Suara alunan musik khas jawa tengah mengudara di dalam aula sekolah yang luasnya 10x5 meter. Ditengah ruangan tersebut sementara beberapa gadis duduk berbentuk lingkaran besar mengelilingi gadis yang sedang menari ditengah lingkaran tersebut. Zahra yang memiliki tubuh pendek; tingginya hanya 148 cm saja tetapi lentur membuat ia dapat mengerakkan seluruh tubuhnya mengikuti alunan musik seolah tengah menikmatinya, setelah alunan musik tersebut berhenti saat Zahra berlutut semua yang ada disana langsung bertepuk tangan meriah.
“Wah itu tarian yang sangat indah, Zahra!” Puji Bu Wati, guru seni budaya sekaligus guru tari yang berdiri diantara murid-muridnya.
Zahra yang baru saja menegakkan tubuhnya dengan posisi berdiri hanya tersenyum kikuk sekaligus senang.
“Baik sekarang kau boleh kembali duduk! Sekarang tarian kelompok yang giliran untuk maju!” Titahnya. Zahra segera duduk untuk bergiliran dengan kelompok lain, tanpa Zahra sadari Aura dan Jasmine memerhatikannya dengan tatapan tidak suka karena Zahra mendapat pujian dari Bu Wati. Setelah jadwal ekstrakulikuler tari selesai Aura dan Jasmine buru-buru menahan Zahra setelah keluar dari Aula dan membawanya ke halaman belakang sekolah. Setibanya disana mereka berdua langsung mendorong gadis itu dengan keras ke tembok sudut kemudian menarik jilbab yang dipakai Zahra.
“Hm enak ya yang dipuji dan di pilih jadi penari tunggal !” Jasmine setengah menyindir.
“Pasti kamu senang ya sementara kami berdua tidak pernah ditunjuk untuk tampil diatas panggung!” Serang Aura.
‘Dasar pembohong! Kalian sudah sering menjegal kakiku sehingga mendapat juara kelas dan berprestasi!’ Batin Zahra. “Sampai kapan kalian akan terus memperlakukanku seperti ini? Apa salahku terhadap kalian?” Tanya Zahra.
PLAK…
Mata Zahra seketika membulat saat merasakan pipi kirinya terasa panas serta perih, gadis itu langsung menyadari barusan Jasmine menamparnya yang menatapnya marah sekaligus sinis. Tanpa pikir panjang Jasmine mendorong kembali tubuh Zahra dengan keras ke tembok membuat gadis itu reflek menahan sakit di punggungnya, tidak sampai di situ Jasmine juga kembali yang kali ini mendarat di pipi kananya.
“Mulai berani?! Katakan sekali lagi!” Bentak Jasmine tepat di depan wajah Zahra.
“Jas, bagaimana kalau kita lukai kaki dan tangannya biar tidak bisa tampil!” Saran Aura kepada Jasmine.
Mendengar saran Aura barusan membuat Jasmine sumringah lalu menatap wajah Zahra yang seketika menjadi pucat setelah mendengar saran dari Aura.
“Wah itu ide yang bagus! Laipula kamu itu nggak cantik jadi lebih baik kalau kamu nggak usah tampil. Ayo Ra!” Ajak Jasmine sambil menyungging senyum licik.
“Jangaan…”
****
“HAH” Zahra membuka matanya lebar-lebar yang disambut langit-langit kamarnya yang sedikit gelap sebab hanya sedikit cahaya lampu jalan yang menyelinap masuk lewat celah tirai. Sementara itu suara Shalawat dan qiro’ah yang dilantunkan dari masjid terdekat yang menandakan sudah waktunya untuk shalat subuh, gadis itu lantas segera bangun lalu turun dari atas tempat tidurnya menuju kamar kecil untuk mengambil air wudhu. Selesai shalat subuh dan mandi Zahra segera pergi ke ruang makan sambil membawa tas sekolahnya, tetapi selama sarapan Zahra sedikit melamun karena teringat dengan mimpinya semalam tentang masa lalunya hingga dirinya tidak sadar Ibu sejak tadi menatapnya yang tidak menyentuh piringnya.
“Zahra kamu kenapa? Kamu sakit?” Tanya Ibu di sela sarapannya.
Mendengar namanya di panggil Zahra segera sadar dari lamunannya dan cepat-cepat menjawab,”Ng…nggak kok Zahra baik-baik saja?” Jawabnya berbohong.
Ibu yang menyadari putri sulungnya berbohong seperti menutupi sesuatu wanita itu menghela napas sesaat,”Ya sudah kalau begitu cepat habiskan sarapannya, nanti kalian bisa terlambat ke sekolah!” Cicit Ibu.
Zahra hanya mengangguk saja setelah itu menyendok makanannya ke dalam mulut sementara Fani yang sudah selesai makan segera menghabiskan segelas air putih lalu mencomot paha ayam dari atas piring yang tidak jauh dari piringnya menggunakan tangan kiri, Ibu yang melihatnya langsung memukul punggung tangan Fani agar anak itu meletakkan kembali paha ayam tersebut.
“Pakai tangan yang baik!” Tegur Ibu.
Dengan cemberut namun nurut Fani menurunkan tangan kirinya kemudian mengambil paha ayam tersebut menggunakan tangan kanan.
“Tambah nasinya!” Sambung Ibu.
Melihat pemandangan itu Zahra hanya diam sembari menghabiskan sarapannya, akan tetapi kegiatannya terhenti sesaat ketika ponselnya bergetar di dalam saku roknya. Setelah mengambil dan mengusap layar ponsel ia mendapat satu pesan dari Rayla, gadis itu segera membalas pesan tersebut kemudian mengirimnya. Usai mengirim pesan Zahra cepat-cepat menghabiskan sarapannya kemudian mengajak Fani untuk berangkat ke sekolah.
Ketika sampai di ujung gang Rayla sudah menunggu mereka berdua sejak tadi,lantas mereka bertiga segera pergi dari sana menuju ke sekolah. Sepanjang perjalanan raut wajah Zahra tampak cemas ketika kembali teringat dengan pesan dari Aura dan Jasmine yang sengaja ia abaikan dan tidak datang ke halaman belakang, sesampainya di sekolah tubuh Zahra seketika menegang saat melihat kehadiran Aura dan Jasmine yang sedang duduk dibangku panjang di samping kelasnya, sadar kalau Zahra sudah datang mereka berdua sontak berdiri dan menghampiri Zahra.
“Akhirnya kamu datang juga, kami berdua sudah menunggumu dari tadi!” Ucap Jasmine. Rayla yang tidak tahu sekaligus tidak mengenali mereka berdua langsung menoleh ke arah Zahra dan bertanya,”Mereka berdua kenalanmu?”
Gadis itu baru saja membuka mulutnya akan tetapi sudah dipotong oleh Aura dan menjawab,”Benar kami berdua adalah teman Zahra dari SMP yang sama dan satu kelas dengannya?” Jawabnya riang,”Namamu siapa kalau kami boleh tahu?” Sambungnya.
“Oh namaku Siti Rayla? Aku teman satu bangku dengan Zahra?” Jawab Rayla seraya memperkenalkan diri.
Aura dan Jasmine hanya beroh panjang setelah itu bertanya,”Rayla, kami berdua boleh pinjam Zahra sebentar? Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan kepada Zahra!” mereka berdua langsung menarik lengan Zahra dan segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Rayla. Setibanya di halaman belakang sekolah Jasmine dan Aura langsung menyeret dan mendorong Zahra dengan kencang agar gadis itu tersungkur ke lantai namun dia berhasil menyimbangkan tubuhnya yang hanya mundur tiga langkah ke belakang.
“Hei kenapa kamu tidak datang menemui kami kemarin ?! kau tidak berniat buat kabur dari kami kan?” Tanya Aura seraya menarik jilbab Zahra.
Zahra memilih untuk tetap diam, percuma saja jika ia menjawab maupun melawan karena jelas mereka berdua malah akan terus merundungnya. Melihat Zahra yang tidak berdaya dihadapan mereka dua gadis tersebut mendorong tubuh Zahra yang lebih pendek dari mereka lalu menarik jilbabnya hingga lepas dari kepala Zahra setelah itu melemparnya ke belakang dan mendarat diatas tumpukan daun kering. Tidak sampai disitu mereka berdua juga merebut tas milik Zahra lalu mengeluarkan isinya dengan cara membalik dan menguncangkannya membuat buku, tempat pensil serta tas mukenah jatuh dan berserakan di lantai, di antara barang yang jatuh itu sebuah kertas ikut jatuh bersama barang lainnya. Melihat kertas tersebut Zahra sontak berdiri untuk mengambil kertas tersebut yang tidak lain adalah Formulir pendaftaran ekstarkulikuler, tetapi sayangnya kertas tersebut sudah di ambil lebih dulu oleh Aura.
“Wah bukannya ini formulir buat daftar ke ekstrakulikuler ya!” Seru Aura saat membaca dalam kertas tersebut.
Jasmine langsung membuang tas itu lalu mendekati Aura dan melihat isi kertas tersebut,”Kau benar, selain itu belum di isi! Kamu belum ikut ekstrakulikuler apapun ya?” Tanya Jasmine sambil lirik ke Zahra yang cepat-cepat mengumpulkan buku-buku tersebut namun Jasmine malah merebut buku yang Zahra kumpulkan dan membuangnya ke samping dengan jauh dari tempat mereka bertiga berada.
“Sepertinya tidak masalah kalau kita ikut ekstrakulikuler yang sama seperti dulu, kebetulan di sini ada ekstrakulikuler tari!” Ucap Aura senang. “Bagaimana menurutmu, Jasmine?”
Bibir Jasmine yang memakai Lip Cream berwarna merah muda menyungging senyum,”Wah itu ide yang bagus! Zahra aku tulis ya!” gadis itu langsung mengambil tempat pensil milik Zahra lalu mengeluarkan sebuah bolpoint berwarna hitam kemudian membuang tempat pensil tersebut ke tempat sampah dan setelah itu langsung mencentang kolom bagian ekstrakulikuler tari. Puas melihatnya Jasmine melempar bolpoint ke tempat sampah lalu menempelkan kertas tersebut ke wajah Zahra dengan kasar..
“Jangan lupa di kumpulin, awas saja kalau kau tidak mengumpulkannya dan tidak hadir di kegiatan tari nanti!” Ancam Jasmine kepada Zahra. Lantas dia mengajak Aura untuk pergi. Setelah mereka sudah tidak terlihat lagi di matanya Zahra hanya sanggup merutuki nasibnya sambil mengamati sekitarnya yang sepi dari para siswa sementara di ujung sana ada kantin dan tentunya akan banyak siswa yang datang untuk jajan, selalu saja tidak ada yang melihat saat terjadi perundungan kepadanya,Pikir Zahra sedih. Ia melipat kertas tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku roknya kemudian menghampiri jilbabnya diatas tumpukan daun lalu membersihkannya dari debu dan memakainya, tidak selang lama bel masuk berbunyi membuat gadis itu panik lalu segera mengumpulkan semua buku-bukunya serta tempat pensil dan bulpoint dengan asal ke dalam tas kemudian cepat-cepat kembali ke kelas.