Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mari Collab tanpa Jatuh Hati
MENU
About Us  

Lusa sudah mulai masuk sekolah lagi. Libur panjang sudah selesai, dan Nita sebagai siswa yang baru masuk ke SMA harus segera mempersiapkan keperluannya. Apalagi, dia harus mengurus barang-barang yang akan dia bawa untuk MOS. Kini gadis itu tengah sibuk menunggu barang pesanannya siap sambil men-scroll feed instagram di depan meja kasir.

“Ini, Neng, pesanannya.”

Nita buru-buru memasukkan ponselnya, kemudian menerima kantung kresek yang berisi pesanannya pada pria paruh baya, si penjual di toko. “Wah, makasih banyak, Pak Haji. Ini lengkap semuanya kan sesuai sama yang saya tulis?”

“Lengkap, tenang aja. Sudah saya sediakan buat kamu. Kemarin pita kuningnya nyisa sedikit, tapi pas ada yang mau beli langsung saya tolak. Soalnya kan spesial buat Neng Nita yang pesan lebih awal.”

Senyum Nita mengembang sempurna, kini dia segera mengulurkan uang dan berterima kasih pada Pak Haji. “Duluan ya, Pak Haji. Semoga laris terus tokonya.”

“Iya, Neng. Kamu juga semoga lancar MOS-nya!”

Di pertengahan jalan pulang, Nita mampir sebentar ke toko yang tak jauh dari toko milik Pak Haji untuk membeli ice cream. Gadis itu kembali berjalan sambil menjilati ice cream seperti anak-anak umur lima tahun yang mengklaim bahwa ice cream adalah makanan paling enak di dunia. Saking fokusnya Nita pada ice cream yang dia nikmati, gadis itu sampai tidak sadar ada anak-anak yang berlarian dari arah depan hingga menubruk tubuhnya. Alhasil Nita terjatuh ke tanah dan ice cream-nya terlempar jauh.

“Ish… dasar anak-anak nakal!” gerutu Nita kesal.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur ke hadapan wajah Nita yang baru saja berniat untuk berdiri setelah memungut barang bawaannya. Dan, ketika gadis itu mendongak, ditemukannya Siska yang sudah tersenyum sangat manis.

“Ayo bangun,” ajaknya lembut.

Nita menerima uluran tangan Siska, lalu berdiri tegak di depan gadis itu. “Terima kasih, Sis.”

“Sama-sama.”

“Lo… udah nggak marah sama gue?” tanya Nita canggung.

Siska lantas menggelengkan kepalanya. “Gue minta maaf ya, gue—“

“Enggak, gue yang salah. Gue yang harusnya minta maaf sama lo. Perkataan gue waktu itu parah banget sih. Setelah gue pikir-pikir, gue pantas disalahin. Sorry…”

“Ya, udah gue maafin kok, asal lo juga maafin gue.”

Sure. Jadi, sekarang kita udah baikan, kan?”

Siska mencolek pipi Nita, “lupain aja, anggap kita nggak pernah musuhan.”

“Aaaa, makin sayang.”

“Gue juga,” balas Siska.

 

 

*** 

 

 

Rosul meneguk minumannya sekali, lalu meletakkan lagi gelasnya di atas meja dengan perasaan gugup. 

Collab-nya emang udahan, tapi pertemanan kita udahan juga?”

Rena menoyor kening laki-laki itu sarkas. “Dih, ya kalau itu mah urusan lo. Kita-kita nggak maksud putus hubungan kok.”

Dengan mengusap keningnya, Rosul melototi Rena dengan tajam. “Bisa kan lo nggak main fisik, Ren?”

“Nggak bisa, emosi kalau ngomong sama lo.”

Amel dan Nita terkekeh bersamaan. 

“Putus aja pertemanan kita, Ren. Gue mau temanan sama Nita sama Amel aja.” Rosul mengedikkan dagunya pada dua gadis di sebelah Rena yang asik menikmati minuman mereka.

“Oh… pantas ya lo milih masuk ke SMA si Rosul, Nit.” 

Amel mengangguk pada Rena. “Nita nih benar-benar mau PDKT sama Rosul.”

“Heh, mana ada?!” protes Nita.

“Ya beneran juga nggak apa-apa kali, bro,” sanggah Amel dengan sisa-sisa tawanya.

“Jangan percaya, Sul. Tukang kibul semua mereka mah.”

Rosul mengangguk kalem. “Nit, dari awal juga gue nggak pernah percaya sama omongan mereka, tenang aja.”

“Dih, nyebelin,” umpat Rena.

Lonceng kecil di atas pintu cafe Bintang berbunyi saat Siska datang bersama Alan. Rosul yang duduknya menghadap pintu pun segera melambaikan tangan saat dua teman mereka kesulitan menemukan tempat mereka. Alan yang melihat itu pertama kali, lalu menepuk pundak Siska dan mengajaknya menghampiri teman-temannya.

“Lama banget sih, Sis?” seru Amel.

“Ada kumpul OSIS bentar buat rapat MOS. Itu Denis, si ketua baru kan pindah sekolah.”

Rena menepuk pundak Siska prihatin. “Padahal lo kan mantan ketua ya, masih aja ngurusin.”

“Ngeselin, kan?”

Sembari menunggu pesanan milik Siska dan Alan, suasana menghening sesaat. Lalu pesanan datang diantar oleh Raya. Gadis 20 tahun itu tersenyum melihat teman-temannya terkejut. “Nih, pesanannya.”

“Kak Ray, kok?” Siska menutup mulutnya tak percaya.

“Gue jadi waitress baru di sini, hehe.”

“Wah, kok bisa?”

Gadis itu terkekeh malu seraya menggaruki tengkuknya. “Mau nabung buat nonton konser, haha.”

“Dih,” cibir Alan tanpa sadar.

Raya memelototi laki-laki itu tajam. “Apa lo, nggak suka?”

“Nggak, sorry…”

Siska yang sadar situasi segera menyuruh Alan untuk berhenti. Di antara mereka bertujuh hanya Siska yang tahu bahwa Raya sebenarnya butuh proses menerima pertemanan Alan kembali. 

Guys, terima kasih sudah mau luangin waktu hari ini.” Siska memulai kalimat seriusnya. Dia lalu menatap Raya dan Alan bergantian. “Alan, Kak Ray, terima kasih juga karena kalian udah mau tetap bergabung.”

Raya mengangguk, berikut juga Alan. Meskipun mereka berkumpul seperti ini, Raya dan Alan tetap mempertahankan keputusan akhir mereka untuk menjaga jarak dan bersikap biasa saja. Untuk bagian tidak lagi saling mengenal, Raya berusaha menghapusnya sedikit demi sedikit.

“Gue juga mau terima kasih sama Rosul karena tetap jadi penengah dan nggak memihak ke siapa pun.” Siska mengukir senyum saat Rosul melemparkan finger heart.

“Jadi, hari ini project collab kita berakhir. Ini adalah hari di mana kita bertemu untuk mengakhiri semuanya. Tetapi, pertemanan kita tetap masih bisa dilanjutkan kok. Sebelumnya, gue juga mau minta maaf kalau semuanya harus diakhiri kayak gini.”

“Nggak apa-apa, Sis.” Rosul mewakili teman-temannya—Alan dan Reza—berujar lirih.

Alan juga mengangguk, menegakkan tubuhnya untuk memulai kalimatnya. “Gue juga minta maaf. Kalimat gue udah bikin kalian jadi marahan sesaat. Dan, makasih juga karena masih terima gue jadi teman kalian. Terutama Raya, makasih, Ray.”

Raya mengangguk perlahan. Gadis itu tahu, mau sebenci apapun dia pada Alan, pertemanan tetap jadi nomor satu yang harus diutamakan. Sambil memeluk nampan, Raya membalas senyum teman-temannya satu-persatu. Meskipun demikian, ada satu tempat yang seharusnya diisi oleh Reza. Rasanya masih tetap kurang lengkap, Raya merasakan itu.

“Meskipun kita udah selesai di project YouTube, kita nggak boleh udahan di pertemanan. Sama satu lagi, ayo berteman dan jangan pakai perasaan.” Siska menutup petuahnya hari ini dengan senyum tulus di wajahnya.

Amel yang usil kemudian berbisik di telinga Nita. “Tuh, Nit dengerin. Jangan baper-baper.”

“Iya, Amel!”

Teriakan Nita sontak membuat keenam temannya tertawa bersamaan. Gadis itu tak dapat menyembunyikan semburat merah di pipinya ketika Rosul juga ikut menertawakan tingkahnya. Nita lantas memelototi Rosul dengan tajam, meminta laki-laki yang kini jadi seniornya di sekolah tanpa menyuarakan maksudnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Chloe & Chelsea
8429      1818     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
The Rich
137      124     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
Anne\'s Daffodil
1098      419     3     
Romance
A glimpse of her heart.
Nina and The Rivanos
10222      2467     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
JAR OF MEMORIES
616      414     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
Hey, I Love You!
1176      506     7     
Romance
Daru kalau ketemu Sunny itu amit-amit. Tapi Sunny kalau ketemu Daru itu senang banget. Sunny menyukai Daru. Sedangkan Daru ogah banget dekat-dekat sama Sunny. Masalahnya Sunny itu cewek yang nggak tahu malu. Hobinya bilang 'I Love You' tanpa tahu tempat. Belum lagi gayanya nyentrik banget dengan aksesoris berwarna kuning. Terus Sunny juga nggak ada kapok-kapoknya dekatin Daru walaupun sudah d...
Rindumu Terbalas, Aisha
539      374     0     
Short Story
Bulan menggantung pada malam yang tak pernah sama. Dihiasi tempelan gemerlap bintang. Harusnya Aisha terus melukis rindu untuk yang dirindunya. Tapi kenapa Aisha terdiam, menutup gerbang kelopak matanya. Air mata Aisha mengerahkan pasukan untuk mendobrak gerbang kelopak mata.
The Secret
411      282     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
Untuk Reina
25473      3898     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
The Diary : You Are My Activist
14660      2482     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..