Setelah pertemuannya bersama keponakan lelaki satu-satunya itu. Yoshi, nama awal pria berkebangsaan Jepang ini segera menuju ke rumah sakit. Padahal malam ini ia harus segera berangkat ke negaranya, dikarenakan di sana ada meeting yang tidak bisa ditinggalkan.
Ia berdiri menatap ruang laboratorium yang sengaja dibiarkan terbengkalai itu. Ia menyoroti ke bawah, sembari berceletuk dalam hatinya, ‘Siapa yang meletakkan buket mawar putih dan merah ini? Apakah ada yang tahu mengenai kejadian yang terjadi 10 tahun lalu?’
Ternyata tepat pada malam ini, kejadian mengerikan itu terjadi. Pria yang tidak akan pernah melupakan kejadian tragis dan membuatnya akan selalu merasa bersalah ini, tak akan mungkin bisa hidup tenang.
Sepertinya yang sudah ia katakan, Keluarga Tanaka memang telah dikutuk dalam mencintai wanita pribumi.
Glek!
Ia menelan salivanya, dan kepalanya terasa berat. Detak jantung semakin kencang, dan ia tak akan bisa melupakan kejadian yang menimpa wanita sangat dicintainya.
***
10 Tahun Silam
Gadis muda berusia 23 tahun dengan wajah yang begitu manis, serta begitu sopan memberikan hormat kepada pemilik rumah sakit ini.
“Selamat pagi, Pak Yoshi. Saya Naya, ingin melamar menjadi suster di rumah sakit ini.”
Baru kali ini, seorang yang melamar menjadi tenaga medis atau suster harus interview dengan direktur utama. Biasanya, Yoshi tidak akan pernah tahu menahu mengenai selektivitas yang dilakukan oleh pihak rumah sakit yang sudah ia berikan kepercayaan penuh.
Ternyata beberapa hari lalu Yoshi sudah pernah melihat wanita yang memiliki penampilan sederhana dengan senyum teramat manis ini sedang memberikan lamaran kerja ke salah satu staf rumah sakit. Ini namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Entah mengapa, pria yang waktu itu berusia 27 tahun, pria yang tidak pernah dilihat dekat dengan wanita manapun, begitu dingin dan misterius. Ia luluh dengan wanita pribumi seperti Naya.
Semua acara meeting yang sudah dijanjikan jauh hari, dibatalkan. Karena satu alasan yang tak masuk akal. Ia ingin menginterview seorang wanita yang membuat hatinya bergerak.
Dengan melihat sorot matanya yang sendu dan begitu lembut saja, membuat pria pemilik hati dingin ini luluh. Ia tak bisa menyatakan perasaannya, dan tidak bisa memberitahu siapa pun kecuali dirinya sendiri. Dikarenakan dalam keluarganya sudah ditetapkan, tidak ada yang boleh menikah dengan bangsa lain selain orang Jepang.
Karena pada saat terdahulu, kakak laki-lakinya telah menikahi wanita pribumi yang dilarang keras juga. Namun, sang kakak menentang hal itu. Sehingga kakak Yoshi mengalami penyakit aneh dan berakhir sia-sia setelah ia memiliki putra berusia 5 tahun, bernama Yuta Tanaka.
Kedua orang tuanya semakin tak menyetujui pernikahan lintas negara yang berbeda dengan bangsanya. Maka dari itu, meskipun Yoshi sangat cinta mati dengan wanita pribumi, ia akan tetap memendam perasaan tersebut sampai kapan pun.
Namun, cintanya berubah menjadi benci saat Yoshi melihat sang pujaan hati begitu dekat dengan seorang dokter muda bernama Arya.
Mereka begitu serasi, setiap kali Yoshi melihat mereka.
Pada saat itu Yoshi sudah memiliki jabatan penting di rumah sakit ini, ia memang CEO muda dan begitu tampan. Banyak wanita pribumi menggilainya, akan tetapi hati Yoshi hanya mampu bergerak oleh Naya.
Rasa cinta yang ia pendam beberapa lama, membuat Yoshi tak bisa berbuat apa. Cintanya berubah menjadi benci dan dendam yang merekah. Obsesinya kepada Naya semakin mengerikan.
Pada sore hari, Yoshi melihat Naya sedang sibuk membantu Arya di ruang laboratorium.
Grek!
Yoshi sengaja membuka pintu tanpa mengetok terlebih dahulu. Sontak hal itu membuat Naya dan Arya terperanjat menoleh ke arah pintu, memastikan siapa yang akan memasuki ruangan laboratorium. Dikarenakan tidak sembarang orang yang bisa memasuki ruangan ini.
Dengan wajah yang datar, dan juga tatapan mengerikan Yoshi berceletuk, “Sedang apa kalian berdua di ruang laboratorium?”
Tentu saja Arya menjawab berdasarkan fakta dan sikapnya tenang, karena jujur saja mereka tidak melakukan tindakan yang aneh-aneh. Melainkan sibuk dalam meracik sebuah ramuan yang akan dijadikan obat untuk keperluan operasi.
Naya pun juga hanya bisa mengangguk dan menyetujui apa yang dikatakan seseorang dicintainya.
Yoshi melipat kedua tangannya di dada, lalu ia melihat pria itu dengan sinis. Ia perpikir untuk membuat saingannya ini keluar.
“Saya ada tugas untukmu, Dokter Arya. Kamu urusi kasus di rumah sakit Airlangga. Karena saya butuh orang yang menjadi penanggung jawab di sana. Rumah sakit itu adalah salah satu partner bagi rumah sakit kita ini. Kita tidak ada waktu lagi, dan saat ini juga saya ingin kamu menuju ke rumah sakit itu. Saya tugaskan kamu di sana dalam 7 hari.”
Keputusan mendadak direktur utama ini menjadi boomerang bagi Arya dan juga Naya. Bagaimana tidak, baru kali pertama seorang petinggi menyuruh Arya mengurusi urusan setarap pemimpin lainnya. Padahal Arya adalah dokter biasa di rumah sakit ini.
Dikarenakan tidak ingin dicurigai, bola mata Yoshi menghidari tatapan dari Arya dan juga Naya. Ia langsung menjelaskan.
“Dokter Arya, saya sudah lihat prestasi Anda yang begitu gemilang dan memberikan dedikasi yang begitu baik kepada rumah sakit ini. Maka dari itu saya memberikan tugas yang mungkin ini adalah tugas berharga, tidak sembarang orang yang saya beri tugas ini. So, tolong jangan kecewakan saya.”
Naya dan Arya saling tatap secara bersamaan. Mereka tampak begitu bingung dengan permintaan dari pimpinannya ini.
“So, apa yang Anda tunggu Dokter Arya? Menunggu Suster Naya di sini atau segera menjalankan tugas Anda?’
Tampaknya Yoshi benar-benar muak dengan kisah asmara yang mereka bangun berdua. Padahal sebelum Arya datang ke rumah sakit ini, Yoshi bisa secara leluasa melihat senyuman Suster Naya.
Arya adalah dokter muda yang memiliki prestasi bagus. Ia dipindahkan baru beberapa bulan untuk menetap di rumah sakit elite dengan akreditas sangat baik ini dalam pelayanan kesehatan. Meskipun rumah sakit Lokapala adalah rumah sakit swasta, tapi rumah sakit ini tak kalah dari rumah sakit milik pemerintah. Bahkan fasilitas yang begitu lengkap, membuat banyak orang luar yang berobat ke tempat ini.
Arya hanya bisa mengangguk dan membungkukkan tubuhnya beberapa derajat memberikan hormat kepada pimpinannya. Lalu menoleh ke arah Naya sesaat sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.
Heh!
Melihat hal ini membuat Yoshi mengangkat salah satu ujung bibirnya, ia benar-benar tampak muak dengan tingkah yang dilakukan Arya. Sungguh berlebihan!
Kini hanya mereka berdua yang tersisa. Yoshi tak henti menatap dengan tatapan mendalam, sekaligus mengerikan bagi Naya.
Hal ini membuat wanita sederhana pemilik senyum manis itu menundukkan kepala, karena ia merasa risih di tatap seperti itu. “Maaf Pak Yoshi. Saya mungkin melakukan pekerjaan yang lain saja. Dikarenakan Dokter Arya tidak ada ...”
“Kamu di sini niat kerja atau pacaran, Naya?” celetuk Yoshi sembari memotong ucapan suster manis itu.
Manik mata Naya mengembang, ia menatap pimpinannya penuh keheranan. Mengapa seorang direktur utama berceletuk seperti itu? Bukankah konteks pembicaraannya tidak sesuai sebagai seorang pimpinan.
Lalu apa salahnya jika menjalin sebuah kasih di tempat kerja, bukankah itu sah-sah saja? Tidak ada undang-undang yang menyatakan jika tak boleh menjalin kisah asmara di tempat kerja dengan partner kerja kan?
“Sa-saya.” Naya tergagap, karena ia langsung dijejali pertanyaan seperti itu. Pembahasan kali ini sudah beralih dalam kasus pribadi.
“Apa kamu mencintai Dokter Arya?”
Pertanyaan direktur utamanya itu membuat bola mata Naya menari, pipinya memerah menandakan apa yang ditanyakan oleh pria di depannya memang memiliki makna berarti.
Alis kiri Yoshi langsung terangkat satu, sepertinya ia tidak menyukai gerak-gerik yang diperlihatkan secara jelas itu dari Naya.
“Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan saya, Naya?” Yoshi terus menyuduti Naya. Meski ia sudah mengetahui perasaan wanita itu secara jujur, tapi bagaimanapun juga pria yang sangat terobsesi mencintai gadis sederhana seperti Naya ini ingin mendengar secara langsung dari mulut wanita itu.
Naya menelan salivanya. Mulutnya bungkam, seperti lontaran kata yang akan dia keluarkan tak mampu untuk disuarakan. Tentu saja, ini adalah masalah personal dan sifatnya pribadi. Mengapa Yoshi sangat ingin mengetahui hubungannya dengan Arya?
Yoshi kini mengangkat kedua alisnya sedetik, lalu memasang ekspresi seakan ia ingin mengetahui jawaban dari Naya segera.
“Maaf sebelumnya Pak Yoshi, saya di sini niat kerja.”
“Pertanyaan itu sudah lewat. Pertanyaan yang saya lontarkan baru saja adalah mengenai hubunganmu bersama Dokter Arya. Apa benar kalian menjalin hubungan yang spesial?”
Naya menundukkan kepalanya, seraya berpikir. Padahal tidak ada satu pun yang mengetahui hubungan spesial mereka, kecuali seseorang yang selalu memperhatikan setiap menit dan detik seperti Yoshi, pria yang kurang kerjaan selalu memperhatikan Naya dan juga Arya.
“Apa hal itu begitu sulit untuk kamu jawab, Naya? Apa susahnya jika kamu bilang ada hubungan atau tidaknya,” kesal Yoshi, karena pertanyaannya belum kunjung dijawab oleh wanita yang begitu ia cintai.
Naya mengangkat wajahnya, lalu menatap Yoshi dengan tatapan yang sendu. Ia mengangguk pelan, lalu berkata, “Benar Pak Yoshi, saya dan Dokter Arya memiliki hubungan spesial. Saya dan dia berpacaran.”
Heh!
Seketika hati Yoshi yang beku itu hancur berkeping-keping. Sungguh rasanya begitu sakit. Pria yang sangat digilai karena ketampanannya, dan selalu menolak wanita manapun, kini mengalami patah hati yang begitu parah.
Hatinya begitu sejak, bahkan ia tak dapat melontarkan pertanyaan lagi. Dengan wajah kesal, ia segera meninggal Naya di ruang laboratorium seorang diri.
Entah saat ini setan apa yang merasuki jiwanya. Ia menghubungi beberapa rekan dekatnya, dan mengajak mereka minum bersama, di sebuah ruangan rahasia di rumah sakit ini.
Sampai malam tiba Naya di suruh ke ruang laboratorium dengan salah satu staff rumah sakit.
“Mbak Naya ... Mbak,” panggil wanita setengah baya sembari mengejar Naya yang membawa obat untuk pasiennya.
Sontak mendengar panggilan, Naya menoleh ke belakang.
“Mbak Naya, tolong segera ke ruang laboratorium. Ini perintah dari pimpinan, Pak Yoshi.”
Tanpa berbasa-basi lagi, Naya pun segera menuruti panggilan itu. Namun, entah mengapa tiba-tiba tubuhnya gemetaran. Detak jantungnya semakin tak beraturan, seakan ia kini tertimpa hal yang buruk, bahkan lebih dari itu!
Bersambung.