Begitu melintasi satu lorong lagi, Carl langsung menemukan halte bus tempatnya biasa menunggu angkutan umum. Di sanalah ia menemukan perempuan yang akan menjadi pacarnya
Sesaat sebelum bus yang biasa menjemputnya datang, Carl akan duduk di halte sambil memakan nasi kepal yang ia beli diminimarket, tidak lupa dengan susu yang biasa ia jadikan menu sarapan setiap paginya. Baginya, untuk mengejar waktu bekerja saja sudah cukup sulit. Ia harus bangun pagi, merapikan rumahnya, sehingga tidak ada waktu untuk memasak lagi.
Di era yang segalanya praktis, lebih mudah untuk membeli makan paginya di minimarket terdekat. Terkadang bahkan minimarket memberikan banyak inovasi nasi kepal dengan rasa baru. Ia akan mencobanya setiap hari, walaupun rasa tuna mayonnaise adalah kesukaannya sampai saat ini.
Biasanya di halte bus, banyak orang akan ikut menunggu. Semua orang akan menjinjing tas petak yang terkesan kaku dan tidak memiliki banyak ruang untuk meletakkan banyak barang. Carl memilih untuk menggunakan tas ransel berwarna hitam, hingga dia bisa membawa lebih banyak barang.
Hari itu, sesuatu menarik perhatiannya. Seorang perempuan berambut pendek sebahu yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Sepertinya perempuan tersebut nampak lebih muda darinya. Ia memakan setelan jas pink yang dipadukan rok sempit berwarna pink pula. Ia menjinjing tas yang agak besar dan tidak terkesan kaku
Setelah beberapa lama menunggu bus,akhirnya perempuan itu memilih untuk duduk di sebelah Carl yang kosong
Sesekali perempuan itu memijat mata kakinya yang nampaknya lelah karena pemakaian sepatu heels secara berlebihan. Kadang pula ia akan merapikan setelan jasnya berulang kali, seolah ia sedang gugup
Carl menebak bahwa perempuan itu baru saja memasuki neraka yang dinamakan kerja. Pantas saja Carl tak pernah melihatnya sebelumnya.
Tak butuh waktu lama, bus yang biasanya datang pun menjemput mereka yang menunggu di halte bus
Seperti biasanya, Carl akan memilih tempat duduk yang paling dekat dengan jendela sebelah Kanan. Dari sana, ia bisa melihat jalanan yang hiruk-pikuk, gedung-gedung tinggi yang menjulang hingga mencapai langit.
Perempuan itu duduk tepat di depannya. Rambut pendeknya melambai-lambai terkena angin yang masuk dari lubang di jendela tempatnya duduk.
Untuk sampai ke tempat Carl bekerja, hanya butuh waktu 15 menit menaiki kendaraan umum. Meskipun dekat, kalau Carl nekat untuk berjalan kaki, maka ia harus bangun lebih cepat lagi daripada biasanya. Itu sama saja dengan menambah penderitaan bagi dirinya sendiri.
Perempuan itu juga berhenti di halte bus yang sama dengan Carl. Namun, mereka berdua bergerak ke arah yang berbeda. Dari sanalah Carl berhenti memperhatikan perempuan itu
Carl hanyalah seorang karyawan biasa yang pangkatnya cukup tinggi. Gajinya sehari-hari hampir melebihi kata cukup. Saat ini, ia bekerja pada perusahaan yang berfokus pada website pencarian di internet. Mereka menyediakan layanan website terpecaya, bahkan membuat jejaring web untuk orang-orang yang membutuhkannya. Mereka juga memberikan pemograman rumit bagi mereka yang memintanya
Meski begitu, Carl tidak berkutat pada kode-kode rumit seperti itu. Ia berfokus pada perekrutan karyawan baru serta fokus pada kinerja para karyawan bawahannya.
---
Pembicaraan pertamanya dengan perempuan itu tentang kartu bus
Pagi itu, seperti biasanya, Carl menunggu di halte bus yang menjadi rute awalnya pergi bekerja. Ia mengeluarkan nasi kepal serta susu dengan rasa coklat
Carl memakannya dengan lahap, satu nasi kepal tak cukup untuknya, jadi ia menggeluarkan nasi kepal yang lain dari balik tasnya. Ia menyesap perlahan susu cokelatnya, kemudian mengeluarkan suara ‘Hah…’. Tubuhnya diselimuti kesegaran dari susu yang baru keluar dari lemari pendingin itu.
Perempuan itu datang sedikit terlambat, Ia berlari dari kejauhan hingga rambutnya terus-terusan melambai. Carl yang melihat itu, malah teringat dengan suara ‘tuing-tuing’ yang biasa keluar saat karakter game meloncat-loncat dari balik ponselnya.
Setelah mencapai halte bus, perempuan itu membungkukkan tubuhnya, ia meletakkan kedua tangannya di atas lutut. Lalu berusaha bernapas sekuat mungkin. Keringat terus bercucuran dari wajah perempuan tersebut.
Perempuan itu bahkan terlihat manis dengan kemerahan yang berada di kedua pipinya akibat tekanan berlari tadi
Carl menyunggingkan senyumnya sambil berdengus karena merasa itu adalah hal yang lucu. Segera, Carl melahap habis gigitan terakhir dari nasi kepalnya, ia juga langsung menyesap habis susunya tanpa bersisa. Kemudian membuang sisa bungkusnya di tong sampah di sekitar sana
Setelah berpikir tidak bisa melakukan apapun lagi, Carl segera bangkit dari tempatnya duduk. Ia menatap perempuan itu lalu memberikannya kode seperti anggukan kepala agar perempuan itu bisa duduk di tempatnya barusan
Seolah memahami isi pikiran Carl, perempuan tersebut segera bergerak cepat dan duduk dikursi bekas Carl duduk sebelumnya. Perempuan itu masih mencoba mengatur napasnya perlahan-lahan, lalu mengeluarkan air mineral dari tas miliknya
Tak berselang beberapa menit, bus yang biasa menjemput mereka pun melambat di dekat halte bus. Walaupun pintu tersebut dibuka tepat di depan Carl, ia malah bergerak mundur dan membiarkan yang lainnya untuk masuk terlebih dahulu. Ia juga membiarkan perempuan berambut pendek itu untuk masuk duluan
Setelah itu, ia melangkahkan kaki masuk
Namun, di dalam bus nampaknya ada sedikit percecokkan antara perempuan tersebut dengan sang supir
“Maaf pak, bisakah saya membayarnya besok?” suara gadis itu terdengar pelan
Sang supir menggeleng, “Maaf Nona, tapi anda tidak bisa melakukannya. Bagaimana kalau anda meminta bantuan dari salah satu penumpang di bus ini?
“Sa-saya-“ Perempuan itu kelabakan karena tidak mengenal satu orang pun di dalam bus
Carl yang melihat kejadian itu segera menempelkan kartunya dua kali
“Untuk dua orang.” ucapnya lalu melenggang pergi menjauhi perempuan yang masih berdiri di dekat sang supir
Beberapa kali perempuan itu menundukkan kepalanya pada si supir. Kemudian ia melangkah masuk dan duduk di sebelah Carl yang kosong
Begitu banyaknya bangku kosong di dalam bus, tapi gadis itu malah memilih untuk duduk berdampingan dengan Carl
“Terima kasih, berkat anda, saya tidak harus terlambat ke kantor.” Perempuan itu menyatukan kedua tangannya, lalu menundukkan kepalanya dengan mata tertutup ke arah Carl
“Benar-benar tidak masalah,
“Saya akan membayarnya besok!” sekarang, perempuan itu mengangkat kepalanya. Dengan terkat berapi-api, ia mulai membuat janji dengan Carl
Carl menaikkan salah satu sudut bibirnya untuk menahan tawanya. “Tidak apa-apa, biaya bus itu tidak seberapa.
“Saya bingung sekali kenapa hari ini bisa lupa membawanya, bahkan terlambat bangun pula!” Perempuan itu menggaruk kepalanya dengan malu-malu
“Itu sudah biasa, kok. Karena harus mengejar waktu angkutan umum serta masuk kerja pada jam pagi. Dahulu saya juga seperti itu, untungnya sekarang saya memiliki dua kartu.
“Wah! Saya juga harus membuat dua kartu, terkadang saya berganti tas saat pergi bekerja. Kadang kartu itu masih tertinggal di tas yang kemarin saya gunakan. Terima kasih atas saran anda.
“Hahaha, baguslah kalau kau menemukan solusi yang baik.” Carl mengakhiri pembicaraan mereka dengan senyum tulus yang ia lemparkan pada perempuan itu
Selama perjalanan 15 menit tersebut terasa amat lambat. Sejujurnya, Carl tidak tau bagaimana caranya berbicara pada perempuan. Sehingga ini adalah debutnya yang pertama untuk berbicara dengan seorang perempuan.
Mereka sempat bertukar pandang, lalu menganggukkan kepala mereka sekali, sebelum sama-sama bergerak berlawanan arah setelah turun dari bus.