Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya bergunjing. Kelakuan verbal itu sangat dinikmati oleh orang-orang. Secara lebih ilmiah mereka menyebutnya dengan “menganalisis tingkah laku”. Tindakan yang secara tidak langsung berusaha untuk menganalisis kehidupan seseorang. Gosip memang selalu menjadi makanan yang menyenangkan.
Irish menaikkan penutup jendela. Telinganya dia sumpal dengan menggunakan earphone. Langkahnya tiba-tiba berhenti di depan paket yang kemarin datang ke kantornya. Paket pemberian dari Aksara itu ternyata masih di situ. Irish ingat, semalam OB kantor sudah mengiriminnya pesan dan memasukkan paket itu kembali ke ruangannya.
Irish tidak bisa untuk tidak peduli lagi. Perasan yang sudah lama dia pendam itu ternyata timbul lagi. Semalam hatinya sangat berbunga-bunga. Tidak ada yang bisa mendefinisikan apa yang dia rasakan. Semuanya campur aduk. Senang, bahagia, sedih, dan pikiran-pikiran yang muncul secara bergantian. Memang benar, manusia setiap hari isinya hanya tentang kecemasan. Irish setuju dengan pernyataan itu.
Paket berukuran besar dengan dua set boks di dalamnya membuat Irish terpana. Kedua set buku itu sangat dia impi-impikan. Irish menjadi bertanya-tanya apakah pria itu mencari tahu tentang dirinya? Kalau begitu dari mana? Mungkinkah Zoey? Karena hanya Zoey yang tahu setiap detail tentang dirinya.
“Wah, apa nih?” Ketika satu set boks buku The Lords of The Ring itu Irish ambil, terselip satu surat di tengahnya. Amplop itu memiliki gaya khas estetik yang sering dia lihat. Irish tidak menyangka pria itu ternyata bisa melakukan ini semua.
Hai, Irish!
Kau pasti sudah menerima paket ini bukan? Aku harap paket ini dapat menjadi bukti akan keseriusanku. Aku tahu tidak mudah untuk memahami semua ini secara tiba-tiba tapi aku ingin mengatakan, terimalah ini sebagai awal semuanya. Kau menyukai buku bukan? Aku tahu kau sejak dulu menginginkan series ini tapi tidak berniat untuk membelinya. Sekarang buku ini akan menjadi temanmu selanjutnya. Jika kamu sudah baca, bisa ceritakan padaku? Mereka terlalu panjang untuk bisa aku baca. Lebih baik aku belajar menjadi suami yang baik dengan kisah-kisahmu, kan?
Selamat membaca,
Aksara Kata Radiswara
Senyum Irish mengembang sempurna. Melihat kedua set boks itu seketika membuat hatinya menghangat. Irish sangat menyukai buku. Bahkan jika semisalkan dia dilamar menggunakan buku, Irish akan sangat menyukainnya.
“Cieeee, senyum-senyum nih. Ekhemm …” Franda lagi-lagi masuk ke ruangannya tanpa mengetok pintu terlebih dahulu.
“Pintunya tolong, tidak berguna.”
“Haha. Kalau nggak gitu gue nggak akan lihat sisi lo yang ini.”
“Mau ngapain lagi ini?”
“Tentu aja minta tanda tangan. Oh yaa, nanti malem ada rapat dadakan sama investor. Mereka ingin bertemu dengan kita. Tapi yah gitu, sampai sini bisanya malem. Lo nggak apa-apa nih?” Franda menaikkan alisnya. Perempuan itu tersenyum misterius. Pasti otak mesum Franda sedang bekerja.
“Lo nggak mikir ke situ kan?”
“Jelaslah iya. Normal tahu untuk dua orang dewasa, Rish.” Irish memutar bola matanya. Dia mengambil bolpoin dan membubuhkan tanda tangan di pojok kanan. Sekilas dia membaca laporan penerbitan buku itu. “Jangan bilang, lo nggak pernah?”
Franda berpura-pura terkejut untuk menjahili Irish. Jelas saja perempuan itu sangat tahu, berusaha sok tahu lebih tepatnya melalui apa yang dia lihat di kantor. Irish bahkan dijuluki sebagai perawan tua. Padahal sebenarnya Irish tidak setua itu.
“Kayaknya lo harus berhenti ngegosip bareng mereka deh.” Irish menunjuk orang-orang kantor yang berada di luar dengan menggunakan dagunya.
“Justru lo yang harus buka hati. Jadi gimana? Apa lo terima tawaran temen lo itu untuk nikah?”
“Ya jelaslah enggak.” Irish menutup dokumen yang terakhir. Matanya kini beralih menatap Franda di depannya.
“Kenapa enggak? Lo masih nungguin siapa sih, Rish?”
“Enggak ada yang gue tunggu. Cuma emang nggak ingin aja nikah. Penting amat keknya hal itu buat manusia.”
“Emang lo nggak mau gitu ngerasain kehidupan rumah tangga?”
“Kagaklah. Udah biasa hidup sendiri. Lo lihat kan? Survey menunjukkan gen z itu tidak memiliki gaji yang cukup. Semua properti naik. Apa lagi yang diperlukan kalau bukan buat diri sendiri?”
“Kalau jodohnya kaya, masa lo tolak?”
“Kaya kalau nggak menjamin kebahagiaan gimana, Fran?”
“Gini, aja besok lo ngedate sama Pak Radit, yaa. Nanti lo pasti nemu bahagia itu.”
“Ah yang bener?” Irish menatap Franda dengan tajam. Perempuan itu tiba-tiba merasa canggung. Pasti Franda bingung dengan apa yang dilakukan sekaligus bagaimana pikirannya bekerja. Irish bisa melihat dengan jelas kalau perempuan di depannya ini memang sedang tertekan. Entah apa yang diminta Pak Radit sampai membuat Franda melakukan banyak hal.
“Aku mohon, sekali aja Rish. Ya ya. Huehue.”
“Yaudah deh daripada lo kayak orang gila gini.”
“Oke. Hari ini lo bisa kan datang ke kafe depan? Pak Radit akan nunggu lo di situ.”
“Hah?” Irish terkejut. Dia setuju untuk berkenalan dengan Radit. Tapi tidak untuk hari ini. Langsung. Kontan. No debat. “Nggak hari ini juga, Frandaaaaaa.”
“Harus hari ini. Pak Radit denger kabar kamu dilamar orang, dia udah kayak mau kesurupan. Dia udah nggak muda lagi buat kenalan secara perlahan Rish, makanya dia mau kenalan cepet-cepet sama lo.”
“Terus kalau semisal gue milih yang ngelamar gue gimana?”
“Emm …” Franda tersenyum manis. Perempuan berbeda satu tahun dengannya ini memang sangat cantik. Irish sejenak iri dengan Franda. Perempuan berhati baik dan cantik seharusnya memiliki kisah percintaan yang bagus. “Dia udah siap dengan segala penolakan yang ada. Udah dewasa kalik, Ris. Lo cobain dulu ya pokoknya.”
Franda mengambil seluruh dokumen yang tadi ditanda tangai Irish. Pipi perempuan itu mengembang dengan sempurna. Lengkungan di bibirnya sangat menjelaskan perasaan hatinya.
“Ntar gue kirimin nomornya. Jangan lupa di chat!” teriak Franda dari luar.
Irish tidak pernah benar-benar merasa yakin dengan apa yang dikatakan Aksara. Untuk itu, dia ingin mencoba membuka hatinya kepada Radit. Dia tidak ingin Aksara menjadi satu-satunya orang yang tepat di hatinya. Dia justru lebih berharap kepada Radit. Irish akan mencoba melangkah satu lagi menghadapi kisah percintaan ini. Harapannya kisah ini akan berakhir dengan baik. Dia sudah lelah dengan perasaannya sebagai manusia yang menginginkan sesuatu.