Setelahnya Carl dan Julia saling bertukar nomor telepon, saling menghubungi satu sama lain serta melakukan kencan setiap minggunya. Setiap harinya mereka selalu memiliki topik pembicaraan. Julia merupakan perempuan yang ceria, dengan perawakannya itu pun sudah bisa membuat Carl bahagia bersama dengannya.
Pertemuan mereka yang layaknya drama itu berlangsung hingga dua tahun.
Di tahun kedua mereka berhubungan, Julia tiba-tiba saja sulit dihubungi bahkan tidak bisa ditemui lagi. Perempuan itu pun memilih untuk keluar dari pekerjaanya secara mendadak. Carl sampai menelepon teman sekantor Julia untuk mendapatkan informasi. Namun, semuanya nihil. Mereka layaknya ingin menyembunyikan banyak hal dari Carl
Sekeras apapun Carl berusaha mencari keberadaan Julia selama beberapa bulan, yang ia dapatkan hanyalah hasil yang sia-sia. Tak ada satu orang pun yang menjelaskan mengapa Julia menghilang secara mendadak
Carl masih tidak bisa melupakan Julia meskipun sudah hampir setengah Tahun perempuan itu tak muncul lagi di hadapannya.
Tepat saat Tahun ke- tiga tanggal kencan mereka dimulai, Carl mendapati pesan di kotak emailnya
Pagi-pagi sekali, ia segera meminta cuti di kantornya dan segera meluncur ke sebuah rumah sakit yang agak jauh dari daerah tempatnya tinggal
Rumah sakit itu terletak di kota seberang, kota kelahiran Julia
Di dalam pesan tersebut disematkan nomor kamar yang harus ia tuju.
Ia segera menuju ke lantai yang disematkan dalam pesan, beberapa kali ia tersesat di dalam rumah sakit yang luasnya melebihi lapangan sepak bola di dalam stadion.
Akhirnya, setelah sekian lama mencari. Ruangan itu berada di ujung dari lantai yang ia tuju. Nomor 502 tertulis besar pada papan pintunya
Carl segera menarik kenop pintu geser tersebut, lalu melangkah masuk tanpa tau apa yang akan ia hadapi
Ada seorang perempuan yang lebih tua sedang menjaga pasien di dalamnya. Sedangkan di atas ranjang tersebut ada seseorang yang tertidur lelap. Kepalanya diperban habis, mulutnya menggigit selang panjang berwarna putih. Tangannya di aliri cairan infus yang mengantung di sebelah kanan.
Wajah itu, wajah yang ia kenal. Julia terbaring dengan nyenyak di atasnya. Wajahnya masih tampak cerah, tak ada cela sedikitpun. Ia tak terlihat seperti orang sakit, hanya saja bobot tubuhnya semakin mengurus. Tulang-tulangnya sedikit menonjol, seolah hanya dilapisi kulit saja
“Anda siapa?” perempuan yang lebih tua itu bertanya pada Carl
Carl tak sempat mengatakan apapun, ia segera merosot dan berada di posisi berlutut. Wajahnya seolah dilanda oleh badai hujan. Air mata terus melewati wajahnya. Ia tak mampu lagi membendung tangisannya. Carl kalah oleh dirinya sendiri, saat ini ia terus merengek dan menangis tanpa bisa mengucap sepatah katapun
Perempuan tua itu pun tak bisa Manahan tangisannya lagi. Hari itu, ruangan kamar pasien bernama Julia serasa dilanda oleh hujan. Bahkan awan mendung di balik jendela ruangannya pun ikut-ikutan merasa kesedihan atas apa yang menimpa Julia
“Kanker otak, ia baru selesai menjalani operasinya.
Saat ini Carl sudah cukup kuat untuk duduk di atas kursi yang diberikan oleh perempuan yang merupakan ibu Julia itu.
“Hah,” Ibunya menghela napas. “Gadis ini selalu menceritakan tentangmu. Bahkan di saat ia di diagnosis terkena kanker otak. Satu-satunya yang terus ia pikirkan adalah dirimu.” Ibu Julia mengelus halus punggung tangan Julia
“Saya-
“Dia tak memberitahumu karena dia takut. Dia tak ingin kau bersedih karena kondisinya itu.
“Saya benar-benar meminta maaf.” Carl menunduk, ia berusaha menahan tangisannya yang hampir pecah itu
Ibu Julia menggeleng pelan. “Bukan salahmu, selama enam bulan ini, Julia selalu berusaha untuk tegar melawan penyakitnya. Meskipun begitu, dokter selalu bilang, ini sudah terlambat dan tak bisa berbuat banyak. Meskipun ia melakukan operasi, mungkin ada beberapa ingatannya yang akan hilang.” Ibu Julia bangkit dari kursinya. Ia menghampiri laci di dekat ranjang pasien, membukanya dan mengambil satu catatan dari dalamnya
Kemudian ia memberikan buku tersebut pada Carl, lalu kembali ke tempatnya
“Dia takut, ingatan yang hilang itu adalah ingatannya tentangmu bersamanya. Ingatan di mana pertama kali ia bertemu denganmu, ingatan bahagia saat ia bisa merasakan yang namanya cinta. Gadis ini, setiap harinya terus menulis dan menulis. Ia tak berhenti menulis meskipun kami memaksanya. Ia bilang, saat nanti kalau ia berhasil berjuang dan benar kalau ia melupakan dirimu. Setidaknya ia akan membaca buku itu terus menerus untuk mengingat kehadiranmu di hidupnya.
Carl meremas buku itu, air matanya terus menetes membasahi buku yang ia pegang sedari tadi
“Saya berpikir dia meninggalkanku tanpa alasan. Tapi, kenapa-
“Julia sangat mencintaimu, bagaimana mungkin gadis ini bisa hidup tanpamu. Email yang ia kirimkan awalnya untuk memberitahumu keberadaannya, entah itu saat ia masih hidup, atau mungkin ia sudah di tempat lain nantinya. Untungnya, ia masih bisa bertahan bahkan setelah email itu disetel tanggal pengirimannya.
Carl masih diam di tempatnya duduk. Hari itu, hujan tiba-tiba turun dan mengingatkannya pada hari pertama kencan mereka dimulai. Hari dimana halte bus itu juga dilanda hujan, tapi saat ini, ia tak bisa memberikan susu coklat hangat pada Julia seperti hari itu
--
Setiap minggunya, Carl akan terus kembali ke rumah sakit di seberang kota. Ia akan menemani Julia sampai besok paginya Carl akan menaiki kereta api yang paling pagi dan pergi bekerja.
Selama apapun Carl menunggu, Julia tak pernah menampakkan sebuah pergerakkan yang menunjukkan kehidupannya dimulai. Sesering apapun Carl menghabiskan waktunya, ia mulai merasakan letih tubuhnya yang semakin berat
Hari itu juga, Carl membeli sepasang cincin pertunangan. Diam-diam ia memasukkannya ke jari manis Julia dan jari manisnya sendiri.
Ia mendekatkan wajahnya, lalu berbisik. “Aku berjanji akan terus bersamamu, tak akan kubiarkan wanita manapun mendekatiku.” Matanya mulai basah lagi. “Jadi, tidurlah dengan nyenyak sayangku.
Air mata menetes pelan melewati pipi Julia
Keesokan paginya, Carl mendapatkan berita bahwa Julia sudah tiada dan akan dimakamkan di kota kelahirannya itu
Rasanya kedua kaki Carl melemas, ia tak sanggup lagi menahan kesedihan yang melanda dirinya. Semuanya terjadi begitu cepat seolah ia sedang bermimpi. Hati Carl langsung hancur tanpa bersisa
Pemakaman Julia dilakukan dengan cepat.