"Kadang, kamu harus tersesat dulu... supaya tahu jalan pulangmu memang layak diperjuangkan."
Tempat ini, seperti mimpi yang dicampur dengan efek visual konser K-Pop dan sedikit overdosis glitter. Langitnya ungu tua dengan semburat biru elektrik, pulau-pulau melayang bagaikan topping boba di atas milk tea kosmik, dan jalanan tempat Serana berdiri, terdengar bersuara setiap kali ia melangkahkan kaki. Bukan hanya bunyi, tetapi juga nada. Seperti berjalan di atas piano raksasa yang sedang iseng mengeluarkan suara.
"TING... TANG... DUNG..."
Serana mengangkat alis. "Oke, kalau ini prank atau April Mop, siapa sutradaranya? Cepet keluar! Aku nggak ada waktu buat melakukan semua ini!"
Suara embusan angin menjawab keluh-keah Serana. Namun, bukan sekadar suara desiran. Bila disimak lebih saksama, di antara bunyi desau angin itu, ada suara bisikan.
"Selamat datang di Ethereal..., wahai pewaris suara."
Sosok tinggi menjulang keluar dari kabut, mengenakan jubah transparan dengan aura seperti pelangi habis ditabrak blackhole. Kedua pupil matanya menyala ungu.
"Kami sudah menunggumu."
****
Sementara itu, di Bumi...
"Jadi... kita sekarang tim penyelamat, atau tim penculik, sih?" tanya MarJayHop sambil mengunyah mi instan mentah.
MarViTae menepuk dahinya. "Kita ini elite dari Ethereal, bukan siswa magang yang nyasar. Fokus."
MarChimmy mencorat-coret peta dunia di atas meja dengan lipstik bekas milik Serena. "Kita butuh jalur masuk ke Ethereal. Jalur yang stabil, juga express alias cepat."
MarJooni mengangguk. "Kita butuh Mic Putih. Mic pemurni. Tapi hanya bisa diaktifkan dengan suara yang paling jujur."
Semua menoleh ke MarJuki. Yang ditatap pun langsung panik.
"Lho? Aku? Kenapa aku?!"
MarYoonGa nyengir. "Karena kamu yang paling nggak bisa bohong. Mukamu polos, kayak kucing habis nyolong ayam."
****
Di Ethereal
Aisyah dibawa masuk ke istana Orpheus. Langit-langitnya tinggi seperti ego influencer, dan tangganya memantulkan cahaya ungu yang lama kelamaan membikin mual. Di singgasana utama, tampak sosok gagah tengah duduk dengan tegap. Orpheus. Dengan jubah yang berkilauan seperti soundwave hitam. Tatapannya menusuk tapi penuh kasih aneh.
"Anakku ..., akhirnya kamu datang."
Serana menggenggam Mic Ungu-nya, ralat mic ungu milik MarJuki. "Aku nggak mau ikut kompetisi menghancurkan dunia. Aku baru belajar lagu baru minggu lalu, oke."
Orpheus tertawa kecil. "Siapa bilang tentang menghancurkan? Aku ingin kamu menyatukan. Dunia ini dan dunia manusia. Lewat suara. Melalui kekuatan yang tersimpan di dalam dirimu."
Serana bingung. "Kok, semua orang bilang kau itu jahat?"
"Karena sejarah itu ditulis oleh yang menang, bukan oleh yang benar."
Serana nyaris tergoda. Namun, jauh di lubuk hatinya, gadis itu merasakan ada hal yang ganjil. Rasanya ini semua terlalu mudah. Terlalu cepat. Terlalu sinematik.
****
Di Bumi
MarJuki berdiri di tengah hutan sunyi. Di depannya, kristal yang mengurung Mic Putih berkilauan lemah. Ia menarik napas. Lalu mulai bernyanyi. Bukan lagu pop. Bukan pula balada. Namun, lagu jujur, yang liriknya tentang rasa takut, gagal, dan harapan kecil yang tak pernah padam. Suara MarJuki pecah, tetapi terdengar tulus. Lalu, kristal itu pun pelan-pelan pecah. Mic Putih tampak bersinar berkilauan, membuat setiap mata yang memandang, merasa terkesan dengan pesonanya. Ketujuh pangeran Ethereal dengan kekuatan penuh, bersiap menembus dunia Orpheus.
****
Kembali ke Ethereal
Serana berdiri di balkon tinggi. Matanya menyapu gemerlap dunia Ethereal yang menyala di bawah sana. Sehingga ia tak menyadari, langit di atasnya mulai retak.
Crrrraaaakkkk!
Dari retakan cahaya, muncullah tujuh siluet yang lama-kelamaan mulai tamoak jelas. MarJuki memimpin di depan dengan menggenggam Mic Putih bersinar di tangannya.
"SERANA! KAMI DI SINI!"
Orpheus menyipitkan mata. "Terlalu cepat mereka tiba di sini ...," uarnya geram, lalu bangkit dari atas singgasananya.
Serana nyaris saja menangis. Namun, rasa bahagia yang membuncah, menyurutkan bulir bening yang hendak meluncur bebas ke kedua pipi mulusnya.
"Kalian datang .... Gomawo (1)."
Orpheus melangkah mundur. Kedua matanya terpejam. Tangannya terangkat. Bibirnya mulai merapalkan mantra-mantra. Langit pun berubah gelap. Dari kejauhan, tujuh sosok misterius lain pun muncul. Versi kelam dari para pangeran Ethereal.
"Perkenalkan, ini para prajurit ciptaanku. Echoed Seven!" teriak Orpheus dengan nada bangga, seperti seoarng MC yang sedang membuka acara kuis.
MarChimmy melotot. "Versi dark mode kita?!"
MarViTae menggumam. "Mereka ..., cerminan sisi terdalam kita."
"Wow, menarik. Akhirnya, aku bisa berkenalan dengan sisi lain dari diriku," ucap MarjayHop seraya berjalan mendekat, menghampiri versi lain dirinya.
"Apa sisi gelapku punya sekte YMM juga?" Kali ini MarYoonGa yang bersuara, merasa sangat penasaran.
"WWH versi lainku tampan juga," puji MarJinny sambil memasang kuda-kuda.
"Salam kenal, kita bisa collab, nge-rap bareng membentuk grup MarJooni kuadrat, pecah dunia rapper!" teriak MarJooni antusias.
Sementara sang pangeran termuda tampak tak bersemangat. Versi lain dari dirinya sungguh sangat tak sesuai harapannya. Dia terlihat lebiuh kurus dan lusuh dibandingkan dengan dirinya. Namun, kenyataan memang harus diterima dengan lapang dada, meskipun sangat jauh dari harapan. MarJuki pun melangkah maju, bersiap melakukan perlawanan bila versi lain dirinya mulai menyerang.
"Untunglah, Orpheus tak menciptakan versi lain dariku." Serana menghela napas lega. Kali ini, dia bisa duduk santai sembari menyaksikan pertarungan sengit ketujuh pangeran Etheral dan para duplikatnya masing-masing.
(1). Terima kasih
Ini juga bikin ngakak
Comment on chapter Lost