.
"Aku biasanya akan tidur di sebelah majikanku yang sudah terlelap".
Si induk yang mendengarnya merasa aneh, mana ada si manusia dan si hewan dapat tidur bersama?
"Majikanmu tidak marah kalau kau tidur diatas kasurnya?" tanyanya dengan nada heran.
Snowi tertawa lembut, karena tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Baginya, hal itu sangat lumrah terjadi. Tidak keberatan jika si pemilik akan tidur dengan kucing kesayangannya.
"Hei, kenapa tertawa? Ada yang aneh dari pertanyaanku?"
Si induk merasa bingung dengan sikap Snowi yang malah menertawakannya. Akhirnya tawa Snowi agak mereda, dan dia menjawab agar si kucing tersebut tidak merasa salah tingkah lagi.
"Tidak salah kok. Tapi majikanku tidak akan marah jika aku tidur bersama dengannya di atas kasur yang empuk, dia malah senang kok. Dia malah mengelusku lembut saat aku naik diatas ranjangnya", jelas Snowi sambil menahan tawanya.
Si induk tertegun mendengar jawaban darinya. Pasti nyaman sekali jika tidur di ranjang yang empuk bersama sang pemilik. Memang benar-benar ikatan yang indah. Ia merasa iri dengan kehidupan Snowi yang tenteram seperti itu. Karena ia juga ingin merasakan kehangatan kasih sayang yang sudah lama tidak ia rasakan setelah sepeninggalnya si nenek.
Snowi yang menyadari jika si induk tengah melamun pun menyadarkannya.
"Hei, kau kenapa? Tiba-tiba kau murung?"
Si induk bingung harus menjawab apa. Haruskah ia bercerita tentang masa lalunya bersama si nenek dahulu?
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku teringat sesuatu yang menjadi kenangan yang terindah semasa hidupku", jawabnya kemudian.
Snowi berpindah tempat agar bisa lebih dekat dengan si induk. Ia memposisikan dirinya agar lebih nyaman ketika mendengar curhatan dari si kucing tersebut.
"Ceritakanlah aku akan mendengar kisahmu!" kata Snowi sambil memandang si induk dengan tatapan meyakinkan.
Si induk dengan berat hati bersiap untuk menceritakan kisah masa lalunya yang tidak akan pernah terlupakan olehnya. Dia menghirup nafas dengan panjang dan mulai menceritakan dari awal nasibnya sebagai kucing kecil jalanan, lalu pertemuan dengan si nenek hingga bagian yang menyakitkan ketika beliau meninggal dunia. Snowi yang disampingnya pun merasa sedih karena kasihan dengan kehidupan sahabatnya yang sudah susah dari sejak ia lahir.
"Lalu, kau sekarang masih sering menjenguk makamnya kan?" tanya Snowi setelah mendengar cerita dari si induk.
Ia pun segera menggeleng dengan pelan. Jujur saja ia merasa sedih karena sudah jarang untuk sekedar melihat kuburan si nenek. Karena jaraknya yang lumayan jauh, membuat ia berpikir-pikir dulu untuk meninggalkan anaknya yang masih kecil.
"Hei, kenapa kau tidak menjenguknya? Barangkali si nenek pasti rindu denganmu di alam sana", ucap Snowi dengan perasaan cemas.
"Tempatnya agak jauh dari sini, lagi pula bagaimana aku bisa tenang jika meninggalkan anak-anak ku disini. Saat aku sampai di makamnya, pasti aku menghabiskan waktu seharian untuk berada disana. Maka dari itu, aku sekarang jarang sekali untuk datang kesana", kata si induk dengan wajah lunglai.
Untungnya, Snowi merasa mengerti dengan perasaan sahabatnya itu. Pasti berat jika di tinggalkan oleh si pemilik yang sudah baik hati mau merawat kucing jalanan. Snowi pasti juga akan merasa sangat kehilangan jika tiba-tiba, majikannya meninggalkan dirinya untuk selamanya. Ia tidak berani membayangkan akan kejadian seperti itu.
"Tidak apa-apa, jika anakmu sudah tumbuh agak besar. Kau bisa mengajaknya untuk pergi ke makam si nenek. Pasti beliau akan senang dengan kondisi mulai saat ini".
"Ya, aku pasti akan mengajak mereka untuk memperkenalkannya kepada beliau yang sudah merawatku", katanya sambil tersenyum.
Snowi pun lega karena sahabatnya sudah tidak bersedih lagi. Lalu ia menatap ke atas langit untuk menikmati indahnya di malam hari bersama bintang yang sedang berkelap-kelip.
"Indah sekali pemandangan disini. Kau beruntung memiliki tempat seperti ini yang bisa melihat bintang nan indah kapanpun kau mau".
Angin malam berhembus dengan pelan, menerjang mereka yang sedang menikmati kesunyian.
"Tapi, kau punya tempat tinggal yang nyaman ditambah dengan majikanmu yang selalu sayang padamu".
Tiba-tiba gantian Snowi yang merasa sedih, ia teringat dengan majikannya. Pasti sekarang dia sedang kebingungan untuk mencari keberadaannya.
"Maaf jika kau teringat dengan pemilikmu".
Si induk menyadari kesalahannya yang bisa membuat Snowi tampak murung kali ini. Beberapa lama mereka berdiam diri tanpa adanya obrolan. Lalu, si induk berusaha untuk memecah keheningan tersebut.
"Hei, jangan sedih. Kita besok kan akan mulai untuk mencari rumahmu".
Snowi terlihat ragu-ragu, bagaimana bisa kucing tersebut mau menolongnya dan meninggalkan anaknya dalam jangka waktu yang lumayan lama.
"Lalu bagaimana dengan anakmu?" tanyanya.
"Jangan khawatir, aku ada ide untuk anak-anakku besok. Sekarang, tidurlah dulu mengisi tenaga untuk berjalan mencari rumahmu agar kau bisa pulang kembali.
Snowi merasa terenyuh sekali akan kebaikan si induk kucing, ia mau menolong hingga mengorbankan anaknya yang masih kecil. Tanpa pikir panjang karena kantuknya datang kembali, mereka segera mencari posisi untuk tidur yang nyenyak. Namun, sebelum Snowi memejamkan matanya, ia bergumam kepada si induk.
"Terima kasih sudah mau menolongku", gumam Snowi. Namun si induk ternyata sudah tidur terlelap terlebih dahulu.