Read More >>"> Kembali Bersama Rintik (Kenangan Lama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Bersama Rintik
MENU
About Us  

Lingkungan yang begitu asri ditambah dengan tawa dan canda anak-anak di taman bermain menjadikan hal yang sempurna pada hari minggu ini. ada macam-macam permainan yang mereka lakukan tanpa ada beban di pundaknya, begitu pula dengan seorang anak perempuan dan laki-laki berusia delapan tahun asyik bermain boneka bersama di sana.

“Hallo nama aku pingki, nama kamu siapa?” Anak perempuan itu memainkan bonekanya dengan lihai dan wajah yang gembira.

“Nggak tahu.” Anak satunya lagi menjawabnya dengan rasa malas dan seperti tidak semangat sekali terlihat dari caranya memegang boneka.

“Aduh, kamu belum kasih nama juga?” Gadis kecil itu memarahi anak laki-laki itu karena sejak hari pertama mereka mendapatkan boneka itu, ia  belum juga menamainya, “Yaudah sini biar aku lihat, kira-kira nama apa yang cocok untuk dia.” Ia memutar-mutar boneka kelinci biru itu, “Dia biru seperti buah blueberry, jadi namanya berry.” Gadis kecil itu mengembalikan bonekanya kembali ke anak laki-laki itu.

“Jadi nama dia sekarang berry? Bagus juga.” Mereka tertawa bersama sampai akhirnya ada seseorang yang sepertinya memanggil mereka berdua.

“Yara, Al, ayo pulang, udah waktunya makan siang.” Nama dua anak itu adalah Yara dan Al, sedangkan yang memanggil mereka berdua adalah mama Yara.

“Ayo Al kita pulang, mamaku udah manggil.” Mereka berdua beranjak dari tempat duduknya dan tak lupa membawa boneka kelinci pink dan biru milik mereka berdua.

Mama Yara menggandeng Yara dan Al untuk pulang bersama, mereka terlihat akrab dan bahkan seperti saudara. Al sering dititipkan ke mama Yara karena orangtuanya kadang melakukan bisnis di luar kota.

“Makan yang banyak ya Al,” Mereka telah sampai rumah dan tentu saja Al ikut Yara untuk pulang ke rumah.

“Terimakasih tante.” Dengan senyumannya yang manis Al makan dengan lahap bersama Yara.

“Habis ini kalian kalo mau main di rumah aja ya, sambil nunggu mama Al pulang.” Mereka mengangguk bersamaan sambil terus menyantap makanannya.

“Yar, jangan main boneka terus dong, aku bosen.” Sekarang mereka berada di halaman belakang rumah Yara.

“Kenapa? Boneka kan lucu Al.” Yara sangat suka bermain dengan boneka, tak heran jika boneka yang dimilikinya sangat banyak.

“Kan aku cowok Yar.” Yara meletakkan bonekanya.

“Terus main apa dong?” Mereka berdua berfikir dengan keras kira-kira mereka harus bermain apa selain boneka ini.

“Kita nonton televisi aja yuk Yar,” Ajak Al agar mereka tak semakin bosan. Yara mengangguk dan mereka pun berjalan menuju ke ruang tengah untuk menonton kartun kesukaannya.

Mereka tertawa dengan riang sampai tak terasa keduanya menguap secara bergantian dan akhirnya tertidur dengan pulas tak lupa di temani oleh televisi yang masih menyala.

Mama Yara melihat kejadian itu dan segera mematikan televisinya, ia mengelus rambut Yara dan juga Al yang sedang tertidur dengan pulas secara bergantian.

Tak terasa matahari hari hampir terbenam, mama Al datang ke rumah Yara untuk menjemput Al yang masih di sana.

“Permisi,” Al yang mendengar suara mamanya langsung berlari menghampirinya dan memeluknya, “Mama udah pulang? Mama beli apa? Mama beliin Yara juga kan?” Baru juga sampai Al sudah memberikan segudang pertanyaan untuk mamanya.

“Iya-iya.” Mamanya mengelus rambut Al dengan lembut dan rasanya semua lelah sudah hilang saat memeluk Al.

“Eh udah pulang? Gimana lancar kan?” Mama Yara baru datang dari dalam dan langsung menyambut mama Al.

“Udah beres semua,” Jawab mama Al, “Makasih loh ya udah jagain Al, ini ada sedikit oleh-oleh dari saya, maaf cuman bisa kasih ini.” sambil menyodorkan bingkisan untuk mama Yara.

“Aduh, kemarin kan Yara baru saja diberikan boneka, malah ngerepotin gini,”  Mama Yara menerima bingkisan tersebut dan ternyata boneka kelinci Yara dan Al adalah oleh-oleh yang juga diberikan oleh mama Al saat ada perjalanan bisnis.

“Seharusnya saya yang bilang gitu, maaf banget sering ngerepotin harus jaga Al.”

“Nggak papa, Al juga pinter nggak nakal sama sekali, dia juga sering ngalah sama Yara.” Tutur mama Yara.

“Yasudah, saya pulang dulu ya, pasti Yara juga mau istirahat.” Mama Al berpamitan kepada Mama Yara untuk pulang.

“Oh iya, sekali lagi makasih ya.” Al melambaikan tangannya ke arah Yara dan begitu pula dengan Yara yang membalas lambaian tangan Al kemudian melangkah keluar bersama mamanya untuk segera pulang dan istirahat.

Siang ini terasa amat terik, sepulang sekolah Al dan Yara bermain bersama dan ini adalah kegiatan yang setiap hari terjadi, seperti sudah terjadwalkan. Namun hari ini mereka tidak bermain di taman karena cuaca yang amat terik, jadi mereka hanya bermainan ayunan di depan rumah Al.

“Hari ini kita main apa Al?” Tanya Yara pada Al yang sedang merapikan tanamannya dan Yara yang sedang naik ayunan.

“Tumben nanya, biasanya kan kamu yang putuskan.” Al masih saja sibuk mencabuti daun-daun tanamannya yang sudah kering.

“Aku pengen ke taman, tapi hari ini panas banget, pasti mama nggak bakal bolehin.” Keluh Yara.

Al melihat tanaman di sekitar rumahnya yang membuat rumahnya terasa sejuk dan asri, ia mendapatkan sebuah ide setelah melihat tanaman di sekitar rumahnya itu, “Aha, aku ada ide Yar, kita nanem pohon yuk Yar biar kalo kita ke taman ada tempat berteduh, kemarin aku habis beli bibitnya.”

“Nanam pohon? Dimana Al?” Yara bangkit dari senderannya.

“Di taman, soalnya kalau di rumah aku udah penuh banget Yara, nanti pohon ini kan tumbuh besar jadinya dia butuh tempat yang luas.” Al kecil menjelaskan panjang lebar kepada Yara.

“Tapi Al, apa boleh nanam pohon di sana?” Yara sedikit ragu dengan ide Al, karena taman itu adalah tempat umum.

“Boleh kok Yar, ada lahan khusus untuk nanam pohon di sana, karena kemarin papaku juga ikut nanam di sana.” Al meyakinkan Yara untuk percaya padanya.

“Ayo Al kalo gitu.” Yara turun dari ayunannya dengan semangat yang menggebu-nggebu.

“Jangan sekarang Yar, sekarang jadwalnya kamu tidur siang, kamu pulang dulu aja.” Karena hampir setiap hari bermain bersama, Al sampai hafal betul jadwal-jadwal Yara sehari-hari.

Yara melihat jam tangannya dan memang ini adalah waktunya untuk tidur siang, “Yaudah Al, aku pulang dulu ya, nanti sore kita ketemu lagi.” Yara pulang dari sana dan Al pergi ke dalam rumahnya untuk tidur juga atau sekadar menonton televisi.

“Al, ayo ke taman.” Yara menghampiri Al lebih cepat dari biasanya, ia sepertinya juga bangun lebih cepat dari biasanya.

Al keluar dengan mengusap matanya yang masih terlihat sayu, “Kamu kok cepet banget udah kesini?” Al membukakan pintu untuk Yara dan menyuruhnya untuk masuk.

“Iya dong, aku udah nggak sabar.” Ujar Yara.

“Kamu disini dulu ya, aku mau siap-siap sama ambil pohonnya, kamu udah bawa ember kecil?” Tanya Al pada Yara.

“Udah dong, itu aku taruh di luar, hehe.” Setelah melihat keberadaan ember Yara yang sudah tergeletak di luar, Al hanya mengangguk dan beranjak ke dalam untuk mengambil peralatannya.

Tak butuh waktu lama, Al sudah kembali dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya dengan membawa sekop kecil dan bibit pohon di tangannya.

“Ayo Yara, kita berangkat.” Ajak Al pada Yara. Seketika Yara langsung melompat dari tempat duduknya dengan penuh antusias. Ia mengangguk dengan senyum merekah di wajahnya dan segera berjalan bersama Al. Tak lupa pula ia membawa ember kecilnya untuk tempat air yang nantinya akan digunakan untuk menyiram.

Baru beberapa langkah berjalan, Al teringat sesuatu yang penting yang tertinggal, “Tunggu Yara, aku lupa.” Ia mengambil ember Yara dan memberikan pohon kecil dan sekopnya pada Yara lalu balik ke rumahnya tanpa memberikan alasan yang jelas.

“MAU KEMANA AL?” Teriak Yara karena Al yang meninggalkannya begitu saja.

“TUNGGU DI SANA.” Al juga menjawabnya dengan berteriak dan berlari menuju ke rumahnya.

Beberapa saat kemudian Al sudah kembali dengan membawa ember Yara, namun sekarang ember itu ada isinya.

“Ini apa Al?” Yara melihat embernya sudah penuh dengan sesuatu seperti tanah namun berwarna lebih gelap lagi.

“Ini pupuk Yara, kata papa aku ini makanannya pohon biar mereka cepet gede.” Al menjelaskan dengan bangga. “Yaudah, ayo kita pergi.” Mereka berdua melanjutkan kembali perjalanannya dengan semangat.

Sesampainya di sana mereka mencari tempat yang bagus untuk menanam pohon ini, setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan tempat yang cocok dan bagus untuk menanam pohon ini. Mereka sangat bekerja keras untuk menanam pohon tersebut dengan sempurna, Al bertugas menggali dan menanam, sedangkan Yara bertugas untuk menyirami tanahnya dengan ember yang pupuknya sudah dituang di samping Al, agar tanahnya menjadi lunak dan gampang untuk digali.

“Akhirnya selesai juga.” Mereka menyelesaikan misi ini dengan sempurna meskipun dengan wajah, baju, dan tangan yang kotor.

“Kapan dia besar Al?” Tanya Yara dengan mengelus daun kecilnya.

 “Pasti dia cepet besar kalo kita kasih makan terus.” Jelas Al.

“Oke, kalau gitu kita harus sama-sama beri makan dia setiap hari ya, janji?” Yara menyodorkan tangannya pada Al untuk membuat janji agar mereka berdua bisa merawat pohonnya dengan baik agar bisa tumbuh besar.

“Janji.” Al membalas janji Yara, keduanya tersenyum manis dengan wajah comotnya.

Mereka memandangi pohon itu dengan bangga seperti telah melakukan sesuatu yang luar biasa, setelah mereka menanam pohon kecil itu, mereka tidak langsung pulang dan bermain sebentar di sekitar pohon itu.

Al dan mamanya pergi ke swalayan untuk membeli kebutuhan rumah tangga, di sana Al melihat sebuah gantungan kunci kelinci, mirip dengan boneka mereka berdua.

“Mah, ulang tahun Yara kapan kata tante kemarin?” Tanya Al tentang ulang tahun Yara, karena ia tak sengaja mendengar percakapan mamanya dan mama Yara yang membahas ulang tahun Yara.

“Oh, lusa.” Al mengangguk mengerti.

“Mah beliin gantungan itu dong buat kado Yara.” ia menunjuk gantungan kunci tadi dan ingin agar mamanya membelikannya.

“Yang ini?” Mamanya mengambilkannya untuk Al dan menunjukkannya apakah benar yang dimaksut Al adalah yang gantungan tersebut.

“Iya ma, ini mirip banget sama boneka kelinci Yara.” Al melihat dengan dekat gantungan tersebut.

“Boleh.” Al senang karena mamanya membelikannya untuk Yara.

Keesokan harinya, mama Yara sedang bersih-bersih rumah untuk acara kecil yang akan diadakan besok, hari ini cuaca sedikit mendung mungkin sebentar lagi akan hujan.

“Mah, Yara ke rumah Al sebentar ya.” Karena merasa bosan di rumah, Yara meminta ijin mamanya untuk pergi ke rumah Al.

“Ini mau hujan sayang, nanti atau besok aja ya?” Mama Yara ingin agar Yara pergi besok saja, melihat hari ini yang akan turun hujan.

“Sebentar aja ma, kan deket juga.” Yara tetap kekeh dengan keinginannya itu.

“Yaudah yaudah, tapi nanti kalo udah gerimis cepet pulang ya.” Mamanya akhirnya menyetujui permintaan Yara dengan sebuah syarat.

“Oke ma.” Yara segera beranjak dari tempat duduknya dan bergegas pergi ke rumah Al.

Terlihat Al sedang duduk di teras rumahnya sembari membaca buku, Yara mengintip dari luar, namun ia tak langsung memanggilnya, Yara mencari kerikil kecil di sekitarnya dan melemparnya ke arah Al. Tentu saja Al kaget dan bingung karena tiba-tiba ada yang melempar dirinya menggunakan kerikil kecil itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri sedangkan Yara bersembunyi di balik tembok, ia senang mengerjai Al seperti itu. Di saat Yara akan melempar kembali, ia kebingungan mencari di mana keberadaan Al, sekarang giliran dirinya yang clingak clinguk mencari keberadaan Al. Di saat ia akan membalikkan badannya, tiba-tiba,

“DORRRR!!!” Al mengejutkan Yara yang baru saja akan menoleh, Yara terkejut dan refleks memukul lengan Al.

“Ya ampun Al, ngagetin aja,” sambil memegang jantungnya yang mau copot, “Aku pikir siapa.”

Al tertawa melihat Yara terkejut, “Ada apa kesini, mendung-mendung juga.” Al menanyakan tujuan Yara yang tiba-tiba datang ke rumahnya di cuaca mendung seperti ini.

“Aku bosan Al di rumah terus,” Keluh Yara, “Al, kita ke taman yuk, lihat pohon kita.” Yara tiba-tiba saja mengajak Al pergi ke taman padahal cuaca sedang kurang bagus.

“Nggak ah, ini lagi mendung Yara, kalo mama kamu nyariin gimana?” al berusaha untuk mencegah Yara agar tidak pergi kesana, “Mama kamu pasti nggak boleh.”

“Sebentar aja Al, ayoo,” Ternyata Yara tidak menyerah begitu saja, ia mengayun-ngayunkan tangan Al agar Al mau pergi ke taman, “Nanti kalo udah mau gerimis kita langsung pulang, gimana?”

Al yang memiliki jiwa tidak tegaan tentu saja luluh dengan permintaan Yara, “Yaudah deh, ayo aku temenin.” Mereka berdua langsung pergi ke taman dan lupa untuk izin ke orangtua mereka, namun Yara sepertinya sengaja tidak memberitahu mamanya karena tahu pasti akan dilarang.

“Dia udah tumbuh Al, daunnya udah tambah banyak.” Sesampainya di sana Yara kegirangan melihat pohonnya tumbuh dengan subur. Yara mengelus daun tersebut, “Kamu habis ini bisa minum banyak, karena habis ini pasti hujan, kamu lihat kan sekarang lagi mendung.” Yara berbicara pada pohonnya dan Al hanya bisa tersenyum melihat hal tersebut.

Sesuai dengan dugaan, hujan tiba-tiba saja datang dengan cepat, Yara spontan berdiri dari duduknya karena hujan datang tanpa permisi, “Aduh, udah hujan Al, ayo kita pulang, nanti aku dimarahin mama.” Yara berlari duluan dengan kencang tanpa menunggu Al.

“Pelan-pelan Yar,” Al segera menyusul Yara yang berlari dengan kencang, ia melihat dari kejauhan ada motor yang melaju amat kencang, “Awasss Yarrrr”di saat Yara menyebrang jalan tiba-tiba.

BRAKKKKKK.” Yara tertabrak. Al tidak berhasil menghentikan Yara, kepalanya terbentur trotoar jalan dan pengendara tersebut langsung lari begitu saja.

“YARAAA.........” Al berlari dengan kencang menghampiri Yara di tengah hujan yang melanda, “TOLONGGGG!!” Ia tak bisa berbuat banyak selain meminta pertolongan, air matanya bercampur dengan hujan, Al histeris melihat temannya yang tergeletak di jalanan tak berdaya, kepalanya mengeluarkan darah segar.

Namun syukurlah, tak berselang lama mama Al langsung menghampirinya, mama Al yang tadinya memang mencari Al karena tiba-tiba hilang dari rumah harus melihat keadaan ini, “Yara kenaa Al?” Mama Al langsung menggendong Yara.

“Yara ditabrak motor maa...” Al menjelaskan dan mengikuti mamanya yang membawa Yara dengan keadaan menangis.

Di sana sudah ada mama Yara yang menunggu, ia sangat syok karena kondisi Yara, “YARA......” Tangis pun pecah, “Kamu kenapa sayangg???”

“Dia tertabrak motor,” Ujar mama Al yang langsung memasukkan Yara ke dalam mobil, “Sekarang lebih baik kita bawa ke rumah sakit aja.” Mereka langsung bergegas ke rumah sakit untuk memberi pertolongan pada Yara.

Yara belum siuman sampai beberapa hari, mamanya dengan sabar menunggu. Setiap hari mama Al dan Al juga selalu datang untuk membantu menjaga Yara. Saat menjaga Yara bersama tiba-tiba Al mendekati mama Yara.

“Tante, maaf ya aku nggak bisa jagain Yara.” Dengan wajah polosnya Al meminta maaf, mama Al meneteskan air mata begitu juga dengan mama Yara.

“Kamu kenapa minta maaf? Kamu nggak salah, ini semua sudah takdir. Terimakasih ya, selama ini udah jagain Yara dan selalu nurutin kemauan Yara.” Mama Yara memegang kedua tangan mungil Al dan menciumnya.

Mama Al mengusap air matanya, “Besok kami akan pindah,” Perkataan mama Al yang mendadak itu membuat mama Yara langsung menoleh ke arahnya. “Papa Al dipindahkan ke luar kota.”

“Kenapa mendadak seperti ini?” Ujar mama Yara, “Apa nggak bisa diundur?” Mama Yara seperti berat hati melepas kepergian sahabatnya sejak SMA itu.

Mama Al memegang tangan mama Yara, “Suatu saat aku pasti balik kesini lagi.” Mama Yara mengangguk dan tangis pun sekali lagi pecah, merek berpelukan dan Al hanya bisa diam melihat situasi tersebut.

Keesokan harinya mama Yara buru-buru datang ke Rumah Sakit karena mendapatkan kabar bahwa Yara baru saja siuman. Mamanya langsung memeluk Yara setibanya di rumah sakit.

“Kamu nggak papa kan sayang?” Yara tersenyum dan menggeleng dengan pelan. Semuanya lega karena Yara baru saja bisa tersenyum, mama Yara memberi kabar kepada mama Al tentang kabar baik ini.

“Hallo Yara, gimana keadaan kamu? Udah baik-baik aja kan?” Yara hanya tersenyum kepada mama Al dalam video call tersebut.

“Yar, nanti kita main lagi ya, nanti aku bakal sering-sering main kesana deh.” Al dengan semangat karena melihat Yara yang sudah baik-baik saja.

“Mah, mereka siapa?” mama Yara dan mama Al sontak terkejut karena ada yang aneh dengan Yara. “Kenapa mereka kenal sama aku?”

“Dia temen kamu, kamu lupa?” Mama Yara berpamitan pada mama Al untuk mematikan video call nya dan buru-buru memanggil dokter.

“Yara mengalami hilang ingatan sebagian, hal ini sering terjadi pada kasus cedera otak, ingatannya bisa saja kembali namun sepertinya akan sulit dan sebaiknya jangan dipaksakan.” Penjelasan dokter tentang apa yang terjadi pada Yara. Mamanya hanya bisa memeluk Yara dengan erat tanpa berkata sepatah kata apapun, kemudian ia beranjak dari sana untuk mengabari mama Al.

“Mah, Yara kenapa nggak ingat sama kita ya? Apa dia udah lupa, padahal kita baru pergi sebentar.” Tanya Al penasaran, mamanya kemudian memeluknya.

“Mungkin kepalanya Yara masih sakit sayang, jadi di gampang lupa.” Mamanya berusaha memberi penjelasan pada Al yang kebingungan.

Hari-hari telah berlalu, sekarang Al dan Yara sudah menginjak usia remaja awal, mereka sudah duduk di bangku SMP. Sekarang Al sudah paham akan kondisi Yara dan sebenarnya setiap ada waktu luang ia selalu mengunjungi lingkungan tersebut dan tentu saja untuk melihat keadaan Yara. Al tidak ingin mendekat dan berusaha untuk menjelaskan semua yang terjadi pada Yara karena mungkin ia akan menjadi trauma dengan ingatan buruk tersebut, Al hanya bisa melihat Yara dari kejauhan. Setiap ia pergi kesana tak lupa pula dia mengunjungi pohon yang selama ini ia rawat bersama Yara kecil. Sampai pada akhirnya kedua orang tuanya memutuskan kembali ke rumah lamanya dan kembali bersama Yara dengan keadaan yang berbeda.

Al yang sedari tadi duduk di tempat tidurnya sembari memegang foto masa kecil mereka berdua langsung bangkit dari tempat tidurnya setelah bernostalgia cukup lama, “Mungkin sebaiknya dia memang nggak usah ingat.” Al meletakkan kembali foto itu di mejanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta Tiga Meter
463      296     0     
Romance
Fika sudah jengah! Dia lelah dengan berbagai sikap tidak adil CEO kantor yang terus membela adik kandungnya dibanding bekerja dengan benar. Di tengah kemelut pekerjaan, leadernya malah memutuskan resign. Kini dirinya menjadi leader baru yang bertugas membimbing cowok baru dengan kegantengan bak artis ibu kota. Ketika tuntutan menikah mulai dilayangkan, dan si anak baru menyambut setiap langkah...
EPHEMERAL
99      90     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Maze Of Madness
3776      1537     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
Langit Indah Sore Hari
98      84     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
Rembulan
768      428     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
Just For You
4119      1620     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Edelweiss: The One That Stays
1385      589     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Dandelion
4381      1313     0     
Romance
Kuat, Cantik dan Penuh Makna. Tumbuh liar dan bebas. Meskipun sederhana, ia selalu setia di antara ilalang. Seorang pemuda yang kabur dari rumah dan memilih untuk belajar hidup mandiri. Taehyung bertemu dengan Haewon, seorang gadis galak yang menyimpan banyak masalah hidup.
Cinta dalam Impian
86      67     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
7221      2133     1     
Romance
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain masa. Ia takkan melupakan pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya dari Wilwatikta sebagai rakyat biasa yang menyandang nama panggilan Viva. Tak lupa pula ia akan indahnya asmara di Tanah Blambangan sebelum mendapat perihnya jatuh cinta pada seseor...