Sempena adalah nama seorang anak yang berumur 16 tahun, dia memiliki sifat pekerja keras dan semangat yang tinggi. Sempena juga seorang anak yang berpenampilan sederhana. Sempena tinggal bersama neneknya yang berusia sekitar 68 tahun sejak kecil.
Sempena dibesarkan oleh neneknya dengan penuh kasih sayang karena kedua orang tuanya tidak bisa mendampinginya sejak kecil. Sempena hanya tahu jika kedua orang tuanya mati karena hal yang tragis, namun Sempena tidak tahu hal tragis apa yang bisa menyebabkan kedua orang tuanya tiada.
Dibalik rasa penasaran Sempena , dia tidak pernah menunjukkannya sama sekali Dia selalu menutupinya dengan senyum riang di hadapan neneknya karena dia tidak mau membuat neneknya menangis ataupun sedih karena harus bercerita tentang kejadian yang menimpa orang tuanya.
Sempena dan neneknya tinggal di sebuah desa yang dipenuhi keindahan alam bernama desa Insan, sebuah desa yang dipenuhi dengan orang-orang pekerja keras. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari nenek Sempena berjualan di sebuah warung kecil dekat sungai, warung yang terbuat dari kayu jati itu selalu dipenuhi oleh banyak pelanggan yang setia dengan masakan buatan nenek Sempena.
Sebagai upaya membantu neneknya ,Sempena ikut serta dalam mengurus warung kecil dan tua itu. Dia membantu melayani pelanggan-pelanggan di sana dan dia juga membantu mencari bahan-bahan masakan di pasar dan kayu bakar di hutan.
Sore hari ini adalah waktunya Sempena mencari kayu bakar di hutan saat dia sedang asyik mencari kayu bakar terdengar teriakan dari kejauhan.
"Hey bocaaah tengilll !" , Teriakan mengejek itu masuk langsung ke gendang telinga Sempena, tangannya yang sedang mengambil kayu bakar berhenti sejenak wajahnya mulai menengok ke sumber suara, dari sumber suara itu terlihat sekelompok anak yang sedang tertawa-tawa sambil melihat Sempena. Sempena hanya menghembuskan nafas kesabaran dan mengelus dadanya dengan tangan lalu dia kembali melanjutkan mencari kayu bakar. Anak-anak yang berteriak dan mengejek Sempena merasa tidak dihiraukan olehnya raut wajah mereka berubah menjadi marah dan kesal sontak mereka berteriak dan mengejek Sempena kembali agar dihiraukan dan membuat Sempena kesal.
"Hey bocaaah pengecuttt ! "
" Dasaaar bocah gak punya orang tuaaa ! "
Sempena hanya bisa bersabar dia tidak ingin membuat masalah dengan anak-anak itu lagi pula dirinya sudah terbiasa menerima semua ejekan ini sejak kecil dan setiap hari. Sempena dijauhi oleh anak-anak seusianya karena dia tidak memiliki orang tua sejak kecil dan ekonomi keluarganya yang lumayan rendah.
Di sisi Barat ,Matahari mulai lenyap menghilang , teriakan teriakan dan ejekan-ejekan anak-anak tadi juga mulai menghilang. Sempena yang masih menjadi kayu bakar mulai bergegas menghentikan kegiatannya karena merasa kayu bakar yang ia kumpulkan sudah cukup banyak dan segera kembali ke rumahnya karena pasti neneknya telah menunggu.
Rumah Sempena tidak jauh dari hutan tempat ia mencari kayu bakar. Di jalanan pulang lampu rumah-rumah penduduk desa Insan mulai menyala menerangi gelapnya malam, ribuan bintang juga mulai bertaburan dan menghiasi langitnya malam menambah keindahan dan pesona desa Insan.
Di depan pintu rumahnya, Sempena mencium bau makanan yang dimasak oleh neneknya saat mencium bau itu Sempena langsung menunjukkan raut wajah yang senang dia langsung cepat-cepat membuka pintu rumahnya dan meletakkan hasil kayu bakar yang ia cari di dekat pintu saat dia menuju ruang makan di atas meja telah terbatas sebuah piring yang berisikan semur jengkol, sambal pete, nasi hangat dan masih banyak lagi.
"Sempena kau sudah pulang, nenek telah memaksakan makanan ini khusus untuk mu "
Sambut nenek Sempena dengan penuh riang
"Waah terimakasih nek" , setelah mengucapkan terima kasih kepada neneknya , Sempena langsung menarik bangku dan duduk di atasnya tangannya langsung mengambil nasi dan lauk pauk serta sayur yang ada. Dia memakan semua makanan itu dengan lahap. Nenek Sempena yang melihat cucunya sangat menikmati masakannya membuatnya tambah senang.
Selesai makan malam Sempena menyuruh neneknya untuk tidur dan dia membereskan rumah, walaupun nenek Sempena sempat tidak mau tidur dan ingin dia saja yang membereskan rumah tapi Sempena tetap memaksa neneknya untuk tidur dan beristirahat saja. Setelah debat dengan neneknya yang cukup lama akhirnya neneknya mengalah dan membiarkan cucu kesayangan itu yang membereskan rumah.
Tidak terlalu lama setelah nenek nya memasuki kamar untuk tidur dan beristirahat Sempena langsung mengiriskan rumah dengan cepat saat jam dinding rumahnya menunjukkan pukul 11.00 , saat itulah Sempena selesai membereskan rumah. Dia langsung berjalan memasuki kamar dan loncat ke tempat tidurnya dia mencoba memfokuskan matanya untuk menutup dan bangun pagi-pagi sekali untuk membantu neneknya bahan-bahan masakan di pasar