Suara yang terdengar jelas itu sontak membuat Alana terkejut, ia terbelalak akan kehadiran dokter tampan yang menampakkan ekspresi keheranan.
“Ah … anu dok,” suara Alana terpatah-patah, ia tak bisa langsung menjawab pertanyaan yang membuat wanita ini dilema.
Tidak mungkin Alana jujur menjawab bilamana ia sedang berbicara dengan makhluk tak kasat mata, berupa sosok yang tubuhnya diselimuti oleh kain kafan begitu rapi.
‘Poci, bantu aku menjawab pertanyaan Dokter Arka. Masa iya aku menjawab sedang berbicara denganmu,’ gemuruh Alana melalui telepati dalam benaknya.
“Bilang saja kamu sedang menghafalkan sebuah dialog, karena kamu mau ikut teater!” Apa yang disarankan Poci itu adalah pikiran spontannya, bagi sosok gentayangan ini hanya itulah alasan yang logis kini.
Seperti tak ada pilihan lagi, apa yang dilontarkan oleh Poci, Alana ucapkan tanpa mengurangi setitik pun kata-kata sahabat hantunya itu.
Dokter Arka hanya mengangguk dengan ekspresi masih tak yakin dengan pasiennya ini. Tapi meskipun begitu, Arka tak memikirkannya lagi. Ia hanya fokus membersihkan luka yang semakin mengembang di kaki kanan gadis cantik sebagai pasiennya itu.
Aaawwww!
Teriak Alana menggelegar, membuat Dokter Arka memberhentikan aktivitas untuk memberikan obat ke luka pasiennya.
“Mbak Alana, saya mohon tunggu sebentar yaa. Bentar lagi ini kelar kok, tolong tahan rasa sakitmu sedikit saja,” suara lembut dengan senyuman tulus itu membuat rasa sakit Alana yang tak bisa ia tahan, kini berubah.
Tiba-tiba ia tersipu malu, dengan ekspresi wajah tertuju ke dokter muda tampan itu. Ia memperhatikan helaian rambut seinci yang dimiliki Arka. Hidungnya yang mancung, matanya yang indah dengan bulu manjangnya membuat Alana semakin terhanyut akan suasana romantis ini.
“Ini bukan cerita romantis Alana, ingat dia hanya dokter yang begitu baik dengan siapa pun. Bukan hanya denganmu. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai malaikat yang membantu manusia pada saat sakit!" celetuk Poci dengan wajah datarnya.
Alana hanya melirik dengan sinis, lalu dia kembali mengalihkan pandangan ke dokter memiliki wajah oriental itu. Dan pandangan itu ia tepis segera. Karena jantung Alana merasa tak menentu, detakan jantungnya semakin kencang.
‘Aku ini kenapa? Ini hanyalah situasi di mana aku terbawa suasana. Iyaa hanya terbawa suasana. Mana mungkin rasa ini langsung mengarah ke pria ini! Lagian benar kata Poci tadi, jika pria ini hanya menjalakan tugas sebagai dokter penanggung jawab.’
Alana menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berusaha menghempas segala yang sudah ia pikirkan tadi.
Namun, wajah dokter tampan itu begitu dekat. Hal ini membuat manik mata Alana mengembang, serta tubuhnya seperti tersengat belut listrik yang tak bisa digerakkan. Ia seperti patung manequen yang tak dapat mengatakan apa pun, padahal sejak tadi Dokter Arka bertanya berkali-kali seperti ini tanyanya.
“Mbak, apakah Anda baik-baik saja?”
“Kenapa Anda mengelurkan peluh yang banyak, padahal ruangan ini ada pendinginnya? Atau mungkin ACnya tidak berfungsi dengan baik ya?”
“Dan kenapa wajah Anda berubah memerah, apakah Anda sakit de …,” Arka mencoba meletakkan tempurung tangan kanannya ke dahi wanita di dekatnya. Sangat dekat, bahkan Alana bisa merasakan hembusan napas pria itu.
Dan apa terjadi, Alana menepis dengan menghempas pandangannya. Ia kini berbicara dengan lantai di bawah, tanpa melihat mata Arka.
“Dok, sepertinya saya harus segera beristirahat. Karena tiba-tiba suhu tubuh saya berubah menjadi tinggi,” suara Alana terdengar lebih dipercepat.
Poci yang masih di sampingnya telah menyadari sesuatu.
“Sepertinya kamu tidak sakit, bisa saja kamu sedang terganggu dengan sikap dokter tampan ini. Jangan-jangan kamu sedang jatuh ci…”
“Tolong diamlah!” teriak Alana.
Dokter Arka semakin bingung dengan perilaku pasiennya kini. “Maaf sebelumnya Mbak Alana, saya sejak tadi hanya terdiam dan belum menjawab pertanyaan Anda.”
Alana memukul pelan dahinya, lalu ia menghela napas. Sangat sulit memang memiliki sahabat dari alam yang berbeda. Sering dikira salah sangka.
Kemudian Alana mencoba menjelaskan dengan melambaikan tangan pelan. “Bukan … bukan begitu maksud saya dok. Lagi-lagi dialog yang saya harus hafalkan terus keluar sejak tadi. Maaf ya dok.”
Dokter Arka hanya mengangkat bibirnya membentuk bulan sabit, tapi seperti terpaksa. Karena ia memang bingung harus menanggapi apa.
Beberapa menit kemudian, pembersihan dan kegiatan yang lain telah dilakukan. Tentu saja hal ini membuat Alana tak sedih dan tak juga senang. Kata Dokter Arka, ia harus memerlukan waktu karena proses penyembuhan tulang yang patah di bagian kaki kanannya tidak sebentar.
Meskipun hal ini sudah dijelaskan dengan dokter muda itu sejak awal, Dokter Arka hanya ingin mengingati pasiennya untuk tetap sabar. Karena tidak akan ada manusia yang betah berlama-lama di sebuah rumah sakit. Apalagi rumah sakit yang notabene adalah sarang makhluk tak kasat mata. Pastinya tidak akan benah berlama-lama tinggal di sini.
Disepanjang jalan, dokter yang sedang mendorong kursi roda itu pun akhirnya ingin tahu mengenai Alana.
“Mbak Alana, selama Anda di rawat di rumah sakit ini apakah tidak ada sanak saudara yang menjenguk Anda kemarin? Kecuali kekasih Anda yang bernama Pak Yuta itu?”
Alana terdiam beberapa menit, tak langsung menjawab pertanyaan Arka. Ia memang telah menyadari pasti tak ada yang bisa menjenguknya, meski ia telah hilang dimuka bumi ini sekaligus.
Orang tuanya memiliki sikap egois, tak mungkin mau menjenguk putri malangnya ini. Bahkan orang yang sangat diharapkan dan telah ia anggap rumah sudah mengkhianatinya.
Tak ada lagi manusia yang ia harapkan di dunia ini, selain dirinya sendiri.
Namun, Alana tak bilang jika orang tuanya telah lama pisah dan tak pernah mengabarinya lagi.
“Hmm, saya hanya tinggal seorang diri dok. Tidak ada keluarga yang tinggal di dekat sini. Tapi tak apa, saya sudah terbiasa seperti ini. Kesendirian adalah makanan saya sehari-hari.”
Ternyata apa yang diperkirakan Dokter Arka benar. Jika memang Alana hanyalah gadis malang yang tak memiliki keluarga. Itu adalah pendapat pertamanya, akan tetapi setelah dokter ini tak sengaja melihat dompet pasiennya yang jatuh di ruangan tadi, membuat perkiraan itu ditepisnya.
Dokter Arka melihat foto Alana yang masih mengenakan seragam putih abu-abu tersenyum lepas, dan diapit oleh kedua orang yang diyakini adalah orang tua gadis tersebut.
“Apakah benar Anda tidak memiliki keluarga, Mbak?”
Arka sedikit ingin mendalami seluk-beluk pasiennya. Karena ia ingin Alana bisa ditemani oleh keluarganya. Kendatipun Arka dan Suster Luna akan selalu mendampinginya mengenai kesembuhan. Namun, bagi dokter yang tak hanya tampan tapi memiliki empati tinggi ini, keluarga adalah obat terampuh jikalau kita sakit parah. Setidaknya Alana bisa dijengguk oleh sanak-saudara dan bisa mendampingi agar wanita ini memiliki motivasi tinggi untuk sembuh.
Alana tersenyum, namun sepenglihatan Poci wanita ini sedang menyembunyikan luka yang teramat dalam.
“Orang tua saya? Mereka memiliki kehidupan masing-masing dok. Biarkanlah, lagian saya juga masih bisa mengurus diri saya sendiri.”
Jawaban dari Alana menyadari Arka, jika pria ini tak harus bertanya lebih dalam mengenai keluarga pasiennya itu lagi. Sudah cukup dan tidak akan ia menyinggung mengenai hal itu lagi.
“Mbak, minum obat ini ya. Dan saya harap Anda segera tidur. Saya izin keluar dulu, karena ada tugas yang akan saya kerjakan. Jika Anda ingin sesuatu bisa hubungi saya ke nomor 888, itu nomor ruangan saya. Hm … saya harap Anda bisa tidur nyenyak dan mimpi indah.”
Bola mata Alana kembali mengembang, sudah sekian lama ucapan semoga mimpi indah itu tak didengarnya. Baru kali ini ia dengar kembali.
Entahlah kenapa perasaannya begitu cepat mengarah ke dokter tampan itu.
Hal ini membuat sahabat yang sejak tadi selalu memperhatikannya seperti detektif papan atas pun buka suara.
Dengan menyempitkan kelopak mata, mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Alana yang bersiap meminum obat.
“Alana, apakah kamu suka dengan dokter itu?”
Sruuuutt!
Air yang mengambang di mulut Alana tersumbar mengenai wajah Poci. Gadis itu benar-benar terkejut dengan pernyataan sahabatnya.
Apakah benar Alana meletakkan perasaan kepada dokter tampan yang memiliki wajah oriental itu?
Bersambung.
Hallo semua, Lynn come back dengan kondisi badan yang kurang fit. Maaf karena baru melanjutkan cerita ini.
Maaf banget, karena Lynn sedang mengadakan uas dan jujur kondisi juga tidak mendukung. Jika kakak-kakak mau melakukan interaksi dengan Lynn, bisa dm di ig Lynn ya.
@naralynn_
Terima kasih sudah selalu setia mengikuti perjalanan Alana dan Poci.