Ternyata kalau bukan Yano yang gangguin ya orang-orang iseng yang terinspirasi oleh tingkah Yano. Semua yang awalnya normal normal saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Tiba-tiba orang orang yang nggak kukenal sering menganggetkanku dari belakang sampai rasanya aku selalu pulang dalam keadaan jantungan setiap hari.
Selain itu sepanjang beberapa minggu kemudian bukan cuma gangguan verbal yang kudapat tapi juga gangguan-gangguan yang nggak masuk akal. Misalnya saat aku mengantri di koprasi, Yano sering tiba-tiba muncul dibelakangku menyerobot antrian tepat didepanku kemudian melenggang pergi seperti tidak ada apa-apa.
Kadang pula saat aku melintas secara tidak sengaja dalam radius beberapa meter di depan Yano dan kelompoknya, mereka tiba-tiba dengan serempak akan langsung berbisik-bisik menatapku sambil cekikikan membuat mentalku langsung jatuh.
Orang-orang selalu bilang kalau manusia akan selalu mengelompok dengan orang yang punya kepribadian yang sama, walaupun nggak bisa dibuktikan karena aku berteman dengan Novietta dan Ellie yang santai dan cerewet atau May yang galak.
Untuk urusan Yano kelihatannya teori itu terbukti. Yano selalu bersama-sama dengan teman segenknya yang berjumlah 5 orang. Mereka tidak semuannya satu kelas. Yano hanya sekelas dengan Bella dan Sarah di 10-12. Sisanya Agni dan Sekar masuk kelas 10-14.
Aku nggak tau bagaimana awal mula genk Yano terbentuk, mungkin saja saat MOS. Yano dan empat temannya punya kharakteristik yang sama, mereka sama-sama mengintimidasi dan selalu kelihatan percaya diri. Saat melenggang di lorong mereka selalu bersama-sama, bahkan hingga ke kamar mandi mereka selalu bersama.
Kata Novietta, orang pada wajarnya akan selalu membuang muka saat tidak sengaja bertatapan mata dengan orang yang nggak mereka kenal. Tapi berbeda dengan Yano dan kawan kawannya, mereka nggak gentar. Boro boro buang muka, mereka justru akan terus memandang mata orang itu sampai orang tersebut membuang pandangan duluan.
Suatu hari saat jam istirahat sekolah yang pertama Novietta tiba-tiba lari lari masuk kedalam kelas mengagetkanku yang sedang memperhatikan Saga yang sibuk mengotak-atik hapeku karena ngehenk melulu. Padahal sebelumnya Novietta bilang padaku kalau sepanjang istirahat pertama ia bakalan sibuk untuk membantu kakak senior eskulnya untuk memasang hasil karya eskul fotografi di mading sekolah yang diletakkan didepan kantin. Novietta bilang kalau dia nggak tau gimana caranya salah satu genk Yano, Bella. si anak rambut lurus lancip yang juga anggota klub fotografer bisa memasukkan fotoku yang super aneh kedalam salah satu dari beberapa foto yang akan dipajang.
Novietta sudah berusaha untuk menghentikan usaha itu, tapi katanya dia malah dikacangin oleh anak-anak eskul fotografer yang lain termasuk oleh sepupunya sendiri kak Dimas.
Mendengar kabar itu, aku langsung pucat pasi. Nggak yakin kalau aku bisa tiba-tiba datang ke eskul fotografi terus menuntut mereka karena menggunakan fotoku secara sembarangan. Kata Novietta sendiri, anak fotografi juga banyak memotret foto siswa siswa lain. Kalau yang lainnya aja nggak protes, apa nggak aneh kalau aku tiba-tiba datang kesana protes sendirian?
“Foto kayak apa?” Tanyaku glagapan. Aku merasa nggak pernah difoto sebelumnya sementara di sebelahku Saga berhenti mengotak-atik dan ikut mendengarkan.
“Fotomu, fotomu lagi bersin!” Ujar Novietta sambil menahan ketawa. Tidak jauh beda dengan Novietta, disebelahku aku juga bisa merasakan lengan Saga bergerak-gerak dalam usahanya menahan tawa.
Awalnya aku mengikuti wejangan Novietta yang mulia seperti biasa, berpikirlah positive thinking. Paling juga nggak banyak orang yang repot-repot mau memperhatikan fotoku lagi bersin itu dimading sekolah.
Lalu kukira cuma perasaanku saja sewaktu melintasi lorong banyak anak melirik kearahku sambil terkikik bahkan banyak anak kelas 12 yang awalnya cuek bebek padaku tiba-tiba sering pura-pura bersin saat aku melintas didepan mereka diikuti dengan gelak tawa terbahak bahak. Gara-gara itu aku jadi parno untuk dekat dekat dengan lorong kelas senior. Aku juga mulai hafal wajah-wajah senior yang demen ngeledekin.
Seakan nggak mau kalah Abimayu, Adnan dan Yugo juga ikut ikutan ngeledek. Mereka sepertinya senang karena aku jadi terkenal mendadak. Bahkan Saga juga sampai bertanya, padahal biasanya dia nggak pernah ngurusi urusan orang lain sama sekali.
“Kenapa Yano gangguin kamu?”Tanya Saga sehabis melihatku saat balik dari laboratorium Biologi tadi langsung terbirit-birit kabur menghindari genk Yano yang melenggang di koridor dekat rumah kaca.
Aku menggelengkan kepala, sambil tersenyum sok polos.
Saga menyipitkan matanya kemudian berkata,"Apa kamu yang buat dia ketahuan cabut waktu MOS?”
Nyaris saja aku keselek air ludahku sendiri. Aku mengutuki diri sendiri karena meremehkan tingkat intelejensinya Saga. Sebetulnya tanpa banyak komentar Saga lebih banyak tau hal daripada yang kutau. Karena ia sepertinya suka sekali memperhatikan hal-hal detil yang kadang menurutku sendiri nggak penting.
Akhirnya dengan singkat aku mengaku soal kejadian itu. Saga mengerutkan kening begitu selesai mendengarku bercerita. Ia pasti heran dengan dunia anak perempuan. Karena semenjak duduk semeja dengan anak laki-laki aku mulai memahami kalau anak laki-laki hidup didunia yang lebih sederhana.
“Kamu juga udah lihat fotoku? Ehm, fotoku yang lagi bersin itu?” Tanyaku takut-takut.
Saga menoleh memandangku, tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak seakan Saga sudah mati-matian menahan tawa selama berhari-hari. Dari cara Saga ketawa, kuanggap ia sudah lihat. Aku malu sekali diketawai Saga seperti itu, wajahku merah padam. Ingin menangis rasanya.
“Nggak jelek kok.” Kata Saga, setelah ia selesai tertawa.
Huh, setelah menertawaiku sampai terbungkuk-bungkuk begitu terus dia bilang fotoku tidak jelek gitu?