"Ayolah Ma, aku udah kenyang," keluh Akira kepada Nyonya Nala yang terus saja memintanya untuk makan, perut anak itu rasanya seperti mau meledak sekarang.
"Hah, kamu harus makan yang banyak biar cepet sembuh," tutur Nyonya Nala, sekarang ruangannya sudah dipenuhi oleh banyak sekali jenis makanan kesukaan Akira, padahal belum sehari dia menginap di sana.
"Tadi ngobrol apa aja sama Genandra?" tanya Nyonya Nala.
"Obrolan biasa," balas Akira, lalu melihat senyuman menggoda berasal dari wanita itu. "Mama kok senyumnya serem gitu sih?!" sebal Akira tak suka ekspresi menyebalkan Nyonya Nala.
"Nggak apa-apa, oh ya tadi sebelum pulang Genandra titip pesan ke Mama, kalau Akira sudah sembuh atau butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama dia, aduh enak banget ya punya pacar perhatian," ucap Nyonya Nala sangat bersemangat, kalau soal menggoda Akira apalagi tentang hubungan asmara mereka.
"Katanya Zizy, sahabat kamu juga bakal jenguk kamu ke sini," sambung Nyonya Nala sembari membuka pintu.
"Tunggu, Mama mau pergi kemana lagi?" tanya Akira namun tidak dijawab oleh Nyonya Nala, wanita itu tetap keluar dan kembali menutup pintunya. "Cih, anak sakit bukannya ditemenin malah ditinggal terus."
Di luar kamar pasien, tanpa Akira ketahui Nyonya Nala sedang menemui teman-teman sekelas putri sulungnya itu di lobi rumah sakit, Nyonya Nala merasa senang, sebab Akira memiliki teman-teman yang baik seperti mereka. Mereka mau menyempatkan waktunya untuk menjenguk Akira.
"Halo Tante," sapa Zizy bersama beberapa temannya yang berada di lobi rumah sakit, menunggu kedatangan wanita tersebut untuk mengantarkan mereka ke kamar pasien Akira.
"Iya, wah rame nya, makasih ya udah mau datang buat jenguk Akira. Ayo ikut Tante!" balas Nyonya Nala lalu mengantarkan mereka menuju ruangan tempat Akira dirawat. Sesampainya di sana, Nyonya Nala mempersilahkan teman-teman Akira untuk masuk ke dalam.
Sengaja Nyonya tidak ikut, sebab ia mau membiarkan mereka mengobrol bersama tanpa ada rasa canggung.
"AKIRAAAA!!!!" heboh Zizy sembari memasuki ruangan, dan diikuti oleh anak-anak yang lain di belakangnya.
"Ini rumah sakit Zy, bukan kebun binatang," lelah Akira dengan sikap Zizy yang selalu saja berteriak, kadang ia sampai berpikir kalau tenggorokan anak itu terbuat dari karet.
"Hehe, sorry," balas Zizy cengengesan.
"Halo my besti, kecoak mana yang bikin lo sakit? Perasaan kemarim lo sehat-sehat aja," setelah diamnya Zizy, kini Akira harus dibuat sabar dengan spesies yang tak jauh berbeda dari sahabat perempuannya itu.
"Namanya juga manusia biasa Ja," balas Akira kepada Eja. Dia yang semula ingin beristirahat dengan tenang, sekarang gagal karena keberadaan dua manusia heboh tersebut.
"Oh ya Ra, kita datang ke sini juga bawakan sedikit makanan buat lo, semoga lo suka ya," sahut Mey sembari memberikan sekantong makanan kepada Akira.
"Thanks ya, jadi ngerepotin kalian nih," balas Akira kepada teman-temannya yang berjumlah sepuluh orang, termasuk Eja dan Zizy.
"Oh ya, ngomong-ngomong ada tugas gak?"
"Gila, lo masih sakit aja udah mikirin tugas, kalau gue mah bodoh amat Ra. Tapi asal lo tahu, alasan kita semua bisa datang ke sini karena bilang mau jenguk lo, makanya ulangan hariannya ditunda Minggu depan," balas Eja.
"Tapi sorry ya, kalau temen-temen sekelas nggak bisa ikut semuanya. Lo tahu sendiri kan kalau rumah sakit punya batasan pengunjung."
"Iya nggak apa-apa, lagian kalau lo ajak tiga puluh enam anak ke sini bukan jenguk lagi namanya, tapi study tour rumah sakit," balas Akira dan mengundang tawa mereka semua, bener juga.
Zizy mengeluarkan sekantong roti coklat serta sebotol susu dari dalam tas kecilnya, dan diberikan kepada Akira. "Nih, bukan dari gue, tapi Xavier," ucap Zizy dan diterima oleh perempuan itu.
"Xavier? Darimana dia tahu kalau gue sakit?" balas Akira bingung, perasaan dia belum memberitahukan tentang berita ini kepada siapapun, kenapa bisa sampai terdengar ke kelas sebelah?
"Lo tahu gak, berita sakit lo menyebar macam virus di sekolah, cepet banget. Kebetulan kita tahu ini dari adik lo sendiri, Rosalina," balas Zizy tak percaya memiliki teman artis seperti Akira. "Dia juga yang beri tahu di rumah sakit mana lo dirawat," sambungnya menambahkan.
"Owh, jadi Rosa yang kasih tahu ke mereka," batin Akira tersenyum.
"Ra, kita semua keluar sebentar ya mau cari angin, sekalian study tour rumah sakit beneran, gue penasaran sama toiletnya," ujar Eja.
"Plis! Dari sekian banyaknya ruangan di rumah sakit, kenapa lo milih toilet Eja!" sebal Zizy ingin sekali mencakar-cakar wajah temannya.
"Lah gue kan penasaran, emang apa salahnya? Lo mau ikut nggak?" tawar Eja.
"Nggak ah, gue mau di sini aja sama Akira," balas Zizy lalu melihat semua teman-temannya keluar dari dalam ruangan, bersama Eja yang berpura-pura menjadi pemandu wisata, dan pintu pun tertutup.
"Zy, gue mau bicara sesuatu yang penting sama lo, dan gue pikir lo juga harus tahu," ucap Akira dengan nada suara yang berbeda dari sebelumnya. "Ini tentang Genandra," sambungnya sedih.
"Genandra? Dia habis bikin masalah sama lo?" tanya Zizy penasaran.
"Harusnya gue dulu dengerin nasihat lo, soal hati-hati sama cowok seperti Genandra. Ternyata Zy... Bella itu bukan sepupunya dia, melainkan calon tunangannya. Bunda Genandra sendiri yang ngomong terang-terangan ke gue kemarin sepulang sekolah," ucap Akira sontak membuat Zizy menutup mulutnya.
"What?!" kejut Zizy bukan main. "Gila tuh cowok, berani-beraninya sahabat gue dijadiin mainan sama dia, cih dasar mantan playboy!" geram Zizy tak terima teman baiknya diperlakukan seperti ini.
"Terus sekarang gimana? Lo mau putusin dia?"
"Untuk itu.... gue masih bingung sama perasaan gue sendiri," balas Akira bimbang, bagaimanapun juga dia sudah terlanjur menaruh rasa kepada Genandra.
"Tapi kelihatannya, Xavier juga suka sama lo Ra, gimana kalau lo sama dia aja? Dia anaknya baik, dan nggak punya skandal apapun di sekolah," ujar Zizy.
Kalau diperhatikan lebih dalam, Akira juga merasa kalau Xavier mencintai dirinya. Laki-laki itu sering memberikan perlakuan spesial kepada Akira, tapi mau bagaimana? Perasaan tidak semudah dihapus secepat kau menyeka air mata. Karena untuk sekarang, di hatu Akira masih terlukis nama Genandra.