Surakarta, 22 Februari 2012.
Dear Diary,
Hari ini aku merasakan kembali getaran asing.
Getar yang aku rasakan, ketika tanpa sengaja aku berpapasan dengan Kakak sahabatku, Daisy.
Laju jantungku berubah cepat. Tetapi aku yakin itu bukan aritmia. Sebab, rasanya lebih menyenangkan dari pada melihat idolaku muncul di layar kaca.
Sebenarnya, apa yang aku rasakan?
"Hallo guys! Kembali lagi di segmen InfoInvory! Hari ini, kita akan kupas tuntas tentang obat-obatan dari Hipertensi."
Ndaru terpaku pada layar tablet-nya. Dalam benda canggih berbentuk persegi panjang itu, sedang menampilkan gadis berparas cantik dengan senyuman memikat. Dia sama sekali tak berniat berkedip meskipun hanya sedetik.
"Obat hipertensi ada bermacam-macam golongan..."
Ndaru sebenarnya tak begitu menyimak isi dari video yang sedang dia tonton. Fokusnya ada pada gerak-gerik si pemilik konten yang kini sedang menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Ada amlodipin yang menurut beberapa penelitian baik dikonsumsi pada malam hari."
Ndaru selalu suka cara gadis itu menyampaikan informasi, tidak bertele-tele dan mudah untuk dipahami, sekalipun dia tidak benar-benar menyimak. Ia mengikuti seluruh akun sosial media milik si gadis. Juga, mengerahkan rekan-rekannya untuk mengikuti akun Tiktok dan YouTube gadis itu, dengan dalih menambah informasi. Bahkan, rasanya dia ikut senang, ketika pengikut gadis itu hampir menyentuh angka seratus ribu. Ada rasa bangga tersendiri, padahal dia masih bukan siapa-siapa.
"Hati-hati untuk kalian atau keluarga kalian yang sedang mengkonsumsi Captopril, ya! Hindari makanan yang mengandung kalium, seperti pisang atau jeruk bali, karena Captopril dapat meningkatkan kalium yang membuat detak jantung meningkat."
Cantik, pintar, mandiri, sukses. Mungkin itu gambaran tepat yang diberikan kepada Tesalonika Dahayu Ivory, perempuan yang sedari tadi menarik atensi Ndaru, meskipun dalam layar kaca. Gadis itu sangat bersinar--tidak, sejak dulu gadis itu memang sangat bersinar. Hingga Ndaru merasa sangat silau ketika menatapnya, hingga berakhir menjadi bodoh dan berbuat kesalahan besar.
Daisy bilang, sahabatnya itu merupakan pengajar di salah satu universitas swasta, selain merintis karirnya sebagai konten kreator. Ndaru masih mengingat pula cerita Daisy, jika sahabat adiknya itu, tidak suka menjadi sorotan, suka ada di belakang layar, tetapi dalam masa depannya, pekerjaan gadis itu berkaitan dengan publik. Tidak ada yang bisa menebak masa depan, tetapi Ndaru merasakan, hal itu terjadi karena apa yang terjadi antara dirinya dan gadis itu di masa lalu.
Ndaru jadi mengingat pertemuan mereka minggu lalu. Rasanya seperti mimpi ketika Ndaru berada dekat dengan gadis itu lagi. Bahkan wangi gadis itu masih terpatri jelas dalam ingatannya. Perpaduan buah berry, bunga gardenia dan violet, sedikit manis tetapi memberikan kesan yang kuat, seperti aura gadis itu yang terus bersinar. Jangan tanya kenapa Ndaru tahu sedetail itu, salahkan adiknya yang pernah mengajaknya ke toko parfum hanya untuk mencoba tester ini itu. Daisy pernah memakai parfum beraroma ini, namun hanya bertahan sebentar karena merasa tidak cocok.
Dia juga jadi mengingat penolakan, juga aura permusuhan dari gadis itu. Sangat wajar, atas apa yang dia lakukan di masa lalu. Tetapi, Ndaru baru saja akan berjuang, ketika mendapat informasi tepercaya dari adiknya yang mengatakan jika gadis itu sendiri, dia bertekad akan menebus kesalahannya, dan memulai kembali kisah yang belum sempat mereka ukir.
Ndaru tahu jika ke depannya tidak akan mudah, tetapi... dia bukanlah Ndaru yang dulu, bukan lagi pengangguran dan pekerja serabutan yang bermimpi untuk kuliah. Setidaknya, dia sudah sedikit berhasil memantaskan diri. Sekarang dia adalah pengacara yang bernaung di salah satu firma hukum milik pengacara kondang di Indonesia. Dia juga memiliki beberapa usaha kecil-kecilan sejak kuliah yang masih bertahan sampai sekarang. Sebuah proses yang sangat panjang, hingga dia ada di titik ini.
From : Daisy.
Mas, kamu tahu aku nggak bisa bantu banyak karena ini menyangkut masa depan persahabatanku. Gerak cepat sekarang, atau aku nggak mau bantu lagi!
📍Location.
Ndaru mengernyit bingung, pesan dari adiknya tentu saja membuatnya kelimpungan, dia sama sekali belum bersiap. Meskipun menjadi manusia morning person yang selalu mandi pagi supaya fresh ketika saat teduh. Kontan saja dia langsung bergegas, tidak mau usahanya sia-sia.
From: Daisy.
Nanti kalau Tesa tanya kenapa kamu yang jemput, jawab saja kalau mendadak Mas Kaivan nyamperin aku, takut dia nunggu kelamaan, kalau masih batu, bilang aja aku sama Mas Kaivan sekalian mampir ngurus undangan.
Dengan cepat jemari Ndaru bergerak menjawab pesan adiknya.
To: Daisy.
Kalau sudah jemput, emang dia mau kemana? Nggak lucu kalau Mas nggak tahu.
Pesan balasan adiknya datang dengan sangat cepat.
From: Daisy.
Tenang aja, kita ketemuan di Pakuwon Mall, aku nggak yakin juga Tesa mau dan percaya sama Mas segampang itu. 🤪
Sial! Balasan dari Daisy terasa menyebalkan namun tepat sasaran. Ada banyak alasan bagi Ayu untuk menolak dirinya yang tiba-tiba datang. Cepat-cepat Ndaru memberikan balasan.
To : Daisy.
Alasan Mas jemput dia apa?
Alih-alih mendapat balasan pesan, gawai Ndaru berdering dan menampilkan kontak sang adik. Tak ingin membuang waktu, Ndaru langsung mengangkatnya dan langsung disambut omelan nyaring adiknya.
"Ya ampun, Mas! Begitu aja mesti diajarin! Bilang aku butuh Mas juga, kek, atau aku yang minta tolong! Ngerti modus nggak, sih? Hukum aja yang diurus! Hati sendiri, enggak! Jadi jomlo karatan, kan! Terserahlah! Aku bantu sampai sini, awas kalau bikin kacau!"
Sambungan telepon dari Daisy putus begitu saja tanpa Ndaru sempat menjawab. Pria itu menghela napas dalam-dalam, sebelum akhirnya memacu mobil bututnya, hasil dari keringatnya setelah bertahun-tahun memutar otak dan memforsir diri.
Lokasi yang Daisy kirimkan adalah alamat Perguruan Tinggi Swasta yang cukup elit di Yogyakarta. Ndaru sama sekali tidak kesulitan ataupun tersesat. Dari kejauhan, di dekat pintu gerbang, Ndaru melihatnya. Wanita menawan yang mengenakan blazer abu-abu. Ayu terlihat kesal, pasti Daisy baru saja mengirimkan pesan jika tidak bisa menjemput. Melihat Ayu yang berbalik, Ndaru menepikan mobilnya agar bisa menahan gadis itu. Ia pasti akan kesusahan jika wanita itu kembali masuk ke dalam kantornya.
"Ayu!"
Si Pemilik Nama enggan menoleh, bahkan tetap berjalan meski langkahnya kecil. Ndaru tidak membuang kesempatan untuk mengejar gadis itu. Beruntung, suasana kampus sedikit lenggang. Jadi, apapun yang ia lakukan tidak akan menimbulkan banyak pasang mata menaruh atensi.
Ndaru berhasil memegang bahu kanan Ayu, gadis itu berbalik, menatapnya dengan aura permusuhan. Ndaru menelan ludah dengan susah payah, sebelum akhirnya menarik senyum.
"Saya diminta Daisy untuk jemput kamu."
"Sepertinya saya nggak jadi menemaninya hari ini. Anda bisa pulang."
Anda, kata itu terasa sangat sakit di dengar Ndaru. Ayu benar-benar bersikap seperti tidak mengenal Ndaru sebelumnya.
"Daisy pasti kecewa kalau kamu nggak jadi menemaninya." Saya pun juga.
"Mendadak, saya harus membuat soal pre-test hari ini."
Ndaru menautkan alis, yakin sekali jika gadis di hadapannya sekarang sedang menghindarinya. Baiklah, biarkan Ndaru menunjukkan skill-nya sebagai pengacara sekarang!
"Hanya soal-soal, kan? Kata Daisy kamu pintar, pasti waktu yang kamu perlukan nggak akan lama, kamu bisa mengerjakannya di jalan nanti. Daisy benar-benar membutuhkan kamu sekarang."
Lagi pula, jika Ayu berbalik memasuki kantornya lagi akan terlihat aneh, lihat saja tas besar dan iPad yang dipegang gadis itu sekarang. Nampaknya dia memang sudah berkemas.
"Kamu sedang menghindari saya? Atau, kamu... takut jatuh cinta lagi sama saya?"
Ayu menjawab dengan cepat, "Pemikiran dari mana itu? Saya sedang nggak menghindari siapapun! Apa lagi...takut? Yang benar saja!"
Ndaru menarik sudut bibirnya, seharusnya dia memahami ini, menghadapi Ayu, perlu sedikit konfrontasi. Benar saja, gadis itu kembali berjalan menuju gerbang, membuat Ndaru segera menyusulnya dan membukakan pintu mobil untuk gadis itu.
"Semoga kamu nyaman ya. Tenang saja, nggak ada pengharum rasa jeruk di sini."
Ndaru mengulum senyum, ketika melihat wajah terkejut Ayu. Dia memiliki informan handal. Seharusnya gadis di sampingnya sekarang mampu menebaknya. Tetapi, sekalipun informannya mampu berbagi banyak hal, Ndaru cukup tahu diri, dia ingin mengenal Ayu lebih dalam dengan caranya sendiri. Gadis itu juga pasti tidak akan nyaman dan akan kecewa pada adiknya, jika dia tahu terlalu banyak.
Sepanjang perjalanan, gadis itu hanya diam sembari menatap layar IPad-nya. Membuat Ndaru akhirnya bertanya, "Jadi bikin soalnya?"
Ayu hanya mengangguk, tanpa menatapnya. Membuat Ndaru menyabarkan diri. Namanya juga berjuang.
"Kalau saya nyalakan musiknya, kamu ke ganggu enggak?"
Ayu menggeleng, "Terserah, bukan mobil saya."
Ndaru sengaja memutar radio alih-alih playlist-nya. Tujuannya sih, supaya terdengar netral, dan tidak terlalu terlihat modus, karena seluruh daftar putar lagunya berisi tentang lagu penyesalan dan penantian dari berbagai bahasa. Namun, entah semesta sedang memihaknya atau tidak, penyiar radio terdengar akan memutar sebuah lagu spesial dari D'Cinnamos
Selamanya Cinta.
Lagu ini adalah salah satu lagu yang sering Ndaru putar, entah kenapa dia merasa apa yang sedang dirasakannya mirip. Mungkin, perasaannya terlihat mengada-ada, karena mereka tidak bertemu hampir sepuluh tahun. Namun, bayang-bayang Ayu tak pernah menghilang, apalagi gadis itu kerap adiknya ceritakan. Kini, Ndaru sangat yakin dengan perasaannya sendiri, apalagi ketika melihat gadis itu lagi.
"Saya suka semua konten kamu." ucap Ndaru begitu saja.
--tetapi mampu membuat Ayu mengalihkan pandang dari layar IPad-nya.
"Selain unik, konten kamu juga bermanfaat karena mengedukasi banyak orang. Orang-orang kantor saya juga suka lihat."
Andai saja Ndaru tidak sedang mengemudi sekarang, pasti dia akan merekam dan tak sedetikpun melewatkan wajah Ayu yang sedang menatapnya sekarang. Ayu masih saja cantik, meski ikatan rambutnya sedikit acak-acakan dan wajahnya sedikit pucat. Getar yang dulu pernah Ndaru rasakan, kembali terasa, dan entah kenapa sekarang rasanya sedikit berbeda, ada keberanian di sana.
"Konten kamu bisa dinikmati semua kalangan, pengetahuan tentang skin care untuk perempuan, lalu tentang obat-obatan yang kamu bahas itu... selalu jadi favorit saya."
Ndaru ingin terus bicara, mempertahankan atensi Ayu terhadapnya. Dia tidak bisa menebak dengan jelas dari raut wajah dan netra bening gadis itu. Tetapi, Ndaru merasa cukup, setidaknya untuk waktu ini.
Mereka sampai lebih dulu daripada Daisy. Namun, begitu mobil Ndaru terparkir rapi, Ayu mengeluarkan kaca kecil dari tasnya, gadis itu mengoleskan lipcream di bibirnya, juga bedak tipis pada wajahnya. Tak hanya itu, dia melepas ikatan rambutnya, dan menyisir rambutnya hingga rambut panjangnya kembali rapi.
"Menurut saya, nggak perlu dandan lagi juga masih cantik."
Ayu mendelik, melirik tajam pada Ndaru yang bersiap mematikan mesin mobilnya.
"Suka-suka saya dong! Saya tahu kalau saya ini cantik. Banyak kok, kandidat jodoh saya. Tinggal pilih. Saya rasa, mudah buat saya jatuh cinta--"
Ndaru sudah siap menyanggah.
Kenapa harus repot-repot memilih? Jika Ndaru saja sudah ada dihadapannya dan siap menjadi teman hidupnya. Namun, kalimat selanjutnya membuat harapan Ndaru terhempas.
"--tapi, bukan dengan anda."
Gadis itu bahkan meninggalkan Ndaru lebih dulu.
"Saya di sini untuk menemani Daisy. Jadi, sebelum Daisy sampai, saya bebas kemanapun tanpa anda ikuti."
Ndaru menghela napas, tidak menjawab kalimat Ayu, tetapi diam-diam mengekor kemanapun gadis itu pergi. Bahkan ketika gadis itu kesusahan memilah dress yang diinginkannya di salah satu toko, Ndaru dengan sigap mengambil iPad dari tangan gadis itu.
"Saya bawakan. Data kamu nggak akan hilang, karena saya cuma tahu hukum, bukan obat-obatan. Ini tadi bisa di taruh di mobil dulu, loh." katanya dengan senyuman manis.
Sepertinya, perjuangan Ndaru masih sangat panjang. Namun dia sudah sangat siap dengan segala konsekuensi itu.
bersambung...