Bohong jika aku tidak rindu
Karena setiap kali aku membuka mata
Yang ada di dalam otak ku hanya dirimu
Salah jika aku bahagia tanpa mu
Karena aku pun sadar
Jika bahagiaku adalah kamu
By; Valdo
*****
“Akhirnya bangun juga Lo?” Ujar Yugo yang sedang duduk di sofa ruangan Valdo.
Ayah dan Bunda sedang ke rumah sebentar untuk mandi dan berganti baju sedangkan orang tua Valdo masih dalam perjalanan. Karena Ayah meminta mereka untuk berangkat bagi pagi saja mengingat tadi malam sudah sangat larut.
“Gue dimana?”
“Lo di rumah sakit. Semalem Lo pingsan selesai ngobrol sama gue”
“Oh, tapi sekarang gue udah boleh pulang kan Go, besok gue ada ujian soalnya”Valdo masih berusaha baik baik saja seakan dia tidak kenapa napa.
“Lo masih anggep gue sodara Lo kan? Lo kenapa nggak bilang sih sama gue, gue itu udah anggep Lo adek gue sendiri Do, dari kecil kita bareng, tapi kenapa masalah sebesar ini masih Lo tutup tutupin sama gue?” Tanya Yugo yang sedikit emosi melihat Valdo masih berpura pura kalau dia baik baik saja.
“Lo ngomong apaan sih Go, nggak ngerti gue”
“Udah cukup nggak usah pura-pura lagi Lo, gue udah tau semuanya. Lo kira kalau lo sembunyiin penyakit Lo dari kita semua kita bakal seneng. Nggak Do nggak sama sekali. Justru kita ngerasa gagal karena nggak tahu keadaan Lo sejak awal” Yugo terus saja meluapkan semua yang ada di kepalanya.
Sedangkan Valdo hanya bisa diam. Dia tidak menyangka Yugo akan se emosi itu. Dia sadar jika dia salah, tapi dia melakukan ini juga karena dia sayang sama mereka semua.
Sebenarnya Valdo masih belum mau yang lain tau, tetapi karena Yugo sudah bercerita kalau semalam orang tuanya sudah menelfon orang tua Valdo di Jakarta akirnya Valdo hanya bisa pasrah. Yang Valdo minta hanya satu. Valdo tidak mau sampai Yugo memberitahu keadaannya kepada Vero. Awalnya Yugo menolak,tetapi melihat Valdo yang memohon dengan muka memelasnya membuat Yugo mau tak mau harus menuruti apa kata Valdo.
Saat orang tuanya datang, Valdo sedang tertidur karena baru saja diberi obat oleh suster. Dan sebelum masuk ke dalam ruangan Ayah dan Bunda juga sudah menceritakan semuanya kepada orang tua Valdo di taman rumah sakit agar tidak mengganggu istirahat Valdo.
“Valdo, kenapa kamu nggak cerita sama mama sayang, kenapa kamu tanggung beban seberat ini sendirian” ujar sang mama sambil menangisi keadaan anaknya yang terbaring lemah. Sedangkan suaminya yang berusaha menguatkannya, meskipun di dalam hatinya dia juga sangat terluka mendengar kabar ini.
“Udah Ma, ini semua udah kehendak Tuhan, kita harus menerimanya dengan ikhlas dan yakin kalau Valdo pasti akan sembuh Ma” ujar papa Valdo yang berusaha menenangkan istrinya yang terus saja menangis.
Setelah istrinya sedikit merasa tenang, papa Valdo meminta Yugo untuk mengantar mereka bertemu dengan Dokter yang merawat Valdo. Akhirnya mereka menemui sang dokter, dan setelah dokter menyampaikan hasil tes Valdo. Dokter langsung menentukan kapan Valdo akan mulai di kemoterapi.
Tetapi orang tuanya meminta agar Valdo di rawat di Jakarta saja, supaya mereka tidak perlu bolak-balik Jakarta-Bogor dan dokter pun menyetujuinya.
“Mama, papa?” ujar Valdo kaget saat melihat orang tuanya sedang di sofa ruangannya.
“Kamu sudah bangun sayang?” ujar mamanya sambil berjalan ke samping ranjang anaknya.
“Mama sama papa kapan dateng?”
“Tadi waktu kamu masih tidur sayang. Gimana keadaan kamu sekarang? Apa yang sakit?” tanya papanya.
“Valdo udah baikan kok pa ma” Ujar Valdo berusaha meyakinkan orang tuanya sambil berusaha tersenyum.
“Kamu kenapa nggak cerita sama mama sih sayang kalau kamu lagi sakit, mama itu khawatir banget sama kamu Valdo” ujar mamanya sambil memeluk Valdo dan tidak bisa menahan tangisnya lagi.
“Maafin Valdo ma, Valdo cuma nggak pengen bikin mama sama papa khawatir” ujar Valdo pada orang tuanya.
“Pokoknya mulai sekarang apapun yang terjadi, kamu harus kasih tau mama sama papa, kita berhak khawatir Valdo. Kita berhak tau keadaan kamu” ujar papanya memberi tahu Valdo.
“Iya pa, Valdo minta maaf” ucap Valdo akhirnya.
*****
“Vero sini buruan!” seru kak Randi dari dalam danau.
“Males basah-basahan ah kak” ujar Vero yang sedang duduk di pinggir danau.
“Nggak seru Lo, Payah” ujar David sambil mencipratkan air ke arah Vero.
“Kak David ih, jadi basah nih”
“Hahaha makanya buruan turun.Tanggung tuh baju lo udah basah gitu”
“Rese kalian ih, aku mau lihat-lihat di sekitar situ dulu. Dari pada disini nungguin kalian berenang”
“Eh bawa kamera gue, sekalian lo latihan jadi vloger”seru David
“Males”
“Bantu sodara napa, pelit banget”
“Iya iyaa”
Akhirnya Vero berjalan-jalan disekitar danau sambil memainkan kamera David. Meskipun dia tidak bisa seaktif David yang selalu menampakkan wajahnya di kamera,tapi Vero untuk seorang pemula lumayanlah, dia lebih suka memperlihatkan pemandangan sekitar seperti burung yang sedang menghisap madu di bunga, sampai kupu-kupu yang bergerombol di atas batu.
Bagi Vero itu sungguh pemandangan yang sangat menarik dan sangat jarang dia temui, karena tidak di setiap tempat bisa ada hal-hal semacam ini.
Saat dia sedang melihat pohon yang cukup besar yang terdapat banyak sekali tulisan nama-nama orang yang datang bersama pasangannya. Ada juga yang menginginkan pasangan, karena mereka percaya jika mereka menulis nama mereka di pohon itu maka pasangan tersebut akan langgeng dan terhindar dari masalah-masalah yang bisa mengganggu hubungan mereka.
Dan tiba-tiba saja Vero teringat tentang Valdo. Andai saja mereka masih bersama, Vero juga pasti akan mengukir nama mereka berdua di pohon itu.
Akhirnya Vero tetap menuliskan sebuah nama dan juga keinginannya disana.
Teruntuk Valdo, semoga kamu bahagia selalu dengan siapapun pilihanmu.
Setelah selesai menulis itu Vero bergegas meninggalkan tempat itu, dan kembali berjalan menyusuri jalan setapak yang berada di atas bukit.
Dia berusaha menghilangkan bayangan Valdo yang masih sering muncul di dalam otaknya.
“Dek, udah sore nih, buruan turun, nanti keburu gelap nih” seru kak Randi yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.
“Iya-iya bentar” ujar Vero sambil mengemasi kameranya.
Selama perjalanan pulang Vero lebih banyak diam, semenjak di dekat pohon tadi dia terus saja memikirkan Valdo. Padahal dia sudah berusaha untuk mengenyahkan fikiran itu dari otaknya. Tapi entah mengapa justru semakin dia ingin melupakannya, kenangan-kenangannya selama ini justru semakin jelas bermunculan. David yang menyadari perubahan dari sikap sepupunya itu pun langsung bertanya.
“Lo kenapa sih, dari tadi diem aja”
“Eh, nggak kok aku cuma capek aja” ujar Vero berbohong.
“Serius lo? Enggak lagi mikirin Valdo?” Tanya Randi yang sedaritadi juga memperhatikan adiknya.
“Apaan sih kakak, bikin bete aja”
“Idih, ngambek nih yee, kalau ngambek berarti emang bener” ledek David.
“Kalian berdua emang ya rese banget jadi orang” ujar Vero sambil menimpukkan bantal doraemon yang sedang di pegangnya.
“Aduh, iya deh ampun-ampun” ujar mereka berdua menyarah.
“Makanya nggak usah rese”
*****
“Kamu yakin sayang tetep mau ikut ujian?” tanya mama Valdo memastikan.
Valdo memang dari kemarin meminta kepada orang tuanya untuk pulang supaya hari ini bisa ikut try out pertamanya. Akhirnya orang tuanya pun mengabulkan permintaat Valdo tersebut setelah bertanya kepada dokter.
“Iya Ma, mama tenang aja Valdo nggak papa kok” ujar Valdo yang sedang bersiap-siap di kamarnya.
“Ya sudah kalau gitu kita sarapan dulu yuk, nanti biar kamu berangkatnya bareng papa”
“Nggak usah ma, Valdo berangkat sendiri juga bisa kok”
“Enggak Valdo, mama nggak akan ngijinin kamu berangkat sendiri. Kamu itu baru pulang dari rumah sakit sayang pasti masih lemas”
Akhirnya Valdo nggak bisa menentang perintah sang mama. Diapun berangkat sekolah di antar papanya sampai depan pintu gerbang.
“Belajarnya nggak usah terlalu dipaksain. Ingat nanti pulangnya kamu harus nunggu sampai papa jemput”
“Nggak usah lah pa. Valdo nanti bisa pulang bareng Hitto kok”
“Beneran sama Hitto ya?”
“Iya Pa”
“Ya sudah kalau gitu papa pergi dulu. Kalau ada apa-apa kabarin papa ya nak”
“Siap bos” ujar Valdo sambil turun dari mobil sang ayah.
Try out pertama dapat Valdo lalui dengan mudah. Karena Valdo memang anak yang cukup cerdas. Berbeda dengan Hitto yang duduk di depannya. Dia terus saja mencari-cari kesempatan saat pengawas sedang lengah.
“Sumpah susah banget tadi soalnya. Mana pengawasnya ngeliatin gue mulu lagi ah sebel gue” ujar Hitto saat mereka sedang berjalan menuju tempat parkir.
“makanya belajar dong jangan game mulu yang di pikirin”
“Yee gue juga belajar kali, yaa walaupun cuma bentar sih” ujar Hitto sambil cengengesan.
“Halahhh alesan aja Lo”
“Loh mobil lo mana Do kok nggak ada?” tanya Hitto saat sampai di parkiran.
“Ada di rumah. Gue mau nebeng Lo aja, lumayan ngirit bensin” ujar Valdo asal sambil masuk ke dalam mobil Hitto tanpa menunggu persetujuan si pemilik mobil.
“Yaelahh dasar curut. main ngeloyor gitu aja” ujar Hitto ikut masuk ke dalam mobilnya.
“Udah buruan, gue udah laper nih” ujar Valdo iseng.
“Yailah. Berasa jadi sopir beneran gue elahh”
Hitto dan Valdo memang sudah berteman sejak SMP. Mereka bahkan sudah seperti saudara saking seringnya mereka kemana-mana bareng.
Mereka juga memiliki banyak persamaan selain sama-sama jago basket mereka juga jago main gitar. Bedanya Hitto itu suka jahil apa lagi kalau sama cewek.
*****
Hitto sudah menganggap Valdo seperti kakaknya sendiri. Apalagi orang tua Valdo juga sudah menganggapnya seperti anak mereka juga. Dan tidak jarang juga Hitto ikut liburan bareng keluarga Valdo. Karena orang tua Hitto yang super sibuk, Hitto jadi lebih deket dengan orang tua Valdo daripada orang tuanya sendiri.
Dia dulu sering merasa kesepian sebagai anak tunggal yang kurang kasih sayang dari orang tuanya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan keluarga Valdo.
Saat Hitto pertama kali mengetahui Valdo menderita kanker pun dia sebenarnya sangat terpukul melihat sahabatnya harus berjuang seorang diri seperti itu. Tapi apa daya Hitto hanya bisa menyemangati Valdo dengan selalu ada disaat dia butuh tidak lebih. Dia tahu kalau Valdo masih sangat menyayangi Vero tapi dia juga tidak mau menyakitinya.
Sebenarnya waktu Valdo memutuskan untuk putuspun Hitto menentangnya, tapi Valdo tetep kukuh.
“Gimana hubungan lo sama Sandra To?”
Tanya Valdo saat mereka sedang berada dikamar Valdo.
“Baik-baik aja, tumben amat lo tanya hubungan gue?”
Ujar Hitto yang sedang bermain gitar milik Valdo.
“Emangnya nggak boleh?”
“Yaa heran aja gue. Ngomong-ngomong lo serius Do mau kuliah di paris?” Tanya Hitto tiba-tiba
“Emangnya kenapa, lo mau ikut gue, lo nggak bisa tanpa gue pasti kan?” ledek Valdo.
“Dasar curut lo. Gue heran aja sama lo. Bukannya dulu lo nggak pengen kuliah diluar negeri ya”
“Yaa gue cuman pengen bikin orang tua gue bangga aja sama gue To, dan mungkin cuman itu yang bisa gue lakuin buat mereka. Lo juga udah harus mikirin masa depan lo. Lo jangan lupa, nanti kalau gue udah nggak ada lo harus tetep sering-sering main kesini. Jagain orang tua gue” ujar valdo serius.
“Iya gue juga lagi mikirin nih masa depan gue. Tapi maksud lo apaan sih ngomong kaya gitu anjir bikin sedih aja. Lo itu sahabat gue yang paling baek, jadi lo pasti tau gue bakal gimana. Pokoknya gue nggak mau lagi denger lo ngomong kaya gitu ya curut”
“Iye-iye tersanjung gue sama kata-kata lo barusan sumpah”
“Gue kira-kira cocok kagak kalau jadi pilot?” tanya Hitto tiba-tiba sambil memeluk gitar yang habis dimainkannya membuat Valdo heran.
“Lo lagi mikir apa lagi ngalamun tai? lo serius sama omongan lo tadi? Sumpah terharu gue To, tapi kayaknya cocok juga deh lo kalau jadi pilot, apalagi bareng sama pramugari-pramugari yang cantik cantik pasti tambah betah dah lo. Tapi siap-siap aja buat kena semprotan Sandra” ujar Valdo sambil meledek Hitto.
“Bener juga lo, bisa kena talak sebelum nikah gue” jawab Hitto yang langsung disambut tawa oleh Valdo.
“Menurut lo, gue udah bikin orang tua gue bangga belum Do?” ujar Hitto membuat Valdo yang masih tertawa langsung terdiam seketika mendengar omongan Hitto.
“Lo sakit ya To, tapi nggak panas kok” Ujar Valdo sambil memegang kening Hitto.
“Curut lo dasar. Gue lagi mikir aja bro, kira-kira kalau gue sukses nanti orang tua gue jadi perhatian kaya orang tua lo nggak ya?”
“Makanya lo sekarang belajar biar lo bisa kuliah dimanapun lo mau dan bisa bikin orang tua lo bangga”
“Tapi gue nggak yakin sama orang tua gue”
“Lo nggak boleh gitu To. Biar gimanapun juga mereka itu tetep orang tua lo. Gue boleh kan minta satu hal sama lo”
“Asal jangan aneh-aneh aja”
“Kalau gue udah nggak ada nanti, Lo harus baikan sama orang tua Lo, Lo juga jangan lupa buat tetep jagain orang tua gue. Lo sendir kan yang bilang kalau mereka orang tua Lo juga. Dan ...gue juga minta tolong Lo jagain Vero juga ya, gue nggak mau Vero sampe digangguin sama cowok nggak bener. Pokoknya kalau ada yang suka sama dia, Lo harus liat dulu dia cowok baik baik apa bukan. Gue nggak mau sampai Vero sakit hati ” ujar Valdo sambil menerawang langit-langit kamarnya.
“Lo ngomong apa sih Do, gue kan tadi udah ngomong gue nggak demen denger lo ngomong kaya gitu. Lagian kita bakal jagain mereka bareng-bareng sampe kita sama sama punya anak nanti”
“Gue ngerasa kalau umur gue udah nggak akan lama lagi To”
*****
Vero, David dan Randi sampai rumah eyang tepat pukul setengah tujuh malam. Mereka langsung bersiap-siap karena pesawat yang akan mereka naiki berangkat jam 10 malam nanti jadi mereka bisa istirahat sebentar.
Tapi Vero bukannya istirahat dia malah meminta eyangnya untuk bercerita. Karena Vero memang cucu yang paling dekat dengan eyangnya di bandingkan dengan cucu yang lain.
Akhirnya Vero dan keluarganya sampai di Jakarta pada pukul satu malam. Vero langsung merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk dan langsung tertidur lelap karena kecapekan.
“Kak Valdo awasss belakang kamu!!!” teriak Vero saat melihat ada sebuah mobil yang melaju sangat cepat di belakang Valdo. Tapi teriakannya terlambat, Vero pun terkulai lemas melihat Valdo terkapar penuh darah.
“Kak Valdo bangun Kak kamu harus bertahan” ujar Vero sambil terus menangis sambil memeluk Valdo.
“Ve-vero, aku sayang sama kamu. Aku minta maaf udah bikin kamu sedih” ujar Valdo di dalam pangkuan Vero sebelum akhirnya dia tak sadarkan diri.
“Kak Valdo, bangun Kak, Kak Valdooo kamu nggak boleh ninggalin aku Kak Valdo bangun!!!”
Vero bermimpi tentang Valdo lagi. Dan mimpinya pun sama seperti saat dia sedang didalam mobil saat akan ke malang. Dia pun terbangun karena mimpi tersebut. Membuatnya tidak bisa memejamkan matanya lagi.
Vero beranjak dari tempat tidurnya menuju meja belajarnya dan mulai menulis. Menurut Vero menulis adalah salah satu obat penenang baginya saat sedang merasa gelisah.
Kini aku merasa seperti segumpal kertas
Yang bisa terhempas kemana saja
Sesuai arah angin membawaku
Tak tau arah yang akan kutuju
Karna begitu kuatnya terpaan angin
Yang tak mungkin bisa kulawan.....
Setelah menulis Vero akhirnya memutuskan untuk keluar kamar sekedar untuk menghirup udara segar. Dia duduk dikursi taman sambil mendengarkan musik dari hpnya menggunakan headset. Tanpa terasa air matanya keluar saat mendengar lagu yang pernah Valdo nyanyikan untuknya. Entah mengapa begitu sulit Vero melupakan setiap kenangan yang pernah dia lakukan bersama Valdo.
Dia selalu merasa kalau semua ini terjadi karena dia.
Padahal besok adalah hari pertama Valdo melaksanakan try out, kalau saja mereka masih pacaran, pasti Vero akan menyemangati Valdo supaya belajar yang giat. Tapi itu semua hanya seandainya bukan kenyataannya.
*****