Pelataran toko menjelang sore itu sudah sepi, hanya dikunjungi oleh dedaunan yang hilir mudik terhembus angin. Dari jauh tampak seorang anak remaja melesat dengan hoverboard yang mengambang di atas tanah.
Seorang anak perempuan bergaun panjang, bertopi runcing, dengan senada warna dark olive, dirangkap jubah ber-train panjang warna dark violet peninggalan mendiang ibunya, menjejakkan kaki bersepatu lancipnya di atas konkret yang becek. Ia melewati Barter Shop yang masih buka terlihat dari lampu yang masih terang di dalam, tapi tampak sepi itu, dan pintu depannya telah ditutup dengan pintu jeruji berhiaskan huruf BS. Inisial ini menurut banyak orang dianggap mendatangkan sial karena sering disalahartikan dengan kata bullshit.
Nguyen, penjaga kios tukar menukar produk sihir itu telah bersemedi selama berminggu-minggu di bawah pohon banyan, untuk mencetak buku mantra sihir abu-abu yang dirangkum dari warisan penyihir ibu-ibu yang telah terbukti selama ratusan tahun dapat menghipnotis bapak-bapak agar memberikan uluran jasa tenaga dan finansial secara sukarela. Akan tetapi, sebuah rumor mengatakan alasan gagalnya buku itu dicetak adalah karena dia secara tidak sengaja menumpahkan minyak kayu putih ke buku itu. Mantra-mantra yang ditulis tangan dengan menggunakan tinta GetAr, yaitu campuran getah pohon rengas yang beracun dan menjadi pekat hitam dan menempel kuat ketika kena udara dengan arang batok kelapa itu, luntur sehingga huruf-hurufnya menjadi acak-acakan dan merusak ajian mantra itu sendiri. Sejak saat itu, Nguyen menderita banyak depresi hingga sepasang gigi atasnya goyang dan menjadi jarang, dan kini selalu menyembunyikan wajah dan senyum manisnya dengan topi berkerudung jaring hitam. Para penyihir pemula sepertinya sering memberikan pelajaran baru secara tidak sengaja, yang dimanfaatkan oleh para penyihir lainnya sehingga mereka menemukan buatan baru. Seperti, Pulpus, pulpen penghapus huruf, yang terbuat dari kayu putih.
Nguyen tampak menunduk di balik topi datar berkerudungnya, keluar lewat pintu belakang ke gang buntu. Ia mengunci pintu itu dan melakukan hal yang sama dengan pintu depan, yaitu menutupnya dengan jeruji bertuliskan BS.
Terdengar suara batuk-batuk dan menggigil dari perempuan tua yang meninggali gang buntu di samping Barter Shop, lalu suara angin meliuk yang masuk ke sana.
Zippy Aurelius bergegas langkah menuju sebuah pintu gang berjeruji menuju dapur sihirnya. Jeruji itu berdekorasi hiasan sapuan kuas mirip huruf Z yang lagi take-off ke atas. Mirip gambar petir dengan flipped mirror.
BRENG! JEKLEK! Suara pintu jeruji yang berat itu tertutup, diselot oleh si Zippy dari dalam. Suara kas ketokan sepatunya itu dikenali langsung oleh pintu highly-secured dapur canggih si Zippy, yang langsung berdenyit ZZZP, DENYITTT! Terbuka.
Zippy melenggang masuk ke dapur sihirnya. Ketika lampu menyala secara otomatis, ia berhenti di ambang pintu, dan langsung berteriak,“I told you to never ever touch anything in my lab!”
“I didn't! I swear!” Sebuah kepala berambut kribo menjulur dari lubang loteng, sambil menuliskan sesuatu di atas kertas. Setelah itu menghilang.
Itu adalah Hyman Aurelius, Papahnya yang setelah bertahun-tahun menderita batuk warisan dari Oma Dyonisa ditambah dengan kebiasaan vaping dan berumur beda tujuh tahun dari Mamahnya, langsung sembuh total dan berumur lebih panjang dari mengkonsumsi pill multi vitalisator C-Ria buatan si Zippy yang masih belum mendapatkan pengesahan dari pemerintah, karena Zippy masih di bawah umur. Hingga saat ini, C-Ria hanya disimpan dalam rak sihir dan ditukar dengan buatan-buatan para penyihir lainnya yang membutuhkan. Atau hadiah buat sanak saudara yang suportif membantu penelitiannya selama ini. Seperti Mahaguru, misalnya, yang menjadikannya sebagai permen energy-booster. Zippy ogah menaruhnya di Barter Shop, karena gengsinya yang tinggi dan level intelektualitasnya yang didapat dari Mahaguru, bahwa learning is earning and telling is selling. Sehingga, Zippy lebih senang berbagi ilmu dan berbagi buatan dengan teman-teman penyihir lainnya.
“Aku tahu dari reposisi gelas lab sejauh 5 inci dari tempat asalnya!! Apa Mahaguru pernah mampir hari ini?” katanya sambil melangkah masuk dapur.
“Nggak tahu! Papah nggak denger apa-apa!!” Suara Hyman terdengar berteriak dari loteng.
Terdengar geraman kesal Zippy. Zippy memindahkan gelas lab berisi cairan hijau menyala itu kembali ke tempat semula, di mana ada lingkaran hijau bekas tetesan cairannya. Ia membuka jubahnya di atas hanger yang keluar dari lemari dengan sendirinya hanya dengan menyodorkan jubah ke lemari itu.
BLIP! Clek! Beres. Jubah Zippy dengan enteng terkait pada lubang gantungan. Itu membutuhkan kebiasaan saja. Hanger itu terbuka seperti sepasang stang yang menopang bahu jubah. Dan TRRRK! BLIP! Hanger dipastikan akan masuk kembali ke dalam lemari, pintu lemarinya tertutup sendiri.
~~~&&&~~~
Atap dan dinding dapur sihir si Zippy yang super canggih itu dihiasi dengan atraksi bioluminesensi yang menyala dari cacing glitter alias glow worms hadiah dari Mahaguru yang berburu cacing yang mengeluarkan cahaya alami dengan indah itu di gua Waitomo, Selandia Baru. Si Zippy kadang-kadang bermimpi bisa bersemedi bersama Mahaguru di gua Waitomo. Itu akan diungkap nanti di tengah cerita.
Anyway, terdapat kunang-kunang yang menyala terang berterbangan kian kemari dalam kandang kaca yang dibolongi sebagai ventilator di bagian sampingnya. Kandang itu dihiasi seperti taman mini yang indah layaknya dunia peri. Di kandang lain, ada cacing-cacing larva kumbang yang juga menyala seperti neon, nama kerennya Railroad Worm.
Bayangan Mahaguru dan dirinya yang sedang uji praktek membuat formula cairan “darah alternatif” dari sari cahaya kunang-kunang, tampak dalam awan putih dengan garis luar yang gemerlap dengan cahaya hijau-merah dengan bola-bola awan mirip staircases dengan gambaran ingatan lain yang saling berkaitan keluar dari kepala si Zippy.
“Bahkan di era paling gelap sekalipun, jangan pernah berputus harapan dari Cahaya. Cahaya, yang sebenarnya merupakan sari do’a, adalah sumber ilmu pengetahuan, percikannya dapat memberikan pencerahan kepada orang lain, dan tentunya penyembuhan. Karena itu, kembangbiakkanlah glow worms dari gua Waitomo ini! Agar ilmumu bereskalasi dengan cepat menembus waktu!”
Si Zippy menyedot cairan ajaib dari kunang-kunang dan larva kumbang itu. Ia menyedot cairan dari lampu-lampu binatang-binatang itu dengan jarum suntik. Tiba-tiba, Zippy seperti teringatkan sesuatu. Ia menoleh ke arah batu karang yang tampak tak elok di atas meja kerjanya, yang dipake buat naruh bolpen.
Suara pintu loteng digedor.
~~~&&&~~~
Dari dalam dapur rumahnya sendiri, HYMAN AURELIUS (42) ayahnya si Zippy, menggedor-gedor sebuah pintu menuju ruang khusus yang menjadi dapur sihir si Zippy. Dari mukanya, laki-laki Indo-Belanda berambut pirang seperti warna zaitun ini tampak seperti sedang high.
Terdengar teriakan si Zippy dari dalam. “Come in! Nggak dikunci, koq!”
Hyman masuk ke dalam. Matanya langsung menerawang, seperti teler.
“Papa baru bikin hymne khusus bakal mantra kamu. Nih, Papa bacain, ya?”
“OK, please…”
“The fumes of the bubbles are the weirdest babble... For it’s the pebbles that stipples to steadfast cobbles towards the stables... The chores for the horses are the nails hits for the pros... But, psst, psst, psst, that doesn't mean as they suppose…”
Sementara Hyman mengambil nafas, Zippy tertawa.
“Hahaha... Nail shits! Taik kuku! Hahahaha... Yes, they suppose my work is just a nail shit! But... It’s actually…” Zippy mengetuk meja dengan ujung jarinya dua kali. “Nails hits…”
“Yes! So... Bla-di-bla, di-bla di-blue... Turn your red blood into the blue’s... But, boy, keep the coast clear for she arrives from the drift... Lodged forever into the reef, reef, reef... So, be with it, walk along with your grandpa’s feet, now and whenever you want to go…”
“Beautiful! Tapi, koq Papa bisa, sih bikin rima yang indah dalam bahasa Indonesia, kayak melangkah dengan kaki kakek? Terus, batu karang dengan sekarang…?”
“Karena, walau bagaimana pun, Papa percaya bahwa kita semua berasal dari akar rumpun yang sama. Oma Dyonisa tidak akan mewariskan batu karang itu, kalau tidak memiliki arti dan nilai tersendiri dalam kehidupan kita.”
Sekali lagi, Zippy menoleh ke arah batu karang di atas mejanya. Tiba-tiba, sebuah awan ajaib dengan cahaya putih kehijau-hijauan yang menyala muncul. Mahaguru muncul, melambaikan kedua tangannya seperti mengelap kaca dari dalam atan ajaib itu. Itu sebenarnya, memang kaca komputer super-canggihnya Mahaguru.
“Hallow, Zippy...!”
Zippy menoleh sekilas pada Mahaguru.
“Hey, Mahaguru!”
“Sorry, ada yang saya lupa! Pulpen tinta biru punya saya ketinggalan!”
Zippy menoleh lagi.
Point of view Zippy: Tangan Mahaguru keluar dari awan ajaibnya, mencomot pulpen bermata ruby biru bertinta biru yang tampak dari dinding selobong emasnya yang tembus pandang, dari batu karang yang bolong-bolong warisan Oma Dyonisa yang dijadikan tempat penyimpanan pulpen itu.
“Heu... Kirain nggak bakal inget lagi! Lagi ditungguin sampai bener-bener lupa!”
“Hey! Kamu sudah punya dua pulpen dari saya! Yang merah dan yang biru! Jangan lupa apa yang harus kamu buat dengan dua tinta itu!”
“Tinta merah untuk mengonsep ramuan untuk mengubah hidup agar lebih baik walaupun kadang terjadi sebaliknya, dan tinta biru untuk menuliskan bahan-bahan yang perlu dicari dan obat klien yang harus diresepkan!” kata Zippy lantang.
“Correct! Sekarang, saya pamit mau pergi lagi,” kata Mahaguru dengan nada permisif.
“Eh-eh, bentar, bentar! Kemarin gelas lab-ku ada yang mindahin! Pasti Mahaguru ngoprek lagi di dapurku, ya?!!”
“You did it yourself! I saw how you did it. It was your own oprecation!”
“Which oprecation? Aku punya banyak oprekasi, tapi nggak pernah lupa setiap fasenya!” Zippy berputar badan dengan melipat tangan di dada. “Aku ingatkan sekali lagi, jangan pernah sentuh barang-barangku tanpa izin sepengetahuanku!”
“Noted…,” kata Mahaguru dengan nada rendah.