Hari Sabtu ini sepulang sekolah aku, Novietta, Ellie, Yugo, Abimayu dan Saga nonton bioskop bareng. Kadang aku memang main bareng mereka. Hanya kalau hari Sabtu, saat kerja sambilanku libur.
Bukan aku yang merencanakan untuk nonton bersama dengan Saga dan teman-temannya. Novietta yang merencanakan semuanya. Bukan aku juga yang menentukan siapa yang harus mengantri membeli tiket atau yang membeli makanan di supermarket untuk diselundupkan kedalam gedung bioskop. Semuanya ditentukan lewat hompipah seperti anak SD.
Novietta, Ellie dan Yugo yang dapat bagian mengantri tiket. Sementara aku, Saga dan Abimayu bagian belanja di supermarket. Di supermarket, Abimayu berpencar sendiri. Dia sibuk mencari makanan yang ia suka. Jadi, aku hanya berdua saja bersama Saga mencari-cari makanan yang di tulis di daftar titipan Novietta, Ellie dan Yugo.
Aku dan Saga sama-sama tukang belanja kilat. Justru Abimayulah yang lama. Sambil menunggu Abimayu selesai belanja, Aku dan Saga menunggu di kafe yang menjual roti dan kue yang letaknya tepat didepan Supermarket.
Sebetulnya aku dan Saga hanya duduk minum teh menunggu Abimayu, tapi sepertinya Lintang yang tiba-tiba kebetulan lewat bersama teman-teman satu SMUnya salah paham betul.
Lintang berhenti mendadak sampai menabrak punggung temannya kemudian menatapku. Seakan nggak bisa membaca kondisi, Saga malah menepuk-menepuk punggungku yang baru aja keselek air teh.
“J...Johan?” Ujar Lintang tergagap dengan mata melotot nyaris menggelundung keluar.
Untungnya Lintang segera bisa menguasai diri. Ia langsung berjalan cepat menuju kearahku dengan tangan direntangkan lebar-lebar dan senyum selebar kuda.
“Apaa kabaaarr ?????!” Ujarnya ceria sambil memelukku tapi matanya tertuju ke Saga, “Uhm, kalian ngapain disini?”
“Nunggu Abimayu belanja.” Jawabku jujur
“Abimayu? Abimayu temen kita SMP itu?” Gumam Lintang tidak percaya aku sekarang berteman bukan cuma dengan Saga, tapi juga dengan Abimayu. Ia tau aku seumur-umur sewaktu SMP kuper berat, "Kenapa Abimayu belanja? Emang kalian mau kemana?”
“N..nonton film?” Jawabku, sedetik kemudian langsung menyesal karena nggak berbohong saja. Kalau berbohongkan Lintang nggak akan mencercaku dengan lebih banyak pertanyaan.
Nggak kusangka Lintang malah tertawa, tapi suara tawanya sumbang minta ampun. Matanya langsung teralih ke Saga. Wajah kaku sempurna Saga memandang Lintang tanpa ampun walaupun mengkeret Lintang tetap berusaha riang gembira dan berbasa-basi ke Saga.
“Denger-denger kalian sekarang temen sekelas kan? Aku denger kalian juga satu meja?”
“ Ya.” Jawab Saga singkat.
Rasanya aneh melihat Saga tampak dingin karena aku tau ia sebetulnya nggak sekaku itu. Jawaban dan ekspresi Saga membuat suasana hati Lintang makin buruk. Ia menoleh kebelakang memandang teman-temannya yang menunggu sambil menatap Saga penasaran.
“Eh, Oke. Uhm, kapan-kapan kita ngobrol lagi ya Jo?” Kata Lintang canggung.
“I..iya Lintang." Jawabku sambil berusaha tersenyum selebar dan senormal mungkin. Padahal aku yakin nanti malam, Lintang bakalan memberondongku pertanyaan lewat telepon.
Seperti yang sudah kuduga, malamnya Lintang menelpon, “Ayo dong Jo!”
“Eh? Tapi uh..” Ujarku panik.
Lintang merengek, “Anggap aja buat hadiah ulangtahunku walaupun ulang tahunku masih sebulan lagi! Aku ulangtahun bulan Januari! Kamu masih inget kan? Jo, masa' kamu lupa waktu SMP aku nggak pernah lupa ngasih hadiah ulangtahun buatmu?”
Wajah cemberut campur murka Saga menari-nari disekeliling kamarku. Dititipi salam saja Saga nggak mau apalagi dijebak untuk makan bareng?
“Rencananya hari Sabtu minggu depan kamu pura-pura ngajak Saga makan di mal. Terus kita nggak sengaja ketemu di salah satu restoran, gimana?”
Aku menelan ludah, ”Uhm, aku nggak berani ngajak makan Saga berduaan.”
“Kalian nggak akan makan berduaan. Kan ada aku! Aku juga bakalan ngajak temenku deh.” paksa Lintang.
“Gimana kalau Saga nggak mau? Aku sama Saga nggak sedeket itu.”
“Bohong!” Seru Lintang, “Aku denger dari mata-mataku di sekolahmu kok! Katanya kalian akrab banget kok, ngobrol terus berduaan.”
"Mata-mata?" Aku melongo. Astaga.
Dalam hati aku gelisah berat. Gimana caranya membodohi Saga dengan aktingku yang jelek. Kalaupun aku jago akting, Saga kan nggak bego.
Berbulan-bulan duduk disebelah Saga, aku nggak pernah sekalipun mengajaknya makan atau jalan berdua. Aku juga nggak pernah mengajaknya melakukan apapun duluan. Gimana kalau Saga marah betulan? Gimana kalau Saga nggak mau jadi temanku lagi? Gimana kalau aku musuhan dengan teman sebangkuku sendiri?
Rasanya hari ini Lintang jadi cewek paling suka maksa dan paling menyebalkan seantero jagat raya, tapi aku ingin selalu menjadi temannya. Ia temanku semenjak umurku 12 tahun.
Pasti aku sudah nggak waras, diakhir sesi telepon kami, aku putus asa dan mengiyakan permintaan Lintang.