Lintang menunjuk kearah lapangan dari koridor lantai dua tempat aku dan Lintang sedang berdiri. Aku menatap ke bawah. Disana ada Saga bersama Abimayu, -ingat ketua kelompokku waktu naik turun bukit itu? Nah itu benar dia. Abimayu sedang tertawa melihat Saga dikerubungi dua anak perempuan yang sama-sama menyodorkan sekotak coklat.
"Yang ngasih Saga coklat itu anak kelas 9." UJar Lintang.
Aku mengangkat alis, "Oh ya?"
Walaupun aku tau kalau banyak yang suka Saga, aku nggak nyangka kalau sampai kakak kelas pun juga.
"Ck ck ck, untung aja aku nggak jadi ngasih coklat valentine juga!" Kata Lintang sambil mendengus melihat Saga hanya diam saja saat disodori coklat. Sementara Abimayu sekarang malah mengambil alih tugas Saga dengan mengambil coklat-coklat tersebut.
"Apa kamu sebenarnya mau ngasih Saga coklat juga?"
"Tadinya! Tapi setelah kejadian di halte itu ugghh. Lagian banyak yang bilang kalau Saga susah didekati!" Gerutu Lintang.
"Karena Saga susah di dekati kamu jadi nggak naksir Saga lagi?"
"Masih kok!" Ujarnya sewot, "Justru karena dia jarang senyum, misterius dan nggak ramah, makin banyak cewek yang makin suka ma dia!"
Aku mengangguk-angguk. Sebenarnya aku agak paham kalau kejadian di halte waktu itu tampaknya berhasil mematikan sedikit minat Lintang pada Saga. Sejak itu Lintang mulai agak jarang membicarakan Saga. Sayang itu nggak berlangsung lama. Saat upacara hari pertama semester dua, Lintang seperti habis tersambar geledek begitu melihat Saga maju kedepan untuk menerima penghargaan kejuaran Matematika seprovinsi mewakili sekolah. Kurasa ia tambah histeris saat tau jumlah penggemar Saga semakin melonjak tajam sejak itu.
Tapi untuk soal Valentine, bukannya itu bukan budaya Indonesia? Terlebih coklat kan mahal. Mending juga dimakan sendiri.
Aku meletakan daguku ke palang di dinding pembatas mencoba mengalihkan pikiran Lintang dengan berkata jujur, "Aku belum pernah ngerayain valentine."
"Kamu memang nggak seru sih Jo!" Ejek Lintang.
"Tapi kan kita masih kecil."
"Nggak ah. Aku kan udah 14 tahun." Sela Lintang.
"Aku baru 13 tahun." Kataku sambil menunjuk kearah wajahku sendiri. Sambil berdoa Lintang ingat kalau aku ulang tahun dibulan Desember sementara ulang tahun Lintang dibulan Januari.
Lintang mengibaskan rambutnya yang lurus panjang sambil menatapku dengan pandangan heran. Aku sama herannya dengan Lintang. Bedanya aku heran ke Lintang kok bisa dia naksir cowok padahal kita sama-sama masih kelas 7 SMP. Bagiku saat ini, anak laki-laki seperti makhluk dari dunia antah berantah yang nggak kukenal. Mereka punya hobi aneh untukku, main bola dan main game online setiap hari. Sementara aku masih menikmati rutinitas zaman sekolah dasarku, nonton film kartun, menggambar, mewarnai dan mengumpulkan boneka. Bagiku Lintang juga aneh. Lintang yang kukenal katanya benci kartun, langganan majalah remaja yang mahal dan suka mengoleskan krim ini itu ketangan dan mukanya.
"Apa mungkin Saga kelihatan nggak ramah karena bentuk wajahnya begitu ya?" kata Lintang setengah melamun.
"Mungkin Saga pemalu." Kataku menambahkan.
"Emangnya kamu?!" Dengus Lintang.