Read More >>"> Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO) (The Second Letter (part 2)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Grace menyudahi ceritanya. Seperti biasa dia membacanya dengan sangat baik. Saking baiknya, cerita itu betul-betul terasa hingga ke hati. Namun, sayangnya tidak ada respons apa pun dari kami, sampai saatnya Danu kembali mengambil posisi. 

 

 “Makasih banyak buat Grace.”

 

 “Perasaan gue doang atau emang di cerita itu benar-benar ngga ada clue sama sekali?” tanya Eric yang membuat Adis lepas dari bahunya.

 

 “Emang ngga ada. Makanya didiskualifikasi aja. Ngga perlu dibahas lagi,” tegas Sonya dengan wajah ketus.

 

 “Loh, ngga bisa gitu dong,” sanggahku. Jujur saja aku tidak tahu kenapa aku membuka mulut. Oleh karena sudah terlanjur, mau tidak mau harus kulanjutkan. “Maksud gue, dia udah ikut serta, jadi usahanya harus dihargai.”

 

 “Gue setuju sama Ana,” bela Dinda. 

 

 Danu memilih untuk berpikir sejenak. Sesekali matanya melirik pada Sonya dimana perempuan itu menanggapi hanya cukup dengan bahu terangkat disertai wajah yang melengos. 

 

 “Tapi di sana ngga ada petunjuk yang mengarah ke siapa tokoh ceritanya, Ana. Emangnya lo bisa jawab tanpa clue?” timpal Sonya bernada menjengkelkan.

 

 “Ya, gue emang belum tau siapa penulisnya, tapi di akhir cerita dia bilang kalau ada orang-orang di sini yang udah tau siapa tepatnya,” jawabku seadanya.

 

 “Ayo siapa tuh? Siapa orang yang udah tau padahal sama sekali ngga ada clue?” tanya Dino. Bermaksud menyinggung orang-orang yang disebut dalam cerita. Saat ini bukan lagi kacang yang menjadi santapannya, melainkan berbungkus-bungkus kuaci. Sama seperti yang dimakan Dinda.

 

 Mungkin sudah ada satu menit suasana sekitar mendadak senyap. Hanya dihiasi dengan suara gesekan dedaunan, gemericik aliran sungai di belakang vila, jilatan api unggun, rentetan tawa dari vila sebelah, ataupun yang paling buruk adalah suara dengkuran Zaki. Menjadikannya sebagai sasaran empuk untuk dijaili. 

 

 “Okay, fine. Kelamaan kalo ngga dijawab. Kasian orangnya udah nunggu. Iya kan, Wine?” tebak Sonya. “Kenapa lo ngga langsung sebut aja namanya di cerita lo?”

 

"What?"

 

"Eh, Wine? Serius?"

 

"Masa sih?"

 

 Aku tidak melihat bagaimana reaksi dari tiap orang di sini saat mengetahui jika Wine, orang pendiam di kelas kami, bisa bercerita begitu leluasa melalui secarik kertas. Mataku sudah lebih dulu tertuju pada perempuan itu sendiri, yang kini dengan mantap membalas tatapan Sonya. Memang aku tidak ahli dalam hal-hal semacam ini, tapi aku merasa ada perasaan marah yang sangat meluap-luap dari tatapannya.

 

 “Apa tujuan lo sih? Kenapa lo justru tulis cerita itu? Sama sekali ngga kasih petunjuk pula,” sambung Tere. Dia jelas menunjukkan rasa kesal yang sama seperti Sonya. Mungkinkah mereka berdua adalah orang-orang yang dimaksud oleh Wine dalam ceritanya? Kupikir memang benar begitu.

 

 Danu berdeham. Mengusap hidung juga membenarkan posisi kacamata. 

 

“Jadi benar penulisnya itu lo, Win?” tanya Danu mencoba meyakinkan.

 

Kami menunggu jawabannya. Benar-benar menunggu.

 

 “Iya.”

 

 Pengakuannya yang singkat itu terucap tepat di saat angin berembus dan membuat bulu kuduk serentak berdiri. Aku tidak percaya atas apa yang baru saja aku dengar. Bahkan kupikir sekarang ini aku sedang melamun sehingga memunculkan bayangan-bayangan yang aneh.

 

Berbagai macam gumaman mulai bermunculan. Terdengar seperti ada seekor lebah yang berputar-putar di dalam rongga telingaku.

 

“Gue tau kalian ngga percaya. Bahkan sebelumnya ada juga yang anggap gue lemah.” Lirikan matanya pada Eca membuat lelaki itu menunduk. “Tapi cuma ini satu-satunya cara dimana gue bisa buka suara bahwa gue ngga salah. Cara dimana gue bisa ungkapin rasa benci yang selama ini cuma bisa gue pendam. Kalau lo tanya apa tujuan gue, ya itu tujuannya,” jelasnya mengarah pada Tere dengan suara agak bergetar, tapi tetap berusaha terdengar kuat. 

 

 Wine benar-benar sudah mengambil penuh perhatian kami. Orang-orang yang biasa menyeletuk, dipaksa untuk diam. Zaki sampai bangun dari tidurnya dan kedua matanya kembali cerah seperti baru saja bangun pagi.

 

 “Meski sekarang gue udah sama orang lain, tapi setiap kali gue lihat wajah kalian bertiga di kelas, rasa muak dan benci gue muncul lagi.”

 

 “Lo berlebihan tau ngga?” Sonya berkomentar.

 

 “Berlebihan?" sahut Wine cepat dengan dibumbui sebuah seringai. "Masih bisa lo bilang kalau gue berlebihan? Kalau lo ada di posisi gue gimana perasaan lo? Tertekan dan terpojok setiap hari. Dipaksa terima itu semua padahal bukan gue yang salah. Gue ngga seburuk yang kalian pikir! Gue ngga pernah mencoba merebut siapa pun! Mungkin lo ngga tau, kalau setiap tindakan, ucapan, yang lo lakuin di belakang gue, hampir buat gue males pergi ke sekolah. Bahkan untuk pergi ke kantin dimana harus lewat kelas kalian pun gue takut. Apalagi setiap kali lewat di depan ruang latihan kalian. Gue serasa masuk ke kandang ular, yang mulutnya berbisa semua.”

 

 Emosi Wine sudah meluap-luap bagaikan air mendidih. Dia seperti bukan seorang Wine yang selama ini aku tahu. Terasa agak menyeramkan, terlebih ini sudah malam hari. Bahkan aku mendengar bisikan-bisikan jika mungkin saja Wine kesurupan.

 

 Tidak sengaja kulihat Randa mengisyaratkan sesuatu pada Danu. Apa itu? Meminta Danu menghentikan Wine? Tapi kupikir memang harus. Sebab jika diteruskan, acara ini akan berakhir canggung. Menjadikan malam perpisahan kelas kami justru diakhiri dengan kemarahan juga kebencian.

 

 Kuamati Danu mulai membuka mulut. “Umm, Wine—”

 

 “Gue minta maaf karena acara ini jadi terhambat karena keegoisan gue,” sergah Wine menyeka air matanya. Menyebabkan Danu mengurungkan niatnya untuk bicara. “Maaf ya, Danu,” lanjutnya dan pergi keluar dari perkumpulan.

 

 “Wine," panggil Danu. “Wine jangan pergi dulu,” panggilnya lagi, tapi Wine tetap mengabaikan panggilannya. Alhasil yang dapat Danu lakukan hanya menghela napas. Tidak bisa lebih dari itu.

 

 Kami pun juga sama. Belum ada yang berani bicara, menanggapi, ataupun berbicara konyol seperti yang terjadi di menit-menit sebelumnya. Ibarat sebuah pertunjukan, Wine sungguh menampilkan aksi yang di luar dugaan di malam perpisahan ini. 

 

 “So, apanya yang seru-seruan?” tanya Jonathan pada akhirnya. Merilekskan tubuhnya dengan menyelonjorkan kedua kaki.

 

 “Udahlah selesai di sini aja,” ujar Gerry. Memancing Sonya memelototkan kedua matanya. “Dari awal gue udah ngga setuju sama acara ini. Memang lo mau acara yang beda, Danu, tapi gue pikir bukan ini jawabannya. Karena ngga selamanya cerita jadian, cerita pacaran,  cerita cinta—or whatever it is—itu nyenengin. Pasti juga ada sedihnya, keselnya, bahkan dendam.”

 

 Kulihat Sonya menyeringai dan Nina mengangkat tangannya. 

 

“Danu, gue sama Sisi mau ke Wine sebentar ya.”

 

 Danu pun mengangguk. “Tolong bujuk Wine biar ke sini lagi ya, Nin.”

 

"Gue usahain," jawab Nina.

 

 “Danu, gue cuma ngga mau aja acara ini justru disalahgunain buat ngejatuhin orang," lanjut Gerry mengambil kembali perhatian Danu yang masih mengarah pada Nina. Perempuan baik nan cantik yang sudah lama dikaguminya.

 

 “Gue setuju sama Gerry." Vino angkat bicara. "Dari dua cerita yang udah dibaca, sama sekali ngga ada tuh yang happy ending. Padahal Rangga ataupun Wine sekarang udah punya pacar di kelas lain, kenapa mereka ngga ceritain hubungan yang sekarang aja? Yang happy, yang masih berlangsung. Kenapa mesti ceritain masa lalu yang nyakitin hati? Bener ngga sih? Jadi ya, mereka seakan-akan manfaatin acara ini buat ngebongkar keburukan orang, juga ngejatuhin orang,” jelas Vino begitu masuk di akal. Tampaknya kuku-kukunya sudah habis digigiti dan dia tidak ada pekerjaan lain.

 

 “Tapi gue ngga ngejatuhin Ayunda. Gue malah ngejatuhin diri gue sendiri,” balas Rangga percaya diri.

 

 “Iya dan itu salah satu bentuk dari kebodohan lo," celetuk Bella dan tertawa geli setelahnya. Entah kenapa aku juga ingin ikut tertawa mendengarnya.

 

 “Sorry, tapi gue justru kurang setuju sama Gerry.” 

 

Dan, seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya kembali membuka suara.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Under The Moonlight
1515      838     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Marry
866      408     0     
Fantasy
Orang-orang terdekat menghilang, mimpi yang sama datang berulang-ulang, Marry sempat dibuat berlalu lalang mencari kebenaran. Max yang dikenal sebagai badut gratis sekaligus menambatkan hatinya hanya pada Orwell memberi tahu bahwa sudah saatnya Marry mengetahui sesuatu. Sesuatu tentang dirinya sendiri dan Henry.
ASA
3198      1238     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
RIUH RENJANA
335      256     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
The Skylarked Fate
4608      1631     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Asoy Geboy
3885      1201     1     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Dear N
3339      1358     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...
1'
2563      994     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
GAARA
4761      1523     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Edelweiss: The One That Stays
1353      583     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...