Jesica dan Derlina membolakan matanya karena terkejut dengan kata-kata yang baru saja di lontarkan oleh Rara.
"L-lo mati rasa?" tanya Derlin tak percaya.
Rara mengangguk.
"Udah ah, gue mau ke kelas."
Rara langsung pergi meninggalkan Jesica dan Derlina di kantin.
"Cewek secantik Rara aja masih bisa mati rasa. Gimana gue coba?" tanya Derlina kepada dirinya sendiri.
Jesica yang mendengar itu hanya menampol pelan pipi Derlina. "Ya iyalah. Cowok mah bisanya nyakitin. Tapi...
Ucapannya di gantung, dan sedetik kemudian mereka menjawab dengan jawaban yang sama.
"Kadang ngangenin," Ulucap Lina dan Jesica bersamaan.
Sedetik setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak.
"Udah ah ketawanya.., yuk ke kelas!" ajak Jesi.
"Hooh, ayok ah!"
~~~
Di perjalanan menuju ke kelas, Rara papasan dengan Rehan. Awalnya Rara akan pura-pura tak melihat, tapi Rehan malah mengajaknya ngobrol.
"Ra!" Rehan langsung memegang lengan kiri Rara.
Rara yang mendapat perlakuan seperti itu langsung reflek melepasnya.
"Apaan, sih?" ucapnya dengan nada yang risih.
"Eh sorry. Gue cuman mau nanya."
"Nanya apa?" tanya Rara yang masih menampakkan wajah datarnya.
"Lo udah ngerjain soal fisika belum?" tanya Rehan.
"Udah, kenapa?" Tanya Rara
"Gue.. mau tanya soal yang satu ini."
Rehan langsung menegakkan badannya.
"Lo tahu gak bedanya lo sama Alkana?" Tanya Rehan
Rara mengerutkan dahinya.
"Maksud lo?" ucapnya tak mengerti.
"Udah lo jawab aja!"
Rara masih berfikir. "Enggak tahu. Apa emang?"
Rehan tersenyum.
"Kalau Alkana rumusnya CnH2n+2, kalau lo rumusnya C1n+4," ucapnya bermaksud gombal.
Rara masih gak konek. "Ya terus? BTW gue gak ada rumus, kan gue manusia."
Rehan menghela napasnya. "Bukan gitu, gue tuh niatnya gombal. Kan C1n+4 itu sama dengan CINTA"
"Oh.. itu doang?"
"Hah? Oh enggak kok ada lagi nih-
"Enggak, maksud gue lo cuman mau ngomong itu doang?" tanya Rara yang sudah malas.
Rehan mengangguk.
"Ck, buang-buang waktu," kesalnya.
Dan Ia pun langsung masuk ke kelasnya. Menurutnya, itu hanya buang-buang waktunya saja.
~~~
Sudah waktunya untuk pulang sekolah. Dan ini adalah waktu yang paling Rara sebali, pasalnya Ia akan pulang bersama dengan Rekal.
Rara sudah menunggu di parkiran. Dan Rekal yang melihat Rara sudah ada di parkiran pun tersenyum.
"Cieee nungguin," ledek Rekal pada Rara.
Rara yang di ledek hanya memutar bola matanya malas.
"Cepet!" pinta Rara yang terlihat galak.
"Iya.. sabar dong bidadariku," ucap Rekal dengan sangat lembut.
Rara hanya memutar bola matanya malas.
Rekal pun menyodorkan helmnya kepada Rara. Dan Rara pun menerimanya.
Rekal sudah menyalakan motornya, dan Rara naik ke motor tersebut.
Banyak pasang mata yang melihat mereka saat Rekal dan Rara keluar dari parkiran.
Risih? Sudah jelas. Rara tidak biasa. Rekal sepertinya mengerti apa yang di rasakan oleh Rara.
"Udah jangan di perduliin mereka, mah. Anggep aja angin lalu, " ucap Rekal di balik helmnya.
Rara hanya berdehem.
~~~
Di perjalanan mereka hanya terdiam. Tapi beberapa menit berikutnya, Rekal mengajak Rara berbicara.
"Ra!" pnggil Rekal yang nadanya agak tinggi.
"Apaan?" tanya Rara yang berada diboncengannya.
"Lo anak IPA kan?" taanya Rekal sekali lagi.
"Iya," jawabnya singkat.
"Lo sekarang lagi belajar apa aja?"
"HAH?!!" teriak Rara yang tidak kedengeran.
"LO SEKARANG LAGI BELAJAR APA AJA???"
"Ya belajar Fisika, kimia, ya gitu-gitu deh"
"Owh.. kalau gue beda, Ra," ucap Rekal.
"Ya, iyalah kan lo anak IPS."
"Tahu gak gue lagi belajar apa sekarang?" lagi-lagi Rekal bertanya dari balik helmnya.
"Ya pasti belajar sejarah, geografi, atau yang kek gitu-gitu, kan?"
"BUKAN!"
"HAH? Terus lo belajar apa dong sekarang?" tanya Rara yang mulai mendekat.
"BELAJAR MENCINTAI KAMU. HAHAHHA," ucap Rekal yang diakhiri dengan tawaan.
Rara yang mendengar kata-kata yang baru saja di ucapkan Rekal pun langsung memutar bola matanya malas.
"DASAR BUAYA! GUE KIRA LO NGOMONG SERIUS, TERNYATA CUMAN GOMBAL!!" teriak Rara karena banyak kendaraan yang berlalu lalang.
"Kalau mau ngoming serius, mah, nanti aja di pelaminan."
Rara langsung menoyor kepala Rekal yang dilindungi oleh helm, "Halu terus!"
"Ehh gue beneran loh.." ucap Rekal diakhiri kekehan.
"Au ah."
~~~
Tak lama kemudian, Mereka sampai di depan rumah Rara.
Rara turun dari motor Rekal dan membuka helmnya lalu langsung memberikan helm tersebut kepada Rekal dengan senyuman kecil.
"Makasih ya," ucap Rara sambil tersenyum kecil.
Rekal langsung mengambilnya dan menatap Rara sejenak karena terpesona dengan senyuman Rara.
"Lo tau gak, Ra?"
"Apaan?"
"Senyuman lo itu adalah laba terbesar yang gue raih dengan hanya bermodalkan cinta," gombalnya yang tiba-tiba terlintas di pikirannya.
Senyum Rara memudar dan langsung memasang muka datar.
"Dasar! Gombal mulu lo. Tadi Rehan, sekarang lo!" kesal Rara.
"Hah? Rehan? Tadi Rehan gombalin lo?" tanya Rekal dengan ekspresi kaget.
Rara mengangguk. "Iya! Udah sana! mending lo pulang."
"Iya," ucap Rekal lesu. Ia lesu karena dia adalah orang kedua yang memberikan bidadarinya gombalan. Padahal, Rekal berharap kalau dirinya adalah orang pertama yang memberi gombalan kepada Rara.
Rekal pun langsung melajukan motornya. Dan tersenyum sekilas ke arah Rara.
Rara hanya menggelengkan kepalanya.
Hari ini adalah hari gombalan menurutnya.