Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Grace menyudahi ceritanya. Seperti biasa dia membacanya dengan sangat baik. Saking baiknya, cerita itu betul-betul terasa hingga ke hati. Namun, sayangnya tidak ada respons apa pun dari kami, sampai saatnya Danu kembali mengambil posisi. 

 

 “Makasih banyak buat Grace.”

 

 “Perasaan gue doang atau emang di cerita itu benar-benar ngga ada clue sama sekali?” tanya Eric yang membuat Adis lepas dari bahunya.

 

 “Emang ngga ada. Makanya didiskualifikasi aja. Ngga perlu dibahas lagi,” tegas Sonya dengan wajah ketus.

 

 “Loh, ngga bisa gitu dong,” sanggahku. Jujur saja aku tidak tahu kenapa aku membuka mulut. Oleh karena sudah terlanjur, mau tidak mau harus kulanjutkan. “Maksud gue, dia udah ikut serta, jadi usahanya harus dihargai.”

 

 “Gue setuju sama Ana,” bela Dinda. 

 

 Danu memilih untuk berpikir sejenak. Sesekali matanya melirik pada Sonya dimana perempuan itu menanggapi hanya cukup dengan bahu terangkat disertai wajah yang melengos. 

 

 “Tapi di sana ngga ada petunjuk yang mengarah ke siapa tokoh ceritanya, Ana. Emangnya lo bisa jawab tanpa clue?” timpal Sonya bernada menjengkelkan.

 

 “Ya, gue emang belum tau siapa penulisnya, tapi di akhir cerita dia bilang kalau ada orang-orang di sini yang udah tau siapa tepatnya,” jawabku seadanya.

 

 “Ayo siapa tuh? Siapa orang yang udah tau padahal sama sekali ngga ada clue?” tanya Dino. Bermaksud menyinggung orang-orang yang disebut dalam cerita. Saat ini bukan lagi kacang yang menjadi santapannya, melainkan berbungkus-bungkus kuaci. Sama seperti yang dimakan Dinda.

 

 Mungkin sudah ada satu menit suasana sekitar mendadak senyap. Hanya dihiasi dengan suara gesekan dedaunan, gemericik aliran sungai di belakang vila, jilatan api unggun, rentetan tawa dari vila sebelah, ataupun yang paling buruk adalah suara dengkuran Zaki. Menjadikannya sebagai sasaran empuk untuk dijaili. 

 

 “Okay, fine. Kelamaan kalo ngga dijawab. Kasian orangnya udah nunggu. Iya kan, Wine?” tebak Sonya. “Kenapa lo ngga langsung sebut aja namanya di cerita lo?”

 

"What?"

 

"Eh, Wine? Serius?"

 

"Masa sih?"

 

 Aku tidak melihat bagaimana reaksi dari tiap orang di sini saat mengetahui jika Wine, orang pendiam di kelas kami, bisa bercerita begitu leluasa melalui secarik kertas. Mataku sudah lebih dulu tertuju pada perempuan itu sendiri, yang kini dengan mantap membalas tatapan Sonya. Memang aku tidak ahli dalam hal-hal semacam ini, tapi aku merasa ada perasaan marah yang sangat meluap-luap dari tatapannya.

 

 “Apa tujuan lo sih? Kenapa lo justru tulis cerita itu? Sama sekali ngga kasih petunjuk pula,” sambung Tere. Dia jelas menunjukkan rasa kesal yang sama seperti Sonya. Mungkinkah mereka berdua adalah orang-orang yang dimaksud oleh Wine dalam ceritanya? Kupikir memang benar begitu.

 

 Danu berdeham. Mengusap hidung juga membenarkan posisi kacamata. 

 

“Jadi benar penulisnya itu lo, Win?” tanya Danu mencoba meyakinkan.

 

Kami menunggu jawabannya. Benar-benar menunggu.

 

 “Iya.”

 

 Pengakuannya yang singkat itu terucap tepat di saat angin berembus dan membuat bulu kuduk serentak berdiri. Aku tidak percaya atas apa yang baru saja aku dengar. Bahkan kupikir sekarang ini aku sedang melamun sehingga memunculkan bayangan-bayangan yang aneh.

 

Berbagai macam gumaman mulai bermunculan. Terdengar seperti ada seekor lebah yang berputar-putar di dalam rongga telingaku.

 

“Gue tau kalian ngga percaya. Bahkan sebelumnya ada juga yang anggap gue lemah.” Lirikan matanya pada Eca membuat lelaki itu menunduk. “Tapi cuma ini satu-satunya cara dimana gue bisa buka suara bahwa gue ngga salah. Cara dimana gue bisa ungkapin rasa benci yang selama ini cuma bisa gue pendam. Kalau lo tanya apa tujuan gue, ya itu tujuannya,” jelasnya mengarah pada Tere dengan suara agak bergetar, tapi tetap berusaha terdengar kuat. 

 

 Wine benar-benar sudah mengambil penuh perhatian kami. Orang-orang yang biasa menyeletuk, dipaksa untuk diam. Zaki sampai bangun dari tidurnya dan kedua matanya kembali cerah seperti baru saja bangun pagi.

 

 “Meski sekarang gue udah sama orang lain, tapi setiap kali gue lihat wajah kalian bertiga di kelas, rasa muak dan benci gue muncul lagi.”

 

 “Lo berlebihan tau ngga?” Sonya berkomentar.

 

 “Berlebihan?" sahut Wine cepat dengan dibumbui sebuah seringai. "Masih bisa lo bilang kalau gue berlebihan? Kalau lo ada di posisi gue gimana perasaan lo? Tertekan dan terpojok setiap hari. Dipaksa terima itu semua padahal bukan gue yang salah. Gue ngga seburuk yang kalian pikir! Gue ngga pernah mencoba merebut siapa pun! Mungkin lo ngga tau, kalau setiap tindakan, ucapan, yang lo lakuin di belakang gue, hampir buat gue males pergi ke sekolah. Bahkan untuk pergi ke kantin dimana harus lewat kelas kalian pun gue takut. Apalagi setiap kali lewat di depan ruang latihan kalian. Gue serasa masuk ke kandang ular, yang mulutnya berbisa semua.”

 

 Emosi Wine sudah meluap-luap bagaikan air mendidih. Dia seperti bukan seorang Wine yang selama ini aku tahu. Terasa agak menyeramkan, terlebih ini sudah malam hari. Bahkan aku mendengar bisikan-bisikan jika mungkin saja Wine kesurupan.

 

 Tidak sengaja kulihat Randa mengisyaratkan sesuatu pada Danu. Apa itu? Meminta Danu menghentikan Wine? Tapi kupikir memang harus. Sebab jika diteruskan, acara ini akan berakhir canggung. Menjadikan malam perpisahan kelas kami justru diakhiri dengan kemarahan juga kebencian.

 

 Kuamati Danu mulai membuka mulut. “Umm, Wine—”

 

 “Gue minta maaf karena acara ini jadi terhambat karena keegoisan gue,” sergah Wine menyeka air matanya. Menyebabkan Danu mengurungkan niatnya untuk bicara. “Maaf ya, Danu,” lanjutnya dan pergi keluar dari perkumpulan.

 

 “Wine," panggil Danu. “Wine jangan pergi dulu,” panggilnya lagi, tapi Wine tetap mengabaikan panggilannya. Alhasil yang dapat Danu lakukan hanya menghela napas. Tidak bisa lebih dari itu.

 

 Kami pun juga sama. Belum ada yang berani bicara, menanggapi, ataupun berbicara konyol seperti yang terjadi di menit-menit sebelumnya. Ibarat sebuah pertunjukan, Wine sungguh menampilkan aksi yang di luar dugaan di malam perpisahan ini. 

 

 “So, apanya yang seru-seruan?” tanya Jonathan pada akhirnya. Merilekskan tubuhnya dengan menyelonjorkan kedua kaki.

 

 “Udahlah selesai di sini aja,” ujar Gerry. Memancing Sonya memelototkan kedua matanya. “Dari awal gue udah ngga setuju sama acara ini. Memang lo mau acara yang beda, Danu, tapi gue pikir bukan ini jawabannya. Karena ngga selamanya cerita jadian, cerita pacaran,  cerita cinta—or whatever it is—itu nyenengin. Pasti juga ada sedihnya, keselnya, bahkan dendam.”

 

 Kulihat Sonya menyeringai dan Nina mengangkat tangannya. 

 

“Danu, gue sama Sisi mau ke Wine sebentar ya.”

 

 Danu pun mengangguk. “Tolong bujuk Wine biar ke sini lagi ya, Nin.”

 

"Gue usahain," jawab Nina.

 

 “Danu, gue cuma ngga mau aja acara ini justru disalahgunain buat ngejatuhin orang," lanjut Gerry mengambil kembali perhatian Danu yang masih mengarah pada Nina. Perempuan baik nan cantik yang sudah lama dikaguminya.

 

 “Gue setuju sama Gerry." Vino angkat bicara. "Dari dua cerita yang udah dibaca, sama sekali ngga ada tuh yang happy ending. Padahal Rangga ataupun Wine sekarang udah punya pacar di kelas lain, kenapa mereka ngga ceritain hubungan yang sekarang aja? Yang happy, yang masih berlangsung. Kenapa mesti ceritain masa lalu yang nyakitin hati? Bener ngga sih? Jadi ya, mereka seakan-akan manfaatin acara ini buat ngebongkar keburukan orang, juga ngejatuhin orang,” jelas Vino begitu masuk di akal. Tampaknya kuku-kukunya sudah habis digigiti dan dia tidak ada pekerjaan lain.

 

 “Tapi gue ngga ngejatuhin Ayunda. Gue malah ngejatuhin diri gue sendiri,” balas Rangga percaya diri.

 

 “Iya dan itu salah satu bentuk dari kebodohan lo," celetuk Bella dan tertawa geli setelahnya. Entah kenapa aku juga ingin ikut tertawa mendengarnya.

 

 “Sorry, tapi gue justru kurang setuju sama Gerry.” 

 

Dan, seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya kembali membuka suara.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My World
739      501     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Under The Moonlight
2178      1082     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2261      693     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Daybreak
4133      1770     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox
Premium
Titik Kembali
5921      1929     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Lebih Dalam
181      156     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.
Asoy Geboy
5927      1646     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
11617      2748     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...
Memoreset (Sudah Terbit)
3825      1440     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Aku baik-baik saja ¿?
3706      1381     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...