Grace sudah berdiri menggantikan Danu. Menjadikanku lebih bersemangat mendengar cerita yang akan dibacakan selanjutnya, sebab Grace memiliki suara yang menarik. Terlebih saat dia bernyanyi. Tidak salah jika dia menjadi salah satu anggota paduan suara terbaik di sekolah. Dia benar-benar menyalurkan bakatnya di tempat yang semestinya.
“Ayo cepet baca, Grace.”
“Sabar dong, Dino,” balasnya sembari membuka lipatan kertas.
"Okay, gue mulai ya."
Hello, guys.
“Wah, ceritanya pake Bahasa Inggris? Ini sih udah pasti Tere atau Jeff," sahut Eca sok tahu.
“Aku sudah bilang, aku tidak menulis,” jelas Jeff berusaha meyakinkan.
“Asal ngomong lo, Ca. Emangnya gue pernah punya pacar?” tanya Tere yang tampak merasa terganggu dengan tebakan Eca. Tersinggung, lebih tepatnya.
“Ampun deh ya, kalo cuma bilang ‘hello, guys’ gue juga bisa,” celetuk Oni dimana wajahnya tertutup uap minuman hangat yang menyembul dari gelas yang dia pegang.
“Ngga kok. Ngga Bahasa Inggris. Makanya jangan diputus dulu," jelas Grace menasehati. Sementara Eca hanya cengengesan menerima kesalahan atas tebakannya.
“Ya udah lanjutin, Grace,” pinta Danu.
"Okay."
Cowok ini tiba-tiba aja dateng ke kehidupan gue yang lagi tentram-tentramnya. Dia kasih perhatian yang sebenarnya bisa dibilang biasa aja, tapi di mata gue jadi ngga biasa karena dia ngga pernah ngelakuin itu ke gue sebelumnya. Pertama dia kasih kado waktu gue ulang tahun, terus mulai chating sama gue, nemenin gue beli buku, bahkan dia pernah sok jadi pengirim pesan misterius dimana di pesan itu dia ngaku kalau dia suka sama gue.
“Berarti yang nulis ceritanya, cewek ya?” bisik Dinda padaku dan aku mengangguk pelan.
"Kelihatannya begitu."
“Oke, gue bakal pakai caranya Maya. Lihat ekspresi para cewek di sini satu-satu. Kalau perlu gue pancing.”
“Nanti aja. Tunggu ceritanya seru,” kataku memberi saran. Kali ini kami berdua harus benar-benar bekerja sama untuk memperoleh hadiah. Tidak lagi kubiarkan lengah di tengah jalan.
Dia terus aja berusaha ambil hati gue dan akhirnya gue kalah. Gue suka sama dia. Cuma waktu itu gue masih takut, soalnya yang gue tau ... dia belum putus sama ceweknya. Tapi dia tetep ngeyakinin gue kalau sebenernya dia udah putus. Dan hasilnya, gue percaya itu.
“Perempuan emang lemah," celetuk Eca untuk yang kesekian kalinya. Tertawa menikmati leluconnya sendiri bersama dua orang lelaki di kanan dan kirinya.
Sangat kesal melihatnya ikut menertawakan ucapan Eca. Seolah dirinya membenarkan bahwa perempuan memang lemah, terutama dalam hal yang berkaitan dengan hati.
Masalahnya hubungan gue sama dia ngga selancar itu. Belum ada satu minggu, gue udah ngga kuat. Gimana ngga? Hampir setiap harinya, status FB/tweet mantannya selalu aja menjurus ke gue. Kalo ngga sengaja berpapasan sama dia, temen-temennya selalu nyeletuk di belakang gue, dan itu cukup buat gue sakit. Rasanya udah tinggal tunggu waktunya aja gue dilabrak sama mereka.
Grace sejenak melepaskan tatapannya dari kertas yang dia pegang. Melirik ke kanan dan ke kiri, menarik napas, dan berdehem setelahnya.
“Coba deh lo liat mukanya Vino," bisik Dinda. Aku pun mengarahkan mataku pada seorang lelaki yang tampak sedang menggigit kuku-kuku jari. Ekspresinya itu seolah menggambarkan kepanikan.
Akan tetapi, menurutku tidak ada yang patut untuk dicurigakan. “Bukannya itu emang kebiasaan dia?” tanyaku memastikan.
“Gitu ya?” Dinda kembali mengamati anak-anak lainnya. Bagiku justru dirinyalah yang mencurigakan. Menatap setiap orang dengan tatapan memburu. Seperti seekor singa yang ingin menerkam mangsa yang empuk.
Telingaku kembali fokus mendengarkan. Mengapa sejauh ini belum ada petunjuk dalam ceritanya? Atau aku yang tidak sadar?
Gue selalu dibilang jadi orang ketiga, penghancur hubungan orang, perebut pacar orang, dan sebutan-sebutan lainnya yang ngga enak banget didengar. Tapi apa daya. Gue cuma bisa terima dengan pasrah, walaupun kenyataannya gue muak.
Entah kenapa beberapa kalimat dalam cerita itu membuatku canggung. Ditambah Jeff sedang berada di sampingku dan lelaki di seberang sana pun juga tengah melihat ke arahku. Ke arah kami—aku dan Jeff—lebih tepatnya.
Sempat gue bingung banget, masa sih dia benar-benar ngga tau apa yang dilakuin mantannya ke gue, beserta orang-orang yang ada di pihaknya itu? Soalnya dia kelihatan tenang-tenang aja. Ngga ngerasa salah atau apa pun. Malah yang gue tau dia justru jadi deket lagi sama mantannya. Deket sama dia juga deket sama gue. Keren.
Apa sih yang sebenernya dia jelasin ke ceweknya itu? Apa jangan-jangan di belakang gue dia bicaranya beda? Gue yang deketin dia, gitu? Teman gue bilang, gue harus jauhin dia, soalnya dia secara ngga langsung mengadu domba gue sama ceweknya.
“Kok ngga ada klu ya?” tanyaku kesal pada diri sendiri.
“Ana, sepertinya aku tahu siapa dia," ujar Jeff mengagetkan. Lebih ke arah merinding, sebenarnya. Suaranya pelan dan dekat ke arahku. Memperlihatkan bahwa dia hanya sedang bicara padaku.
Kulihat Zaki, lelaki yang duduk di samping Jeff, sedang hanyut dalam tidurnya. Jadi dia tidak mungkin mendengarkan.
“Kamu tau, Jeff?” bisikku memastikan.
Jeff mengangguk. “Saat kelas XI aku satu kelas dengannya. Dia bercerita pada beberapa orang jika hubungannya telah selesai karena perempuan dari kelas lain, tapi aku tidak tahu siapa perempuan yang dimaksud.”
“Terus, yang kamu tau itu siapa?” tanyaku penasaran. Menyingkirkan tangan Dinda yang menarik-narik kausku. Mungkin dia ingin menunjukkan hasil dari pengamatannya lagi.
Merasa diabaikan olehku, Dinda pun mengubah posisi duduk lebih mendekat padaku juga Jeff.
“Pada ngomongin apaan sih?”
“Jeff tau siapa yang ada di cerita itu.”
“Serius?” tanyanya tak percaya. Matanya sampai melotot melihat Jeff.
“Just his ex. Nadira,” jawabnya tanpa ada jeda. Tanpa ada keraguan. Mendengar itu, aku dan Dinda saling menatap.
Gue pikir teman gue itu ada benarnya. Jadi, perlahan gue mulai jauhin dia, karena gue ngerasa cuma jadi pelampiasannya aja di waktu dia putus. Setelah dia deket lagi sama mantannya, gue dibuang! Dan dia ngga bertanggung jawab atas tekanan batin yang gue alami, karena dia.
Jadi, harap dengar baik-baik. Gue benci lo, cewek lo, dan orang-orang yang ada di pihak cewek lo itu. Sampai sekarang.
Tanpa gue kasih klu, gue pikir ada orang-orang di sini yang udah tau dan bisa menebak dengan benar. Benar begitu kan, teman?