Akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Snowi melihat tempat itu, ternyata sebuah warung yang sedang ramai oleh pelanggan yang kebanyakan memesan ikan atau ayam. Dari baunya saja, Snowi merasa tergoda untuk mencicipi. Namun, seumur hidup ia tidak pernah mencoba makanan yang digoreng seperti ini. Sang pemilik biasanya menyiapkan makanan dengan ayam yang direbus, bukan digoreng seperti ini. Tapi ketika menghirup aroma yang semerbak, membuat ia tergiur akan rasanya.
"Aku biasanya minta makan disini", ucap si induk dengan mata yang berbinar karena tidak sabar untuk mencicipi ayam atau ikan goreng.
"Aku tidak tahu apakah boleh memakan itu?"
Si induk menoleh ke arahnya.
"Kenapa, kau tidak pernah makan seperti ini?" tanyanya dengan heran.
Snowi mengangguk perlahan, takut membuat si induk kecewa karena sudah mengajaknya mencari makan sampai kesini.
"Mumpung tidak ada majikanmu, cobalah kau pasti akan senang jika mencicipi makanan itu", bujuk si induk untuk meyakinkan.
Namun, Snowi tidak menjawab apapun, ia hanya memikirkan perutnya yang kosong agar segera terisi karena sangat lapar. Baru kali ini, ia merasakan lapar yang teramat sangat. Bagaimana dengan kucing jalanan jika hari itu sedang tidak beruntung mendapatkan makanan, pasti ia akan tertidur untuk menghilangkan rasa perih di lambungnya. Tiba-tiba ia sedih teringat kepada sang majikan yang selalu memberinya makan.
"Wah ada kucing cantik", ujar seorang gadis yang menatap dengan penuh rasa kagum.
Snowi tersentak karena ia merasa di perhatikan oleh manusia yang ada di hadapannya.
" Hei, Mas. Lihatlah kucing putih ini indah sekali. Bagaimana bisa di pasar ini?" tanyanya kepada temannya yang sedang makan ayam goreng dengan nikmat.
"Mungkin sedang jalan-jalan. Lagipula kucing ras persia seperti itu pasti akan dicari oleh majikannya", jawab lelaki tersebut.
Gadis itu langsung memberinya makan kepada Snowi karena merasa gemas ketika melihatnya.
"Ini makanlah. Kau mungkin lapar kan", kata seorang gadis tersebut dengan memberinya sepotong ayam yang masih hangat didepan Snowi.
Snowi pun merasa tergiur dengan potongan ayam tersebut. Tapi ia merasa ragu untuk memakannya, takut jika sesudah makan itu malah perutnya sakit karena pencernaannya belum terbiasa.
"Enak ya kalau jadi kucing ras. Tanpa perlu mengeong untuk meminta makanan eh sudah ada orang yang memberi makanan tersebut", keluh si induk karena merasa tidak adil.
Snowi berusaha untuk menghibur sahabatnya yang sedang murung itu karena belum mendapatkan makanan.
"Kau mau, ayo kita makan bersama", ajak Snowi.
"Tidak usah, aku sebentar lagi pasti dapat kok. Kau makanlah dulu sebelum ada kucing lain yang tiba-tiba merebut makananmu dengan kasar".
Snowi yang mendengarnya pun segera memakan daging ayam tersebut, awalnya masih terlihat ragu namun karena perutnya yang lapar dan belum ada kucing jahat yang merebut makanannya, ia pun segera menggigit potongan tersebut.
Setelah memasukkan ke dalam mulut, ia menyadari jika makanan tersebut sangatlah lezat. Belum pernah ia merasakan makanan seenak ini jika dibandingkan dengan makanan kucing yang dalam bentuk kemasan.
"Bagaimana? Kau suka kan?" tanya si induk dengan penasaran.
Snowi menganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Kau benar makanan ini enak sekali. Jarang sekali aku diberi makan oleh majikanku seperti ini. Aku rasanya ingin makan ini setiap hari", ucap Snowi dengan rasa gembira.
"Nah apa kubilang kau pasti akan suka".
Si induk merasa senang karena sahabatnya makan dengan lahap sekali, padahal hanya sehari ia belum makan tapi lagaknya seperti sudah beberapa hari perutnya belum diisi makanan apapun.
"Hei, kau bagaimana?"
Snowi tersadar jika sahabatnya belum mendapatkan makanan. Ia memang sangat sibuk untuk menghabiskan potongan ayam tersebut tanpa menoleh ke arah sekitarnya.
"Kau tunggu disini, aku akan masuk ke dalam!"
Si induk segera beranjak pergi untuk masuk ke dalam warung tersebut agar segera mendapat sisa makanan.
"Hei, Hati-hati. Aku takut jika ada manusia yang marah jika melihat kedatanganmu!" seru Snowi memperingatkan sahabatnya yang sedang berjuang itu.
"Tenanglah aku sudah lihai dalam hal ini".
Akhirnya Snowi menunggu si induk dengan perasaan cemas, bagaimana jika dia tiba-tiba dipukul oleh orang yang benci dengan kucing jalanan. Kasihan sekali jika begitu, ditengah perutnya yang kelaparan, bukannya makanan yang didapatkan malah pukulan menyakitkan yang didapatinya.
Seakan meredakan kecemasan Snowi, si induk keluar dengan menggondol ikan nila yang berada di mulutnya. Snowi yang melihatnya pun kaget karena berhasil mencuri makanan seenak itu.
"Wah kau benar-benar hebat dalam hal mencuri makanan", puji Snowi.
"Hei, jangan salah. Aku tidak mencuri makanan. Kebetulan saja ada sisa potongan ikan yang agak besar tersedia di piring, lagipula si pembeli sudah tidak ada jadi aku memutuskan untuk mengambil ikan ini".
Snowi hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari kucing tersebut. Akhirnya si induk itu segera menghabiskan makanan itu dengan cepat dan bersih tanpa tersisa.
"Wow, makanmu cepat sekali, aku saja butuh usaha untuk menghabiskan ikan seperti itu", kata Snowi dengan takjub.
"Biasa, namanya kucing jalanan seperti aku harus bisa makan seperti itu".
Tak terasa mereka berdua sudah kekenyangan. Dan hari sudah mulai gelap. Namun Snowi belum juga kembali ke rumah.
"Bagaimana kalu besok saja kita akan mencari rumahmu. Kau bisa tidur di tempatku bersama anak-anakku".
Snowi sadar jika hari sudah mulai gelap. Ia tidak mungkin mencari rumahnya dalam kegelapan malam.
"Baiklah".
Lalu mereka berdua segera meninggalkan tempat tersebut dan berjalan melewati jalan yang ditempuhnya seperti tadi.
Akhirnya mereka sampai di tempat si induk itu tinggal.
"Inilah gubukku yang apa adanya, maaf jika ada anakku yang rewel".
"Tidak apa-apa. Terima kasih ya sudah memberimu tempat tinggal sementara".
Si induk mengangguk senang. Mereka akhirnya menikmati malam dengan diterangi bintang yang bersinar terang saat itu.
Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.
Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan