Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Firasat. Ya, berawal dari firasatnya bahwa ada seseorang yang mengikutinya.

 

Sebelum masuk ke dalam kafe, Helene diam sejenak di teras kafe. Dia melihat ke belakang dan menemukan Dion berada di sana, di bawah keremangan lampu taman. Dion sedang menunduk, kakinya menyepak kerikil yang berada di situ.

 

Helene cepat membuang pandangannya ke depan. Dia tidak ingin Dion tahu, bahwa Helene tahu Dion ada di situ. Melihat Dion mengawasinya dari jauh membuat hati Helene merasa hangat.

Helene tidak takut untuk masuk ke dalam kafe, Dion membuatnya merasa aman.

 

Hatinya tidak pernah salah. Dia yakin saat menerima Dion menjadi kekasih. Tidak perlu hitungan bulan atau tahun untuk Helene, firasatnya tidak pernah keliru.

 

"Kenapa sih kamu mengikuti aku?" Helene memeluk lengan Dion.

 

"Hmm, kenapa ya?"

 

"Ayo, jawab!" Helene tertawa, karena Dion hanya tersenyum simpul.

 

"Aku harus jawab, ya?" Dion sedang mengulur waktu.

 

"Iyaaa... harus!" Helene menggelayut manja, dengan Dion dia bisa seperti ini.

 

"Tapi ini bisa melukai harga diriku sebagai laki-laki." Dion melihat Helene sekilas, lalu menatap lurus ke depan.

 

"Ah, pelit! Memangnya terluka seperti apa, sih? Jawab dulu baru tahu kamu akan terluka atau tidak!" Helene tetap pada pendiriannya mendesak Dion untuk menjawab pertanyaan.

 

"Aku cemburu." Suara Dion lirih.

 

"Ah, nggak dengar! Apa sih?" Helene tersenyum lebar, dia berpura-pura. Dion menarik Helene masuk ke dalam pelukannya, lengannya menahan kepala Helene menempel di dada.

 

"Dengarkan saja ini!" katanya.

Helene mendengar irama detak jantung yang sangat cepat.

 

"Kamu mendengarnya?" Dion berbisik di telinga Helene.

 

"Ya," jawabnya pelan.

 

"Aku cemburu," katanya pelan di telinga Helene, "aku cinta kamu.." Helene hanya membisu, lidahnya kelu. Helene menikmati kebersamaannya malam ini dengan Dion.

 

***

 

Pagi ini Helene bangun dengan perasaan bahagia, masih ada sisa senyumnya tadi malam. Helene bercermin dan baru kali ini dia merasa senyumnya sangat manis.

 

Tadi malam Dion tidak langsung pulang, mereka masih ngobrol di apartemen Helene. Mereka berdua duduk di sofa dan memandangi jalanan Jakarta yang masih ramai dengan kendaraan di malam yang telah larut. Mereka memandangi lampu-lampu kota dengan cahaya yang berpendar terang. Mereka memandangi langit dengan bintang-bintang yang bertaburan. Mereka memandangi jari-jari mereka yang saling bertaut.

 

"Apa yang membuatmu jatuh cinta padaku? Kamu bilang, kalau kamu jatuh cinta padaku ketika pertama kali melihatku di kafe." Helene merebahkan kepalanya di bahu Dion. Terasa nyaman....sangat nyaman.

 

"Aku...aku suka melihatmu saat pertama kali memandangku. Aku tak bisa mendefinisikannya dengan kata-kata. Cara mu menatapku...aku menyukainya."

 

"Aku tak mengerti. Aku merasa, saat itu aku biasa saja." Helene menegakkan duduknya, melihat Dion.

 

"Aku tak tahu... aku merasa kamu berbeda."

 

"Apa yang membuatmu akhirnya mau menerima aku, sedari dulu kamu seperti menghindar."

 

"Kamu... kamu seseorang yang membuatku merasa hangat. Belum pernah ada yang membuatku seperti itu. Tidak juga Mama. Terima kasih Dion."

 

***

 

Pagi ini, Helene memakai baju berwarna putih sebagai inner lalu ditumpuk dengan cardigan berwarna pink muda. Pipinya diberi sentuhan blush on cair berwarna pink, lipstiknya berwarna pink muda. Hari ini Helene terlihat cerah.

 

Helene tidak tahu apa yang membuatnya ingin berdandan seperti ini. Hatinya bahagia. Dion membawa perubahan dalam kehidupannya. Padahal mereka baru saja dekat.

 

Begitu masuk ke dalam ruang kerja Helene menyapa setiap orang yang ditemuinya. Sapaannya terdengar renyah. Ninit sampai terbangun dari tempat duduknya dan melihat Helene dengan rupa heran.

 

"Nih!" Helene memberikan satu cup kopi kepada Ninit yang dibelinya di gerai kopi dekat kantor.

 

"Tumben banget... kesambet di mana, Len?"

 

"Cerewet! Mau nggak? Aku ambil lagi nih kopinya."

 

"Eh, jangan...jangan!" Ninit mempertahankan cup kopi yang berada di tangannya. "Nggak baik menolak rejeki."

 

Ninit melihat Helene dari atas ke bawah berulang-ulang. Mirip calon mertua yang sedang menilai seorang laki-laki yang akan menjadi menantunya. Ninit berdecak, dia menggelengkan kepala.

 

"Ck, nggak biasanya dandananmu semeriah ini. Biasanya warna bajumu nggak jauh dari warna hitam, biru gelap, coklat paling terang putih."

 

"Kenapa? Kelihatan spektakuler, ya?" Helene meletakkan tangannya di pinggang, lalu memutar tubuhnya bagai seorang model yang berada di panggung peragaan busana.

 

"Kayak gini kan cakep. Riang banget sih? Baru dapat transferan dari mamamu?"

 

"Bilang aja minta ditraktir, pakai ngomong transferan segala. Basi tau!" Helene segera berlalu dari hadapan Ninit. Dia sudah hapal sama kelakuan Ninit kalau sudah memuji Helene, pasti ada sesuatu. Nggak boleh GR dulu kalau dapat pujian dari Ninit.

 

"Nggak lah, aku tulus kok. Pasti ada sesuatu yang terjadi denganmu. Kamu baru jadian?" Ninit menebak.

 

"Jadian? Apaan sih?" Helene tak menyangka kalau Ninit berkata seperti itu. Belum, Helene belum ingin membagi kisahnya bersama Dion.

 

"Kalau dilihat, diraba dan diterawang...sepertinya begitu." Ninit tetap berkeras dengan pendapatnya.

 

"Ngaco! Udah ah, aku mau kerja!" Helene segera membuka laptopnya. Meladeni Ninit tidak akan pernah ada habisnya.

 

***

 

Pagi ini Dion mengingat Helene, mengingat kebersamaan mereka tadi malam. Dion tersenyum lebar. "Sedang apa dia saat ini?" gumamnya.

 

Dia merindukan perempuan bermata indah itu.

Mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dion tak ingin mengganggu, meskipun hatinya rindu.

 

[Helene ... aku rindu]

 

Dion mengirimkan sebaris pesan pada Helene tentang apa yang dirasakannya pagi ini.

 

[Bersabarlah...nanti malam aku akan datang menemui kamu di tempat biasa]

 

Sebaris kalimat pesan balasan yang dikirim Helene membuat Dion merasa senang hingga Dion tersenyum lebar.

 

"Nanti malam, aku akan menunggumu," gumamnya.

 

***

 

"Di!" Davina berteriak memanggil namanya. Dion menghentikan langkah, berbalik dan melihat Davina bersama Thalita berjalan bersama di pelataran kampus.

 

"Sudah sehat?"

 

"Sudah dong, berkat kamu. Makasih, Di."

 

"Kemarin, bagaimana acara di panti? Lancar?" Thalita bertanya, raut wajahnya terlihat bersalah.

 

"Lancar." Dion menjawab singkat, khas Dion. Kalimat yang meluncur dari mulutnya selalu singkat.

 

"Maaf, aku nggak bisa ikut."

 

"Ya, ibu panti sudah mengatakannya padaku."

 

"Di, masih ada kuliah?"

 

Dion menggeleng, "Aku mau pulang. Kenapa?"

 

"Thalita mau ke toko buku, tapi aku lagi nggak bisa menemani. Thalita sama kamu aja ke toko buku. Ya udah, aku tinggal, ya!" Davina melangkah cepat, seperti berlari. Dia tersenyum bahagia, karena keinginannya untuk menjodohkan mereka berdua mulai berjalan setahap demi setahap.

 

Dion hanya diam menatap Thalita. Tak tahu harus berkata apa, dia hanya bisa mengutuk Davina di dalam hati. Mengucapkan berkali-kali kata sialan! di dalam hati.

 

Thalita melihat sepertinya Dion tidak ingin pergi dengannya. Tak perlu kata-kata untuk tahu hal itu. Dari sikap Dion dan gesture tubuhnya yang hanya berdiri terpaku. Thalita menjadi serba salah. Dia tidak menduga Davina akan meninggalkan mereka berdua. Situasi menjadi canggung. Thalita menunggu Dion bicara, dan itu sangat meresahkan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Good Art of Playing Feeling
409      303     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
Perfect Love INTROVERT
10836      2019     2     
Fan Fiction
Senja (Ceritamu, Milikmu)
6736      1677     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
To the Bone S2
579      395     1     
Romance
Jangan lupa baca S1 nya yah.. Udah aku upload juga .... To the Bone (untuk yang penah menjadi segalanya) > Kita tidak salah, Chris. Kita hanya salah waktu. Salah takdir. Tapi cintamu, bukan sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku hanya ingin menyimpannya. Di tempat yang tidak mengganggu langkahku ke depan. Christian menatap mata Nafa, yang dulu selalu membuatnya merasa pulang. > Kau ...
Kita
707      464     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
Sweet Notes
12659      2394     5     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
Untuk Reina
25863      3965     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Sherwin
380      257     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
She's (Not) Afraid
1961      866     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
One Step Closer
2382      996     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?