Cinta itu indah ..., kecuali kalau ternyata cuma kamuflase untuk sebuah pengkhianatan.
Langit di Ethereal berwarna ungu pekat malam itu. Namun, bukan ungu lembut ala senja. Ini ungu yang gelap, pekat, dan berat seperti perasaan orang yang baru sadar gebetannya pacaran sama sahabat sendiri. Di tepi danau transparan bernama Lirium, para pemuda Ethereal berkumpul di bawah pohon kristal yang berkilauan. Angin malam membawa nada-nada lirih, tapi juga kegelisahan yang mengambang di udara.
"Oke, yang ini aneh," gumam Hoseok, duduk sambil menggigit buah berbentuk bintang. "Aku suka misteri, tapi ini mulai kayak drama."
"Aku malah mikir ini drama Netflix. Kita butuh flashback gelap dan kamera shaky," tambah Jin sambil mematut rambutnya di permukaan danau.
Namjoon duduk bersila, tangannya menggenggam pecahan kecil logam ungu yang baru mereka temukan. Masih ada pecahan lain yang perlu mereka temukan, agar menjadi utuh.
"Mic ungu aktif lagi ..., tapi arahnya ke dunia manusia," katanya pelan, seolah takut suara terlalu keras akan memecahkan keheningan yang telah cukup lama tercipta.
Serana menatap potongan mic itu. Ia merasakan detak samar, seperti jantung yang mencoba bicara.
Jungkook berdiri, bersandar di pohon kristal. "Kalau mic itu terhubung ke dunia manusia, berarti seseorang dari kita ..., atau mungkin seseorang dari sana ..., bisa mengaktifkannya."
Yoongi, seperti biasa, tidak bicara banyak. Namun, saat ia membuka suara, semua diam, merenungi setiap klaimat yang terdengar bernada savage seperti ciri khasnya selama ini.
"Atau... pengkhianat di antara kita."
Suasana mendadak sunyi. Keheningan tercipta di antara mereka. Di dalam benak masing-masing mulai menebak-nebak, bahkan saling tuduh. Jimin bahkan berhenti menggoyang kakinya yang sejak tadi menganggur.
"Yoongi Hyung, maksudmu... salah satu dari kita?" tanya Taehyung dengan kening berkerut.
"Nggak harus kita," sahut Yoongi cepat, tapi tak ada yang luput dari sorot matanya. "Bisa siapa pun yang pernah pakai mic itu. Hanya, kita nggak bisa abaikan kemungkinan-kemungkinan, sekecil apa pun itu."
Serana menggeleng. Ia berdiri, menunjuk dada sendiri, lalu ke arah mic yang dipegang Namjoon.
"Dia bilang dia bisa ngerasain sesuatu dari mic itu. Mungkin dia bisa bantu kita cari tahu pemilik sebelumnya," kata Jimin.
Namjoon menyerahkan mic ungu kepada Serana. Begitu gadis itu menyentuh mic itu, dunia di sekitarnya pun berubah. Serana seakan-akan berpindah ke alam dan suasana yang berbeda dari tempatnya kini berada.
****
Serana berdiri di tengah aula kaca ungu. Di sekelilingnya, bermunculan pantulan wajah-wajah yang tak ia kenal. Meskipun awalnya berupa bayangan memudar, tetapi perlahan-lahan satu-persatu dari mereka menjadi lebih jelas.
Salah satunya adalah seorang lelaki remaja mengenakan seragam sekolah yang warnanya sama dengan yang dipakai Serana. Rambut lelaki itu pirang pucat. Sorot matanya penuh amarah dan juga menyiratkan kesedihan. Di tangan remaja itu tergenggam mic berwarna ungu.
"Kau janji, kan? Kau bilang akan menyelamatkan mereka!"
Serana mencoba menyentuh kaca yang memantulkan bayangan wajah sang remaja. Namun, pantulan bayangan raut wajah itu, pelan-pelan mulai memudar, menjadi bayangan, kemudian lama-kelamaan hancur. Hanya sebuah kalimat yang ia tinggalkan dan menggema memenuhi udara sekitarnya, membuat Serana merasakan sesak dalam dada.
"Kalau cinta ini cuma palsu, kenapa aku masih percaya?"
****
KEMBALI KE DUNIA ETHEREAL
Serana merasakan tubuhnya melayang-layang di udara, lalu terjatuh ke tanah. Dengan mata terpejam, raut wajah gadis itu tampak gelisah. Keringat bercucuran membasahi keningnya. Napas Serana tampak terengah-engah, bahkan tubuhnya nyaris saja jatuh ke tanah. Jin dengan reflek menahan tubuh Serana agar tidak terbentur batu.
"Yeorobun (1). Ada yang bisa jelasin, kenapa gadis SMA ini kayak antena mic Ethereal zaman dulu?" tanya Jin dengan raut bingung.
Tangan kanan Namjoon menyentuh dahi Serana, lalu muncullah pendar kecil cahaya biru dari telapak tangannya. Kedua mata sang leader terpejam, mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang dialami oleh jiwa Serana.
"Sepertinya dia melihat seseorang. Pemilik lama mic ungu," ujar Serana, mulutnya komat-kamit tanpa mengeluarkan suara, atau lebih tepatnya, diterjemahkan oleh Namjoon dari gelombang pikiran Serana. "Seorang remaja lelaki, manusia. Dan dia ..., dikhianati."
Taehyung berjalan pelan ke pinggir danau, lalu menatap pantulan wajahnya sendiri.
"Kalau dia masih di dunia manusia, artinya kita harus kembali. Hajiman eotteohge (1)? Gerbangnya udah tertutup sejak kita semua kehilangan mic."
"Kecuali ..., salah satu dari kita ada yanng menyimpan potongan lainnya," usul Yoongi, membuat keenam pemuda lainnya seketika saja membisu serta saling bertukar tatap.
Jungkook menyilangkan tangan. "Tunggu. Maksud kalian, ada di antara kita yang menyimpan potongan lainnya sendiri secara diam-diam?"
Hoseok langsung berdiri. "Whoa, kita kan tim! Nggak mungkin lah ada yang... nyembunyiin sesuatu."
Namun, tiba-tiba saja, Serana mengarahkan tatapan tajam ke salah satu dari mereka. Matanya membelalak. Telunjuk gadis itu menuding langsung ke arah ....
"Taehyung!!!" seru keenam pemuda Ethereal hampr bersamaan. Raut wajah mereka tampak terkejut.
Yang dipanggil secara serempak pun mematung. Ia salah tingkah, seperti layaknya seseorang yang baru saja ketahuan dunia tentang isi dalam buku diary yang selama ini menjadi rahasia paling pribadi yang disimpannya rapat-rapat.
"Serana, are you sure?" tanya Namjoon, khawatir, ini adalah salah satu cara gadis itu untuk memecah belah dan mengadu domba para pemuda Ethereal..
Taehyung menunduk. Lalu perlahan-lahan, dari balik jubahnya, ia mengeluarkan potongan logam kecil berwarna ungu.
"Moleugesseubnida (3), kalau ini tuh, aktif," ujarnya menunjukkan ekspresi merasa bersalah. Suaranya pelan, hampir seperti bisikan. "Aku cuma ..., nemuin ini di hari pertama kita jatuh ke Ethereal. Aku nggak ngerti kenapa benda itu ditakdirkan untuk aku temukan secara kebetulan begitu."
"Hyung, wae malhaji anh-ass-eo (4)?!" bentak Jungkook.
"Karena aku takut!" Taehyung membalas. "Karena aku pikir ..., yang sedang menimpa kita saat ini, adalah semuanya salahku."
"Berarti kau ..., menyalahkan diri sendiri sendiri sebagai penyebab mic kita hancur?" tanya Jin.
"Aku nggak tahu! Mungkin iya. Tapi waktu aku pegang ini, aku mulai mendengar suara-suara aneh. Salah satu bisikan yang paling mengusik pikiran dan membuatku semakin takut, terus saja ternginag-ngiang di kepalaku." Taehyung menyugar kasar rambutnya mulai merasa frustrasi. "'Cinta yang kau lindungi... hanyalah bayangan. Bisikan itulah yang sangat mengganggu dan membuatku ketakutan'. Aku takut, kita akan menghadapi kekuatan yang lebih besar dan bisa menghancurkan," lanjutnya.
Suasana kembali senyap. Jimin menatap iba Taehyung, lalu berjalan mendekati pemuda itu seraya merangkul bahu sahabat terdekatnya itu. Keempat pemuda lainnya serempak menyusul menghampiri Taehyung. Serana yang sudah sepenuhnya siuman pun mendekat. Semuanya kompak mencoba menghibur, agar pemuda itu tak terlalu larut dalam perasaan bersalahnya. Di antara 7 pemuda Ethereal, Taehyung adalah sosok yang hatinya paling lembut serta mudah rapuh. Sehingga ia kerap mememdam sendiri keresahannya dan sering menyalahkan diri sendiri. Raut-raut wajah yang tadi tegang, karena sempat sedikit kesal terhadap Taehyung kini melunak. Tak ada lagi amarah. Hanya berganti dengan ekspresi penuh tatapan hangat serta senyum lembut serta perasaan yang memahami.
"Gwenchana (5) Uri ..., (6) hadapi ini bersama-sama," hibur Jimin.
"Yaa, Taehyungaa, jangan pernah memendam segala resah sendirian. Bukankah selama ini kita senantiasa berbagi segala ha? Tanpa ada rahasia?" tanya Jin seraya mengacak-acak rambut dongsaengnya.
"Mianhae (7), yeorobun (1)." Pandangan Taehyung sedikit berkabut. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, saat keenam pemuda Ethereal merangkulnya dengan penuh kasih sayang persahabatan. Dalam hatinya merasa sangat bersyukur memiliki sahabat yang senantiasa memakluminya dengan keluasan hati mereka.
"Yaa, sudahi adegan penuh haru ini, perjalanan kita masih panjang," ucap Yoongi memecah kesuyian yang sempat tercipta. "Kita harus ke dunia manusia," lanjutnya. "Kalau anak remaja itu masih hidup ..., bisa saja, dia menjadi satu-satunya petunjuk untuk kita."
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Hoseok.
Taehyung kembali mengangkat potongan mic-nya. "Mungkin, bisa dicoba dengan ini."
Keenam pemuda Ethereal serta Serana menjawab dengan anggukan. Dalam hati mereka sama-sama berharap dapat segera menemukan jalan keluar dan mengakhiri perjalanan panjang serta melelahkan ini. Yang paling terpenting,ketujuh pemuda itu ingin segera menemukan tujuh mic mirik mereka yang memiliki kekuartan masing-masing, agar tak disalahgunakan.
Malam itu, saat semua tertidur di perkemahan cahaya, Serana kembali ke tepi danau. Ia menatap pantulan wajahnya sendiri di permukaan air. Gadis itu terkejut seraya membelalakan mata. Sebab yang ia lihat dalam pantulan itu, bukanlah dirinya, melainkan bayangan gadis berambut ungu.
Zhara.
"Kamu pikir mereka semua itu lelaki yang jujur? Kamu pikir mereka bisa dipercaya?"
Tubuh Serana sedikit gemetar. Perlahan-lahan, ia berjalan mundur. Serana menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang bergetar.
"Z-Zhara...?" ujar Serana dengan nada bergetar dan terbata-bata.
Menyaksikan reaksi takut serta kaget yang ditunjukkan Serana, bayangan itu tersenyum miring.
"Bukan cuma Taehyung yang selama ini menyimpan rahasia. Kau juga, Serana. Kau juga."
Seketika saja, kedua kaki Serana lemas, seperti kehabisan tenaga. Gadis itu jatuh terduduk di atas tanah basah. Dalam benaknya muncul sebuah tanda tanya besar, hingga membuat kepalanya mendadak sedikit pening.
Siapa sebenarnya Serana? Dan apa hubungan masa lalunya dengan mic ungu?
(1). Semuanya
(2). Tapi bagaimana caranya
(3). Aku tidak tahu
(4). Kenapa kau tak bilang
(5). Tak apa-apa
(6). Kita
(7). Maaf
Ini juga bikin ngakak
Comment on chapter Lost