"Cleaning service?!"
Bryan dikejutkan oleh keputusan sang ayah yang memaksanya harus menjadi seorang petugas kebersihan di kantor. Seketika bayangan tentang universitas impian yang kelak bisa ayah setujui ketika melihat salinan nilai ujian sekolah yang dipamerkannya pun lenyap. Baru saja ia bermimpi akan berlibur sambil mengurus persiapan kuliahnya di Amerika, namun nyatanya keegoisan sang ayah kembali mengujinya.
Hari itu Tuan Andara menyatakan keputusannya untuk menunda kuliah yang akan Bryan ambil di Amerika. Tuan Andara secara gamblang menginginkan sang putra belajar dari jabatan terbawah.
"Daripada kau hanya bermain dan menghabiskan uangmu di Amerika, lebih baik kau mempersiapkan fisik dan mentalmu sebagai penerus Papa di masa depan! Kau harus mengenal JN Food dari dalam! Kau harus belajar mencintai usaha Papa yang selama ini bisa memanjakanmu!" tegas Tuan Andara yang kemudian meraih secangkir teh miliknya.
Tak lama Bu Puspa-sang ibu datang. Wanita anggun itu tersenyum seraya membawa setoples snack kering dan meletakkannya di meja. Lalu dengan tatapan ramahnya itu ia duduk di samping Bryan yang sejak lama sangat membutuhkan dukungannya.
"Mas, apa gak sebaiknya Bryan dibiarkan magang aja seperti Jackie dulu? Gak adil donk kalo dia harus jadi seorang pesuruhnya pegawai di kantor Papanya sendiri!" protes Bu Puspa seraya mengelus rambut sang putra yang nampak manja terhadapnya.
"Benar! Bahkan Mas Jackie tidak menjadi seorang pesuruh! Kenapa aku harus melakukan hal yang tak pernah dilakukan oleh kakakku! Dan lagi, bagaimana aku melakukannya? Jangankan menyapu, mengelap kaca pun aku tak pernah!" timpal Bryan.
"Karena itulah kau harus memulainya!" tangkap Tuan Andara. "Hilangkan semua kebiasaan manjamu itu, dan berusahalah menjadi orang yang serba bisa demi keluarga!"
"Tapi kenapa harus cleaning service, Pa! Apa tidak ada pekerjaan lain?" Bryan masih sekuat mungkin mencoba mendapat satu keringanan dari sang ayah.
Tuan Andara berdiri dari tempat duduknya. Kemudian ia pun menengok laju jarum jam di tangannya.
"Senin, pukul 5 pagi, kau harus ke kantor! Antony sudah siapkan seragam untukmu!" ujar Tuan Andara tegas. "Papa menjual mobil dan motormu, jadi besok kau pakai saja sepeda gowes milik Antony di garasi!"
"Papa keterlaluan! Bagaimana bisa Papa menjual semua milikku! Bahkan Papa membekukan semua kartu kredit dan merampas dompetku!" tanggap Bryan marah.
"Jika kau ingin semua fasilitas yang kau miliki kembali, maka lakukan semua yang Papa minta. Kau harus membuktikan kepada Papa dalam waktu 60 hari! Kau harus membuktikan bahwa kau bisa benar-benar hidup mandiri dalam segala hal! Jika kau tak melakukannya, kau boleh keluar dari daftar kartu keluarga!"
Bryan yang sudah kesal hanya terdiam memandangi sosok gagah itu pergi dari hadapannya. Ia menatap kepergian sang ayah dengan raut wajah kesal.
"Bagaimana mungkin dia menginginkan anaknya menjadi seorang kacung!" omelnya.
"Papa sayang sama kamu, makanya dia mau kamu berubah lebih baik!" bisik Bu Puspa yang kemudian pergi berjalan ke arah dapur untuk meneruskan pekerjaannya.
"Sayang apaan! Tiap hari kena omel! Telat pulang main basket aja dipukulin!" gumam Bryan kesal.
Bryan meraih tas ransel miliknya dan memasukkan kertas ujian itu ke dalamnya. Dengan menyeret satu kakinya yang bengkak setelah dipukuli sang ayah, Bryan melangkah menuju kamarnya. Hingga sosok Antony datang dan merangkulnya.
"Apa kabar bro?" sapa Antony yang memasang wajah sumringah pada Bryan.
Bryan menatap Antony malas sambil terus berusaha melangkah.
"Kamu gak liat kaki aku pincang gini?!" singgung Bryan pada Antony yang masih mengimbangi langkah sambil merangkulnya.
"Ah, kasihan sekali!" seru Antony dengan cengiran di wajahnya.
"Lama-lama aku gaplok muka kamu kalo masih nyengir aja!"
"Ya salah kamu sendiri cari gara-gara sama Tuan Andara. Udah tahu bapaknya disiplin macam komandan batalyon, ini malah santai-santai main basket dari tengah malem sampe pagi!"
"Ah, berisik!"
"Berisik? Ya kamu yang berisik!"
"Ck!"
Antony membantu membukakan pintu untuk Bryan. Lalu perlahan ia pun membantu anak majikannya itu untuk masuk ke dalam kamar.
Yah! Sudah lama Antony berteman baik dengan anak majikannya semenjak sang ayah yang seorang sopir pribadi Tuan Andara mengajaknya untuk tinggal di rumah itu. Perlakuan mereka yang baik membuat Antony merasa memiliki keluarga baru.
"Gimana urusan magang? Kamu jadi kerja di kantor papamu?"
Bryan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa yang ada di kamarnya. Dan Antony pun ikut duduk di sampingnya.
"Ck! Kamu nguping dari jam berapa?" singgung Bryan kesal.
"Gak nguping!"
"Itu kok tau kalo aku mau kerja di kantor Papa! Aku aja baru tahu beberapa menit yang lalu!"
"Aku gak nguping! Cuman kebetulan denger aja waktu disuruh bapak ambil shampoo motor di kamar mandi tengah!" jawab Antony dengan cengirannya yang khas.
Akhirnya Bryan pun menyanggupi alasan Antony. Sementara Antony kembali terkekeh memandangi wajah lucu Bryan saat marah.
"Ah tau, ah! Pusing!"
Bryan akhirnya menidurkan tubuhnya di atas sofa berukuran panjang itu. Ia menengadahkan kepalanya, memikirkan apa yang harus ia lakukan.
"Kalo gak dilakuin, si blackie kagak balik, Bro!" gumam Bryan yang terkenang bagaimana body besar motor kesayangan yang sudah raib dijual oleh sang ayah.
Mendengar ucapan Bryan, Antony pun terkekeh. Ia menahan tawa melihat wajah memelas Bryan yang berduka karena kehilangan benda kesayangannya.
"Sabar, Bro! Kamu ikutin aja kemauan Papamu! Lagi pula apa yang ditugaskan tidak berat kan? Dan lagi hanya perlu waktu 60 hari untuk menyelesaikan!"
Bryan melirik ke arah Antony dengan wajah sinis. Dan Antony yang dilirik dengan cara itu pun hanya bisa terkekeh. Bagi Antony wajah itu sangatlah lucu.
"Gampang palamu itu! Ini cleaning service, Bro! Kacung! Setara sama pembantu yang aku suruh-suruh di rumah!" tegas Bryan yang bertambah kesal. "Gampang katamu? Pegang sapu aja aku kagak ngerti caranya!"
Antony kembali merangkul Bryan setelah lelaki itu kembali duduk di kursi. Lalu dipandangnya wajah lesu itu dengan tatapan sumringah. Seolah ia sangat ingin memberi semangat kepada kawan baiknya.
"Jangan nyerah! Buktikan kalo kamu juga bisa!" ujar Antony. "Buktikan kalau selama ini kamu lebih baik dari Mas Jackie! Bukankah kau sendiri yang ingin membuktikan kepada Papamu tentang bagaimana sifat asli Masmu itu selama ini!"
Bryan terdiam. Ia teringat dengan apa yang dialaminya selama ini. Ia teringat bagaimana perlakuan kasar yang ia dapat itu berasal selama ini. Ia teringat jika sosok Jackie sering menjadikannya sosok kambing hitam yang patut Tuan Andara hajar sampai tak berdaya.
"Kau benar! Aku harus membuktikannya! Aku tak boleh kalah dari Mas Jackie! Bagaimana pun juga, aku harus bisa membuat Papa kembali percaya padaku!"
Bersambung...