Keesokan harinya tepatnya Hari Senin merupakan hari yang sangat dibenci bagi semua orang. Tidak terkecuali Koko yang masih malas - malasan untuk berangkat ke SMA Harapan Jaya, dia masih belum kenal teman semuanya. Ketika mendengarkan teriakan dari Mamanya, ia pun lekas untuk bangun dari kasurnya yang nyaman. Hari ini dia harus berangkat lebih pagi agar terhindar dari macet yang sudah menjadi ciri khas di Kota Jakarta ini. Untuk saat ini dia berangkat dengan menggunakan ojek online yang baru dipesannya lewat gawainya, karena Papanya sudah berangkat pagi sekali karena ada rapat di kantornya. Tak selang berapa lama sopir ojek online dengan motor matik warna hitam pun sudah sampai depan rumah Koko.
" Ma berangkat dulu ya" pamit Koko sambil mencium tangan Mamanya.
" Iya Nak, hati hati ya " kata Mama Koko sambil tersenyum.
Setelah Koko sudah naik ke motor matik tersebut, tak lama ojek online pun meluncur ke sekolahnya, bersiap untuk membelah jalanan di Ibukota yang padat merayap. Koko heran pagi-pagi begini sudah banyak para pekerja yang berangkat ke kantor atau para siswa yag menuju sekolah. Jika berangkat dengan motor memang bisa mempercepat waktu karena bisa nyalip sana sini dibanding dengan mobil. Hasilnya hanya beberapa menit, Koko sudah sampai di depan gerbang sekolah. Ia segera merapikan kembali seragam sekolah yang sudah terlipat sana-sini. Lekas ia segera memasuki gerbang sekolah, masih beberapa langkah ia berjalan terdengar sapaan dari seorang temannya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Roni.
" Halo Ko, wah ada temen buat jalan ke kelas nih " sapa Roni dengan membawa roti tawar isi selai coklat yang baru dicomotnya.
" Iya, tumben emang belum sarapan ya, kok makan roti? " tanya Koko dengan heran.
Roni sedang mengunyah roti tawar dengan nikmat, setelah itu baru dia menjawab pertanyaan Koko.
" Hehe udah sih tapi masih laper aja " kata Roni nyengir.
Koko yang melihatnya pun tidak kaget.
" Dasar emang pemakan segala makanya gendut" batin Koko dalam hati.
Akhirnya mereka pun sampai di kelas dan di dalam kelas tampak anak-anak sedang sibuk untuk mengerjakan PR matematika. Bukan pemandangan yang mengagetkan untuk Roni karena pelajaran MAtematika adalah pelajaran yang mematikan bagi sebagian murid.
" Eh emang ada PR ya kok aku lupa sih " kata Roni dengan alis bertaut.
" Ada kok, emang kamu lupa sama sekali? Kan baru kemaren guru ngasih tugas" kata Koko.
" Wah aku harus cepet cepet ngerjain nih, bisa bisa aku dihukum sama Bu Ratna gara gara nggak ngerjain PR " kata Roni sambil cepat cepat mengeluarkan buku Matematikanya. Lalu ia menatap wajah Koko seperti ingin berbicara sesuatu.
Koko yang ditatapnya pun merasa aneh, lalu dia menengok ke arah Roni yang sedang menyeringai lebar.
" Boleh dong aku nyalin PR mu. Sesama teman kan harus saling membantu" rayu Roni sambil cengar cengir.
" Udah tau gitu, kok masih ajasih nggak ngerjain PR? " tanya Koko dengan nada sebal, sebenarnya dia ga rela tugasnya di contek oleh orang lain. Tapi untungnya Koko mudah luluh dengan bujukan teman sebangkunya yang memasang wajah memohon.
" Masalahnya Matematika itu sulit banget Ko, aku aja udah berusaha buat ngerjain tapi malah ga nemu jawabannya. Ya udah aku kerjain aja di sekolah. Lagipula anak-anak juga pada nyontek ke Isma" kata Roni tanpa melihat Koko.
" Isma?, jadi anak itu juga jadi bahan contekan anak-anak" batin Koko sambil melihat ke arah Isma. Dia kaget mendengar jawaban dari Roni.
Sejak masuk ke dalam kelas, ia tidak menyadari sama sekali jika sudah ada Isma di kelas. Lagipula Isma juga tidak menyapanya lebih dulu. Padahal kemaren baru saja ketemu. Apa ia tidak menyadari jika Koko sudah samapi di sekolah?
Terlihat Isma juga sedang dipenuhi anak-anak yang sibuk mencontek tugasnya. Ia sepertinya tidak keberatan jika tugasnya yang ia kerjakan semalaman bakalan berakhir dengan dicontek oleh semua anak. Gadis itu malah menyibukkan dirinya melalui layar teleponnya.
Roni menyadari jika dari tadi Koko sedang melamun, hingga ia melihat arah pandangan Koko. Sepertinya Koko sedang mengamati gadis itu.
" Penasaran ya sama Isma? " tanya Roni tiba-tiba.
" Dia itu anaknya rajin lho. Kayaknya bakal ada saingan baru nih buat dia", lanjut Roni lagi sambil tangannya menyalin tugas Matematika.
Koko menatap Roni dengan pandangan bertanya.
" Emang dia anak yang paling pinter ya di kelas ini? " tanya Koko.
" Eh, dia terkenal banget kali jadi murid kesayangan semua guru. Ya karena tugas selalu dikerjakan. Nilainya juga bagus. Pokoknya murid teladan deh."
" Ya kalo gitu caranya sih kayaknya aku juga bisa " kata Koko sambil memamerkan diri.
" Wah beneran sih bakal ada saingan di kelas ini. Tapi kalo ada apa-apa aku mesti ngedukung lo kok".
Tiba-tiba Koko teringat sesuatu, sehingga dia langsung bertanya dengan Roni yang masih sibuk mengerjakan PR nya.
" Eh kamu kan kalo gak salah ketua kelas ya. Kok kamu ngga nyontohin yang baik sih. Aku baru nemu lho ketua kelas kayak dirimu" tanya Koko dengan heran
Roni yang mendengar pernyataan tersebut pun kaget dan sempat melihat ke arah Koko , lalu tiba-tiba dia tertawa keras hingga semua anak-anak melihat ke arahnya. Ketawa Roni hampir lama hingga ia sampai kehabisan nafas mendengar perkataan Koko.
" Ya ampun Ko. Lo kok polos banget sih jadi anak. Terus kalo ketua kelas bakal pinter gitu. Ya nggak lah. Gue ini dipilih ya karena bisa mimpin kelas ini aja. Lagipula anak-anak mana mau sih ditunjuk jadi ketua kelas yang selalu bertanggung jawab terhadap kelasnya?"
Koko pun tidak menanggapi jawaban dari Roni. Karena selama dia bersekolah, dia lah yang selalu menjadi ketua kelas apalagi Koko ditunjuk karena kepintarannya selain sikapnya yang tegas. Selain itu di sekolah lamanya, ia termasuk murid yang pandai dan teladan. Semua temannya suka dengan Koko yang pintar walaupun dia terlihat agak cuek.
Tiba-tiba saja ia sangat merindukan teman sekelasnya dahulu. Sudah lama tidak bertukar kabar terhadap teman-teman sepermainannya semenjak ia memutuskan untuk pindah ke luar kota. Namun apa daya, ia sekarang juga sibuk sampai masuk ke sekolah ini. Koko yang sedang asyik menikmati nostalgia sambil melamun, tiba-tiba terdengar bel sekolah pertanda dimulai pelajaran pun berdering. Serempak semua murid mempercepat kegiatan untuk segera menyalin tugas, sebelum guru datang untuk menagih tugas yang ia berikan beberapa hari lalu.