Alasan sebenarnya
Aku bisa berkata baik-baik saja di hadapan mereka
Namun tidak dengan kamu
Aku terlalu rapuh
Hingga aku takut tidak akan sanggup membahagiakanmu
Aku harap kamu tau
Bahwa hatiku mesih milikmu
Hingga kapanpun itu
By; Valdo
*****
“Tidak terasa sudah hampir satu minggu Vero dan keluarganya berada di Malang. Selama disana Vero cukup bahagia dan bisa sedikit melupakan masalahnya. Setidaknya tidak saat dia sedang bersama keluarganya. Di Malang dia gunakan waktunya untuk benar-benar menikmati liburannya.
Hari ini adalah hari terakhirnya berada di kota Malang, sebenarnya dia ingin menghabiskan hari ini dengan berjalan-jalan mengelilingi kota Malang yang khas dengan makanan-makanannya yang lezat-lezat, tetapi kak Randi dan David sepupunya yang juga ada di Malang memaksanya untuk ikut dengan mereka.
Dengan terpaksa Vero akhirnya mengikuti kakak dan sepupunya itu, mereka hanya bertiga karena Kak Radit kemarin sudah harus ke bandung lagi untuk mengurus skripsinya yang sudah hampir selesai.
Walaupun hanya satu minggu, tapi bagi Vero liburan kali ini sangat mengesankan karena bisa liburan bareng kedua kakaknya dan juga bertemu eyangnya yang sudah lama sekali tidak bertemu.
Dulu, saat masih kecil Vero sering sekali di ajak kesini oleh orang tuanya saat liburan tiba, tapi semenjak SMP, dia dan keluarganya sudah tidak pernah lagi bisa liburan bersama seperti kali ini karena kesibukan papa dan juga kak Randi yang sudah kuliah saat itu.
Sebenarnya liburan kali ini mereka bisa berkumpul seperti ini juga atas permintaan eyang, karena semenjak om Bagas adik terakhir papa menikah tahun lalu, eyang di Malang hanya tinggal berdua saja, karena bi Ami yang biasa bantu-bantu di rumah eyang tinggal tidak jauh dari rumah eyang. Jadi beliau hanya berada di rumah eyang saat pagi sampai menjelang mala saja. Lalu sekitar Lima bulan lalu David anak dari Tante Kinan Kakaknya Papa yang sekarang tinggal di Jogja akhirnya ikut tinggal di rumah eyang untuk menemani eyang selagi dia kuliah disini.
Karena itu eyang memaksa papa supaya liburan kali ini bisa datang kesini.
“Sebenarnya kita mau kemana sih kak?” Tanya Vero saat di perjalanan. Dia sudah menanyakan hal itu berkali-kali tapi kakak dan sepupunya tetap saja tidak ada yang mau memberi tahunya.
“Udah Lo diem aja, nanti kalau udah sampe juga pasti gue kasih tahu”
“Emang masih lama ya?”
“Yaah, kira-kira lima menitan lagi juga sampai kok”
“Wah, kayaknya aku tahu jalan ini deh”
“Lo terakhir kesini juga masih bocah, mana mungkin inget”
“Makanya kasih tau dong, sok rahasia-rahasiaan banget sih” ujar Vero yang mulai kesel.
“Lo semalem kan bilang, katanya Lo pengen ke tempat yang sejuk dan bersejarah, nah kita sekarang bakal kabulin tuh keinginan Lo”
“Disini?”
“Yoi. Nah sekarang kita udah sampai, mendingan lo sekarang turun dah biar lo bisa liat sekarang kita lagi dimana” ujar Randi setelah menghentikan mobilnya dan bergegas turun dari mobil disusul David yang sudah siap mengabadikan momen tersebut dengan kamera vlognya. Dia vokuskan kameranya ke ekspresi Vero yang masih agak bingung karena belum tau tempat apa yang dia datangi.
“Waah, itu bukannya bukit harapan ya Kak?” kata Vero takjub melihat pemandangan di sekelilingnya yang sungguh menarik minatnya untuk segera menghampirinya.
Sebuah hamparan pohon-pohon yang menjulang tinggi dan juga di kelilingi tumbuhan bunga yang berwarna-warni di sekitarnya, dan ada juga danau yang katanya berbentuk hati yang berada di puncak bukit.
Tapi kita harus melewati lereng bukit yang berbentuk undakan-undakan seperti tangga yang khusus di buat oleh orang jaman dulu untuk bisa sampai ke puncak.
Menurut cerita, orang-orang jaman dulu membuat undakan-undakan ini untuk menuju tempat pemujaan kepada leluhur yang berada di puncak bukit, selain itu, danau yang berbentuk hati atau yang biasa disebut danau pepanggon oleh orang-orang sekitar sini, juga merupakan tempat pemandian para dewa dan juga raja-raja yang akan melangsungkan pernikahan.
Makanya orang sini percaya jika kita mendatangi tempat ini dan mandi di danau pepanggon maka kita akan segera mendapatkan pasangan.
“Lo mau bengong aja disini?” Tanya Randi yang sedari tadi melihat adiknya yang sangat takjub.
“Ya enggak lah, masa udah jauh-jauh sampai sini nggak naik ke atas”
“Ya udah tunggu apa lagi” ujar David yang sedari tadi sibuk dengan kameranya.
“Oke, sekarang kita mulai perjalanan yang sesungguhnya” ujar Vero sambil terus mengabadikan pemandangan di tempat ini dengan kameranya di belakang langkah sang kakak. Sedangkan David yang bolak balik mengajaknya bicara dengan kamera vlognya.
Mereka pun mulai berjalan menyusuri jalan setapak yang di kelilingi oleh rumput ilalang sebelum akhirnya tiba di undakan-undakan atau pintu bukit. Selama perjalanan, Vero tak sedikitpun melewatkan momen berharga ini dia sangat antusias bersama kamera kesayangannya sama seperti David yang tak hentinya mengoceh betapa baagianya mereka di tempat ini.
*****
“Emangnya ada masalah apa sih Lo sama Vero sampai harus putus segala?” tanya Yugo saat mereka sedang duduk di taman samping rumah.
Yugo tahu kalau tempat ini adalah tempat favorit Vero.
“Gue cuma pengen Vero bahagia. itu aja” ujar Valdo yang membuat yugo semakin heran.
“Maksud lo?”
“Ya, mungkin Vero bisa lebih bahagia kalau nggak sama gue”
“Ya tapi harus ada alasan yang jelas dong Do. Sorry tapi gue tadi dneger dari Randi kalau Vero mergokin Lo lagi berduaan sama cewek, apa Lo selingkuhin Vero?”
“Enggak gitu, kalau masalah itu dia hanya salah paham aja. Gue sama Sesil Cuma makan biasa aja nggak ada maksud apa apa. Tapi kalau dia ngira gue selingkuh ya mungkin itu yang terbaik buat ubungan kita. Tapi kita kemarin putus juga dengan cara yang baik-baik kok”
“Terus kenapa sekarang Lo jadi kayak orang males hidup gini? Gue itu paham banget sama Lo Do. Kita udah bareng dari masih bayi. Lo masih mau bohong sama gue?”
“Jangan bahas itu dulu sekarang deh, kepala gue pusing banget. Gue mau istirahat dulu deh” ujar Valdo sambil bergegas meninggalkan Yugo, tapi saat Valdo baru berjalan beberapa langkah, dia langsung pingsan membuat Yugo kaget.
“Valdo, bangun Do, Lo kenapa?”
Yugo panik dan juga khawatir melihat sepupunya sangat pucat dan tidak sadarkan diri. Dia pun langsung membawa Valdo ke dalam. Tapi setelah hampir satu jam Valdo tidak juga sadar. Sampai akhirnya Yugo memanggil orang tuanya di kamar dan mereka langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
“Dok, gimana keadaan Valdo dok?” tanya Yugo saat melihat dokter yang merawat Valdo keluar dari ruangan.
“Bagaimana keadaan anak kami dok?” Tanya Bunda yang sangat khawatir melihat kondisi anak kesayangannya itu.
“Mari kita bicara di ruangan saya saja” Ujar dokter sambil mengarahkan mereka ke ruangannya.
“Baik dok” Jawab Ayah Yugo dan langsung mengikuti dokter tersebut.
Setelah sampai di ruangan. Dokter menceritakan keadaan Valdo yang sebenarnya lewat foto scan hasil pemeriksaan tadi.
Mereka semua sangat kaget mendengar penjelasan dari sang dokter. Bahkan Bunda juga sudah tak kuasa untuk menahan tangisnya di bahu sang suami.
“A-apa dok, Valdo mengidap kanker otak?” Tanya Yugo yang masih belum percaya dengan apa yang baru saja di sampaikan oleh sang dokter.
“Iya, dan sekarang sudah memasuki stadium empat”
“Apa Valdo bisa sembuh dok?” Tanya Bunda di sela sela tangisannya.
“Jalan satu-satunya yang bisa kita lakukan sekarang hanya dengan kemoterapi. Memang kemoterapi ini tidak bisa menyembuhkan secara total, tapi dengan kemoterapi ini setidaknya akan memperlambat penyebaran kanker tersebut pada bagian lainnya, dan sebelum kami melakukan kemoterapi, harus ada persetujuan dari pihak keluarga”
“Kalau begitu segera laukan yang terbaik untuk anak kami dok” Tegas Ayah.
“Baik Pak saya akan segera menyiapkan jadwal untuk kemoterapinya. Mungkin sekitar dua sampai tiga ari lagi.kita tunggu sampai keadaan pasien stabil”
“Apa sekarang kami boleh melihat Valdo dok?” tanya Bunda lagi.
“Boleh Bu, silahkan”
“Terimakasih dok, kalau begitu kami permisi dulu”
Yugo, Ayah dan Bunda bergegas menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar rawat Valdo. Yugo berjalan sambil terus memikirkan tingkah sepupunya akhir akhir ini sampai akhirnya dia menyadari kenapa Valdo memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Vero.
Disisi lain Ayahnya juga berusaha menghubungi orang tua Valdo. Mereka anya mengatakan jika Valdo di rumah sakit. Mereka akan menjelaskan keadaan Valdo saat mereka sudah disini. Itu saran Bunda tadi.
Sampai di depan kamar Valdo, Yugo membiarkan orang tuanya masuk terlebi dahulu. Sedangkan dirinya berhenti di depan pintu kamar sambil menatap ke dalam. Melihat sepupunya yang sedang terbaring di atas ranjang.
Setelah berfikir cukup lama, akhirnya dia memutuskan untuk menelfon seseorang. Tetapi setelah Yugo mencoba beberapa kali tidak juga ada jawaban. Yugo akhirnya memutuskan untuk mengabari orang tersebut nanti saja. Mungkin dia sudah tertidur karena memang sekarang sudah jam 2 dini hari.
*****