Mata Alana terbelalak, ia masih terfokus di bawah. Wajahnya memasang ekspresi yang sangat takut. Tiba-tiba wajahnya berubah pucat, sampai suster yang ada di depan menyentuh bahunya.
“Mbak Alana, Mbak kenapa?” pertanyaan itu sejak tadi tak didengar Alana, seperti ia tak bisa memalingkan pandangannya terhadap apa yang telah dilihat itu.
Apa sebenarnya yang telah Alana lihat? Mengapa ia langsung memasang wajah yang sangat menakutkan?
Suster Luna semakin membesarkan volume suaranya agar sang pasien sadar, “MBAK ALANA, ANDA KENAPA?”
Hah!
Seperti Alana baru saja tersadar dari hiptonis yang membelenggu alam bawah sadarnya. Ia menggelengkan kepala, kemudian memijat bagian pelipisnya. Baru kali ini ia melihat ada sosok makhluk yang digadang merupakan urban legend di Indonesia. Ya, ia melihat sosok makhluk halus yang begitu mengerikan, dengan bercak darah yang berlumuran di atas lantai.
Sosok itu dengan kaki yang diseret dan mengenakan pakaian lengkap suster, membuat Alana meyakini bahwasanya yang telah ia lihat adalah, “Suster Ngesot!”
Hah?
Sontak teriakan Alana itu membuat Suster Luna sangat terkejut, dan wajah suster tersebut tiba-tiba berubah menjadi takut.
Luna, memalingkan pandangannya dan ia menutupi bibir. Kenapa ia melakukan gerak-gerik seakan ia mengetahui sosok mengerikan tersebut?
Lalu secepatnya ia pun melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. “Astaga dia muncul,” bisik pelan Suster Luna.
Akan tetapi Alana mendengar jelas apa yang telah diucapkan susternya itu tadi.
“Hmm, Suster Luna? Apakah Anda mengucapkan sesuatu?” tanya Alana sangat penasaran.
Langsung saja, wanita berseragam putih suster lengkap itu hanya menggelengkan kepalanya dan berkata ingin keluar ke toilet sebentar.
Baru saja mau membuka pintu untuk keluar, Alana meninggikan suaranya agar suster tersebut mendengarnya, “Suster Luna, apakah Anda melihat sosok yang saya ucapkan tadi? Sosok arwah yang kita kenal dengan sebutan Suster Ngesot?”
Mendengar pertanyaan dari pasiennya membuat Suster Luna berdiam diri bak patung, dan tubuhnya gemetaran. Entah apa yang dipikirkan oleh suster manis tersebut, apakah dia mengetahui ada cerita kelam di rumah sakit ini? Atau mungkin ada suster yang meninggal di rumah sakit peninggalan Belanda ini?
Belum juga menjawab pertanyaan dari Alana, Suster Luna malah melangkah maju begitu cepat. Alana menepi pandangannya fokus dikarenakan suster itu menampilkan gerak-gerik yang aneh.
Tiba-tiba muncul teman baru Alana, yang merupakan sosok pocong nyentrik diperhantuan. Karena masih berada disituasi tegang dan mengerikan, Alana sangat terkejut sampai ia memukul kepala Poci.
Plak!
Aww!
Suara dari rasa sakit yang dirasakan Poci begitu nyaring. Hal ini semakin membuat Alana terkejut, bisa-bisanya ia mengeplak kepala sesosok pocong. Alana melihat tangannya yang merasa aneh dengan apa yang dirinya lakukan.
Bukannya manusia tidak dapat memegang bahkan mengeplak hantu!
“Apa kamu merasa sakit?” tanya Alana yang begitu polos dan merasa sangat bersalah akibat apa yang ia lakukan kepada teman barunya itu.
“Tentu saja!” teriak Poci sembari mengelus-ngelus kepalanya yang diselaputi kain kafan.
“Maafkan aku, Poci. Aku pikir arah geplakanku tak sampai di kepadamu, lagian kamu mengejutkanku sih. Kenapa kamu muncul ketika aku baru saja melihat sosok mengerikan yang mengikuti dokter muda itu,” jelas Alana ingin menceritakan apa yang telah dirinya lihat tadi.
Hmm!
Poci hanya mengeram, ia seperti tahu arah pembicaraan yang akan dilontarkan oleh teman manusianya itu.
“Kamu melihat suster yang merangkak dan memiliki wajah mengerikan beserta dendamnya kan? Aku juga melihatnya, hanya saja sejak tadi aku tidak menampakkan diri. Aura suster itu sangat kuat dan memiliki energi negatif, sehingga aku yang tidak ada apa-apanya ini bisa kalah dengan dia,” lontar Poci.
Hmm!
Alana pun ikut mengeram, ia seperti berpikir dengan apa yang dikatakan teman hantunya itu. “Maksudmu bagaimana? Dia memiliki aura negatif? Dari mana kamu tahu jika ada hantu yang memiliki aura negatif, bukankah semua hantu memiliki aura negatif dan mana mungkin ada hantu memiliki aura positif?”
Heh!
Poci memiringkan bibirnya, seperti ingin memberikan penjelasan panjang lebar kepada teman manusia yang belum mengetahui apa pun mengenai dunia perhantuan.
“Hey Alana! Kamu jangan sok tahu dengan dunia kami ya. Akan aku jelaskan kepadamu dan memberikan petuah penting mengenai tanggapan manusia terhadap hantu. Siapa bilang hantu tidak memiliki aura positif? Dan siapa bilang juga semua hantu memiliki aura negatif? Apa yang kamu perkirakan salah total! You wrong, Alana!”
Heh!
“Kamu pintar bahasa Inggris juga rupanya,” celetuk Alana, dengan memundurkan wajahnya seperti meragukan apa yang akan dijelaskan oleh teman hantunya itu.
Poci pun menjelaskan perkara aura yang dimiliki oleh beberapa hantu yang bergentayangan di bumi. Tapi sebelumnya Poci melontarkan sebuah pertanyaan yang sangat sederhana kepada Alana, “Kamu tahu tidak, mengapa ada arwah yang bergentayangan di dunia ini?”
Alana mengangguk, ia pun menjawab, “Karena mereka hanya ingin mengusik ataupun mengganggu kehidupan manusia.”
Haha!
Poci tertawa, meremehkan jawaban yang dilontarkan oleh Alana, karena jawaban dari wanita tersebut sangat salah.
“Jika hanya itu tanggapanmu mengenai sosok hantu, aku tidak pernah ingin menjadi temanmu. Sekarang coba kamu pikir, apakah aku mengganggumu? Bahkan aku dengan status hantu tidak ingin kamu melakukan tindakan bodoh yang akan kamu lakukan beberapa jam lalu,” celetuk Poci.
Mendengar hal itu membuat Alana sedikit tersadar, benar juga yang dikatakan pocong nyentrik ini. Mungkin ucapan tersebut yang tersirat dibenak wanita cantik ini terhadap Poci.
Poci pun menjelaskan, “Hantu juga dulunya adalah manusia, mereka ada bukan hanya sekadar ingin menakuti atau menjahili manusia. Mereka ada karena dikehidupan mereka dulu masih memiliki perasaan, cinta, atau hal yang belum selesai. Sehingga kini mereka bingung untuk menyelesaikan hal itu dengan dunia yang sudah berbeda. Hantu yang bisa menjaga kewarasan alias mampu menggunakan kesadarannya itu adalah hantu yang memiliki aura positif, yah bisa dikatakan mereka baru saja meninggal dunia dan baru menjadi hantu atau mungkin ia masih koma dalam sebuah ruangan.”
Heh?
Alana terkejut, dan langsung berceloteh, “Berarti kamu adalah manusia yang baru meninggal kemudian menjadi hantu atau kamu sedang mengalami koma?”
Poci dengan sangat santai menjawab sembari mengkidikkan kedua bahunya naik, “Entahlah.”
Lalu ia pun melanjutkan penjelasannya itu, “Dan mengapa hantu-hantu itu banyak yang merasa kesepian, karena mereka tidak memiliki teman di sini. Sehingga karena perasaan mereka tergoncang dan ingin memiliki teman, mereka pun sering mengganggu manusia. Ada pun juga karena mereka memiliki dendam yang sangat dahsyat sehingga mereka menjadi hantu yang memiliki energi negatif luar biasa.”
Hmm!
Alana masih bingung dengan penjelasan yang dilontarkan Poci secara panjang dan lebar. Lalu ia pun bertanya, “Mereka merasa kesepian? Bukankah mereka bisa mendapatkan teman sesama hantu?”
Hah!
Poci menghela napas, seperti seorang dosen yang pusing mengajar mahasiswinya yang tak kunjung mengerti.
“Tidak segampang itu bergaul dengan hantu-hantu yang lain, Alana. Kita ini tidak lagi seorang manusia yang begitu humble dengan manusia lainnya. Karena kita memiliki aura berbeda, maka dari itu kita tak mudah untuk dekat dengan hantu-hantu lain.”
Ohh ternyata ada penjelasannya terkait hantu yang sering mengganggu manusia dan ada juga yang malah menjadi teman manusia. Seperti yang sedang berjalan, mengenai pertemanan Alana dengan si pocong nyentrik, yaitu Poci.
Beberapa menit kemudian, Suster Luna tak kunjung datang. Padahal Alana sangat ingin tahu, apakah Suster Luna mengetahui sosok hantu yang kita kenal dengan sebutan Suster Ngesot itu?
Bersambung.